Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Kasus Kartun di Perancis dan Pelajaran dari Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
Tom Vannier via AP
Polisi berada di lokasi serangan di Nice, Perancis, pada Kamis (29/10/2020). Seorang penyerang bersenjatakan pisau menewaskan 3 orang di sebuah gereja di kota Nice di Mediterania. Ini adalah serangan yang ketiga dalam 2 bulan terkahir di Perancis. Penyerang ditembak oleh polisi dan dirawat di rumah sakit setelah pembunuhan di Gereja Notre Dame pada Kamis.
Editor: Heru Margianto

KETIKA sedang sibuk berupaya menimba ilmu musik, seni rupa dan manajemen di Jerman yang pada masa itu masih terbelah dua, saya berupaya mencari nafkah sebagai tukang pasang ubin, tukang bubut di pabrik kunci, penjual kupon di cafeteria mahasiswa, termasuk juga kartunis tetap di koran Jerman Muenstersche Zeitung di mana setiap hari saya diwajibkan harus bikin kartun demi memperoleh honor yang saya butuhkan demi menyambung hidup di negeri orang

Kebebasan

Mujur Jerman menganut paham kebebasan mengungkap pendapat maka saya bebas merdeka leluasa mengumbar kreativitas saya tanpa takut disensor.

Namun saya kaget ketika serial kartun tokoh malaikat yang saya tampilkan sebagai sosok malaikat versi Nasrani ditolak oleh redaksi koran di mana saya bekerja.

Ketika saya protes sebab merasa hak asasi saya untuk berekspresi dilanggar oleh redaksi koran Jerman, Sang Pemimpin Redaksi tenang menegaskan bahwa kebebasan mengungkap pendapat sama sekali bukan berarti kebebasan menghina.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika saya lanjut protes dengan alasan saya Nasrani tetapi sama sekali tidak merasa terhina apabila malaikat versi Nasrani dikartunkan, kembali Sang Pimred tenang menegaskan bahwa tidak semua orang memiliki ambang batas merasa terhina sama dengan saya.

Pendek kata serial kartun malaikat versi Nasrani saya tetap ditolak untuk dipublikasikan oleh koran Jerman yang menganut mazhab kebebasan pers mau pun kebebasan mengungap pendapat.

Sekembali ke Indonesia pada masa Orba, saya mengirimkan serial kartun malaikat versi Nasrani ke redaksi harian Kompas yang ternyata tidak menolaknya karena sang tokoh saya ganti menjadi Gatotkaca.

Andaikata saya menokohkan Pak Harto dijamin pasti ditolak oleh redaksi harian Kompas yang tidak ingin korannya dibredel!

Charlie Hebdo

Maka ketika pada tahun 2006 terjadi tragedi Charlie Hebdo di Paris, sebagai sesama kartunis saya menyampaikan belasungkawa atas gugurnya para kartunis majalah Charlie Hebdo akibat angkara murka kaum teroris diiringi pesan bahwa sebaiknya para teman-teman kartunis di Perancis menghindari kartun yang bisa menyinggung perasaan umat Islam yang de facto jumlahnya sudah cukup banyak bermukim di Perancis abad XXI.

Masih begitu banyak tema lain di planet bumi tersedia untuk dikartunkan.

Baca juga: Perancis: Sekularisme, Kartun Nabi Muhammad, dan Sikap Presiden Macron

Sayang, mungkin akibat pesan saya sampaikan dalam bahasa bukan Perancis tapi Indonesia, maka pesan saya tidak digubris sesama kartunis di Perancis.

Malah terbukti pada tahun 2020 kembali kartunis Charlie Hebdo membuat kartun yang menyinggung perasaan kaum Muslim bukan hanya di Perancis namun di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Indonesia

Jangan tafsirkan saya berat sebelah akibat menyalahkan hanya para kartunis. Sama sekali tidak! Saya sangat amat terlalu tidak setuju perilaku kekerasan ragawi yang dilakukan oleh pihak yang merasa tersinggung akibat kartun Charlie Hebdo.

Apa pun alasannya terhadap kasus apa pun termasuk penistaan agama, seyogianya manusia di negara hukum tidak boleh -sebab tidak layak- main hakim sendiri apalagi melakukan pembinasaan sesama manusia!

Masih tersedia jalur hukum atau demo tanpa kekerasan atau boikot seperti yang Gus Dur sarankan ketika umat Muslim di Indonesia menghadapi kasus dugaan kandungan lemak di dalam bumbu masak.

Memang alangkah indahnya apabila seluruh dunia berpaling ke Indonesia melihat bagaimana ketika menghadapi masalah apa pun, umat muslim di Indonesia senantiasa gigih berjuang menunaikan jihad al nafs demi menaklukkan diri sendiri sehingga selalu menghindari kekerasan ragawi apalagi membinasakan sesama umat manusia yang jelas melanggar hukum mau pun hak asasi manusia sekaligus juga melanggar ajaran agama tentang kasih-sayang dan kemanusiaan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi