Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Pesepeda Marak Menjadi Sasaran Pelaku Kejahatan...

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT
Warga bersepeda di Jakarta International Velodrome, Rawamangun, Jakarta, Minggu (25/10/2020). Jakarta International Velodrome (JIV) kembali dibuka untuk publik selama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di ibu kota, namun membatasi jumlah pengunjung sebanyak 1.500 orang atau 50 persen dari kapasitas normal yakni sebanyak 3.000 orang.
|
Editor: Sari Hardiyanto

 

KOMPAS.com - Pandemi virus corona membuka kesadaran semua orang untuk tetap menjaga imunitas tubuh melalui berolahraga.

Salah satu kegiatan olahraga yang mulai banyak digemari adalah bersepeda. Bahkan, penjualan sepeda di kala pandemi meningkat tajam.

Sayangnya, meningkatnya tren bersepeda ini justru diiringi dengan kejahatan terhadap para pesepeda yang semakin tinggi.

Baca juga: Viral, Video Sepeda Treadmill di Semarang, Ini Cerita Selengkapnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut sejumlah contohnya:

Disiram air keras

Pada Kamis (29/10/2020) pagi, tiga orang pesepeda di Yogyakarta diduga menjadi korban penyiraman air keras saat sedang gowes.

"Kejadian waktu itu sedang gowes sendiri karena suami suruh jalan dulu. Mereka teman-teman berangkat nyusul," kata salah satu korban bernama Della, Jumat (30/10/2020).

Saat sedang mengayuh sepedanya, tiba-tiba seseorang tak dikenal menyiramkan cairan ke arahnya.

Baca juga: Viral, Video Detik-detik Kecelakaan Dua Sepeda Motor Adu Banteng di Wajo

Beruntung cairan yang diduga air keras itu tak sampai melukai kulitnya.

"Alhamdulillah kulit saya aman. Saya ngeh-nya juga celana saya rusak pas sudah sampai rumah," tandasnya.

Menurut dia, ada dua pesepeda lain yang juga mengalami kejadian serupa di waktu berdekatan.

Baca juga: 5 Hal Seputar Sepeda Kreuz, Disebut Mirip Brompton hingga Dipesan Jokowi

Pembegalan dan penjambretan

Selain penyiraman air keras, aksi kejahatan yang banyak menimpa pesepeda belakangan adalah pembegalan dan penjambretan.

Pada Rabu (21/10/2020), seorang pesepeda menjadi korban penjaambretan di sekitar Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat.

Saat kejadian, korban yang merupakan seorang karyawan swasta sedang bersepeda bersama teman-temannya.

Baca juga: Dibanderol Harga Tinggi, Apa Keunggulan Sepeda Lipat?

Di tengah perjalanan, korban sempat terpisah dengan temannya. Saat itulah pelaku mengambil handphone korban.

Tak hanya masyarakat sipil, anggota marinir yang bernama Kolonel Marinir Pangestu Widiatmoko pun nyaris menjadi korban begal.

Sementara Kadispen Korps Marinir TNI Angkatan Laut (AL) Letkol Marinir Gugun Saiful Rachman mengatakan, Pangestu sedang mengendarai sepeda dari kediamannya dan terjatuh ketika berada di Jalan Medan Merdeka Barat, tepatnya di bawah jembatan penyeberangan orang (JPO).

Gugun melanjutkan, kecelakaan tersebut diduga diakibatkan adanya aksi percobaan pencurian.

Baca juga: Viral, Video Seorang Pria di Langsa Rusak Knalpot Sepeda Motornya Sendiri, Apa Sebabnya?

Tanggapan kriminolog

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (LEMKAPI) Edi Saputra Hasibuan mengatakan, minimnya pengamanan pesepeda menjadi salah satu faktor maraknya aksi kejahatan yang menimpa pesepeda.

"Selama ini mungkin pelaku melihat pengamanan agak tidak terlalu ketat terhadap pesepeda," kata Edi saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (31/10/2020).

Di satu sisi, banyak pesepeda yang berasal dari kalangan menengah ke atas. Hal ini merupakan peluang baru bagi pelaku kejahatan.

Baca juga: Selain Motif Ekonomi, Kenapa Banyak Orang Tertarik Jadi Wakil Rakyat?

Meski motifnya beragam, tetapi Edi menilai aksi kejahatan yang menimpa pesepeda ini cenderung bermotif perampokan.

"Sangat sedikit jumlahnya karena (bermotif) iseng. Ini adalah bentuk street crime," jelas dia.

Untuk itu, ia berharap agar Polri menurunkan pengamanan yang kuat di kawasan yang ramai pesepeda.

Menurutnya, kejahatan yang sudah meresahkan dan membahayakan jiwa masyarakat harus ditindak dengan tegas.

"Kita minta Polri tegas dan jangan ragu untuk melumpuhkan penjahat jika sudah membayakan jiwa masyarakat," tutupnya.

Baca juga: Ricuh Demonstrasi Tolak Omnibus Law, Bolehkah Polisi Pakai Kekerasan?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi