Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pemimpin Redaksi Kompas.com
Bergabung sejak: 21 Mar 2016

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Jangan Drama, Tiap Angkatan Punya Medan Juang dan Pahlawannya Sendiri

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Foto karya fotografer Kompas.com, Garry Andrew Lotulung yang viral di media sosial dan aplikasi pesan percakapan, mengabadikan momen seorang pemuda yang diketahui berinisial LA saat aksi pelajar di belakang Gedung DPR/MPR, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (25/9/2019) lalu.
Editor: Amir Sodikin

KOMPAS.com - Hai, apa kabar? Semoga kabarmu baik karena anugerah kesehatan dan kesejahteraan yang memungkinkan kebaikan itu kita syukuri.

Bagaimana libur panjang yang merupakan perpaduan cuti bersama, libur karena Maulid Nabi Muhammad SAW dan akhir pekan lalu?

Semoga libur panjangmu di akhir Oktober lalu tetap menyenangkan meskipun libur atau kerja makin tidak ada beda karena situasi pandemi ini.

Hormat saya untuk kamu yang tetap di rumah saja meski libur panjang.

Hormat yang sama juga untuk kamu yang melakukan sejumlah aktivitas di luar rumah saat libur panjang dengan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan karena kesadaran. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oya, November sudah kita masuki dengan ciri khas yang kita lama kenali yaitu hujan.

Bagi generasi saya, November mengingatkan dua hal yaitu lagu "November Rain" dari Gun's N Roses yang fenomenal bagi generasi 90-an dan Hari Pahlawan.

Baca juga: Pahlawan Tak Dikenal

"November Rain" ditulis Axl Rose, vokalis Gun's N Roses dan dirilis sebagai single tahun 1992 dari album ketiga grup rock asal Amerika Serikat ini, Use Your Illusion I (1991).

Lagu ini fenomenal dan jadi ingatan generasi untuk dua hal.

Pertama, durasi lagu ini yaitu 8 menit 57 detik dan ada di urutan tiga tangga lagu Billboard Hot 100. Lagu ini menjadi lagu terpanjang dalam sejarah yang masuk sepuluh terbaik di tangga lagu itu.

Kedua, fenomena single ini diikuti videonya. Video yang diinginkan dan dibintangi Axl Rose ini melekat secara visual di benak generasi 90-an.

Berbiaya sekitar 1,5 juta dollar AS atau setara dengan Rp 21,8 miliar, video garapan Andy Morahan (1992) ini menjadi video paling epik dan paling mahal yang pernah dibuat dalam sejarah musik.

Di Youtube, video berdurasi 9 menit 14 detik ini sudah ditonton 1,4 miliar kali.

Sebelum era Youtube mengambil alih dan menelan semua produksi video, generasi saya alias "generasi anak nongkrong" menyaksikan video ini karena dipilihkan oleh MTV.

Jangan heran jika sepanjang November, lagu ini akan terdengar di banyak tempat utamanya jika kita menyalakan radio saat berkendara. Selain menjadi tanda November, mengenang sesuatu yang menyenangkan bisa jadi penambah semangat dan mood booster juga.

Ingatan kedua saya soal November adalah Hari Pahlawan yang merupakan peringatan akan Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.

Dalam catatan sejarah, ini merupakan pertempuran terbesar pertama setelah Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Dulu, sebagai siswa, saya selalu ingat Hari Pahlawan karena satu-satunya hari nasional yang banyak dibicarakan setelah Hari Kemerdekaan tetapi tidak diliburkan. Ingat karena kecewa.

Saya dulu sempat berpikir, apakah peran pahlawan tidak begitu penting sehingga tidak diberi hari libur sebagai jeda untuk mengenang? 

Untuk pertanyaan itu, saya tidak menemukan jawaban hingga akhirnya saya bertemu novel Burung-Burung Rantau yang ditulis YB Mangunwijaya. Buku terbitan Gramedia itu saya baca saat kuliah di STF Driyarkara.

Novel Romo Mangun ini dirilis tahun 1992 dan dirilis ulang 2014. Ia berkisah tentang konflik keluarga Letnan Jenderal Wiranto, mantan duta besar, Komisaris Bank Pusat Negara, generasi gerilyawan 1945 dengan lima anaknya yang lahir setelah kemerdekaan.

Ngomong-ngomong, "November Rain" dan Burung-Burung Rantau dirilis pada tahun yang sama yaitu 1992. Buat saya, dua karya ini menjadi tanda generasi saya, Generasi 90-an.

Lantas, apa jawaban atas pertanyaan saya soal Hari Pahlawan yang tidak dijadikan hari libur nasional? Tidak ada jawaban pasti.

Namun, apa yang ditulis Romo Mangun di novelnya melegakan saya, "Jangan didramatisasi. Setiap angkatan punya medan juang dan pahlawan mereka sendiri."

Apa yang ditulis Romo Mangun 28 tahun lalu menjadi pengingat agar kita tidak melebih-lebihkan apa yang kita alami, apa yang kita perjuangkan dan apa yang kita capai di rentang waktu di mana sejarah meletakkan kita.

Sikap tidak melebih-lebihkan pengalaman generasi sendiri ini sekaligus menjadi sikap untuk menghargai pengalaman, perjuangan dan capaian generasi lain yang medan juang serta jenis kepahlawannya berbeda.

Tidak heran jika pernyataan Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri soal sumbangsih dan kepahlawanan jadi bahan percakapan di media sosial di Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2020.

Diperlukan penjelasan tambahan tentang maksud pernyataan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu dari orang lain. Jauhnya beda generasi mungkin memerlukan jembatan.

Adalah Sekretaris Jenderal PDI-Perjuangan Hasto Kristiyanto yang kemudian menjelaskan pertanyaan Megawati yang menyinggung generasi milenial, "Apa sumbangsih kalian terhadap bangsa dan negara ini. Masa hanya demo saja?"

Kepahlawanan atau sumbangsih kepada bangsa memang tidak boleh dimonopoli, apalagi klaim atas kepahlawanan atau sumbangsih itu.

Selain tidak boleh dimonopoli, kepahlawanan atau sumbangsih juga tidak perlu didramatisasi. Seperti dikatakan Romo Mangun, tiap angkatan punya medan juang dan pahlawan mereka sendiri.

Beda medan juang, beda tantangan menuntut sumbangsih atau kepahlawanan yang berbeda pula. Kecintaan kepada tanah air dan bangsa bisa berbeda-beda ungkapannya.

Apakah demonstrasi adalah sumbangsih atau ungkapan kepahlawanan hari ini? Bisa iya dan tidak.

Tetapi, untuk generasi milenial yang turun berdemonstrasi karena kecintaan kepada negeri, ini bisa jadi catatan sumbangsih awal generasi ini untuk negeri. 

Oya, sepekan lalu, banyak peristiwa lain terjadi baik di dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri, soal pandemi masih jadi perhatian.

Ketua Umum Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla memperkirakan, butuh waktu hingga 2022 agar Indonesia pulih dari pandemi Covid-19.

Perkiraan kalkulatif Wakil Presiden RI dua Presiden itu didasarkan pada ketersediaan vaksin sekitar pertengahan 2021. Untuk keperluan vaksinasi, diperlukan waktu sekitar satu tahun untuk 70 persen populasi.

Dari luar negeri, dunia dibuat ramai karena pernyataan Presiden Perancis Emmanuel Macron terkait kartun Nabi Muhammad SAW. Indonesia turut mengecam pernyataan Presiden Perancis yang melukai perasaan lebih dari dua miliar umat Islam di seluruh dunia.

Saya sependapat bahwa kebebasan berpikir dan kebebasan kultural adalah satu hal yang harus dijunjung dengan sikap saling menghargai, toleransi dan damai.

Namun, mengharapkan kebebasan berpikir dan kebebasan kultural berjalan seiring dengan sikap saling menghargai, toleransi dan damai, tampaknya bukan hal mudah di Perancis yang mengagung-agungkan sekularisme (laicite).

Fakta bahwa peristiwa ini berulang adalah bukti ketidakmudahan itu dan dunia dipaksa menerima akibatnya.

Oya, pekan lalu ada hal baru juga yang saya lakukan. Disiapkan sejak akhir tahun 2019, terkendala karena pandemi, Studio Bendera di ruang Redaksi Kompas.com digunakan untuk program BEGINU: Bukan Begini Bukan Begitu.

Episode pertama menghadirkan Soleh Solihun. Rencana program 25 menit menjadi lebih dari satu jam karena obrolan mengalir tanpa jeda. 

Banyak tawa, banyak canda, banyak hal-hal penting dalam hidup yang dilihat secara sederhana dan ringan saja. Kesadaran dan spiritualitas bahwa kita tidak bisa menguasai semua menjadi landasannya.

Soal tawa, saya mengutip tulisan Romo Mangun di novel yang saya kutip di awal tulisan ini:

"Manusia tertawa jika dia terjepit dalam situasi antara logika dan kenyataan yang berbenturan tanpa dia dapat menguasainya."

Salam tawa,

Wisnu Nugroho

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi