Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ki Seno Nugroho Meninggal Dunia, Simak Perjalanan Kariernya Selama Ini...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/MARKUS YUWONO
Seno Nugroho Saat di Dusun Munggi, Semanu Minggu (4/8/2019)
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Dalang asal Bantul, Yogyakarta, Ki Seno Nugroho tutup usia pada Selasa (3/10/2020) malam.

Dikutip Kompas.com, Rabu (4/11/2020) kabar meninggalnya Ki Seno Nugroho dibenarkan oleh salah satu sindennya, Ayu Purwa Lestari.

Menurut sinden lainnya Oriza, Ki Seno masih bercanda di grup WhatsApp pada Selasa (3/11/2020) siang.

Baca juga: Sepak Terjang Benny Wenda, Disebut Dalang Kerusuhan Papua hingga Datangi Sidang PBB

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut perjalanan kariernya selama ini:

Dikutip dari salah satu videonya di channel Dalang Seno, dia memiliki "darah" dalang.

Ayah, kakek, hingga kakek buyutnya juga merupakan dalang. Ayahnya seorang dalang bernama Ki Suparman.

Dalam videonya itu dia menceritakan pada waktu kecil, ia sering ikut ayahnya mendalang. Namun saat itu masih belum tertarik menjadi dalang.

Baca juga: Ramai soal Sunda Empire hingga King of The King, Roy Suryo: Cuma Wayang

Suatu ketika, pada waktu SMP, ia diajak menonton Ki Mantep Sudarsono mendalang di Sasoho Hinggil Dwi Abad Yogyakarta.

"Dari situ saya melihat kepiawaian Pak Mantep mengolah wayang luar biasa. Sepulang pentas wayang itu saya terpacu, terpecut hati saya. Beliau pun bisa kenapa kita tidak bisa," katanya.

Dari kejadian itu, Ki Seno kemudian semangat belajar mendalang.

Baca juga: Mengenang Seniman Musik Djaduk Ferianto...

Jurusan pedalangan

Dia menyukai gaya Ki Mantep dan berusaha mempelajarinya dengan datang ke setiap pentasnya di Jogja.

Meski acaranya berbayar, dia berusaha menyisihkan uang agar bisa datang.

Seno kemudian mulai bisa memainkan wayang. Dia juga memutuskan untuk belajar di Sekolah Menegah Karawitan Indonesia jurusan pedalangan.

Ketika menginjak kelas 2, ayahnya jatuh sakit.

Baca juga: Mengenang 19 Tahun Serangan 11 September di AS...

 

Pada waktu itu pamannya, Ki Supardi, menasehatinya, jika bukan Seno yang melanjutkan perjuangan ayahnya lalu siapa lagi.

Hal itu melecut semangatnya untuk mulai mendalang.

Akan tetapi dia memiliki syarat, dia tak mau ayahnya melihat ketika dia mendalang. Dua hal yang melatarbelakangi syarat tersebut, pertama karena malu dan kedua takut dimarahi apabila salah dalam mendalang.

Baca juga: Mengenang Aktor Didi Petet, dari Perjalanan Karier hingga Seni Teaternya...

Ki Seno pertama kali menjadi dalang di Mrican. Saat malam pamannya mendalang, siangnya giliran Seno.

Pada awalnya berjalan lancar, tapi ketika Seno menengok ke belakang melihat ayahnya memainkan salah satu alat musik, dia grogi dan pecah konsentrasinya. Ayahnya lalu keluar.

Malam harinya dia diajak ke Pekalongan. Selepas ayahnya mendalang di sana, uangnya digunakan untuk membeli jajan. Padahal jajanan yang dibeli adalah pantangan bagi ayahnya.

Ayahnya pun senang, lantaran sudah ada penerus. Hal itu yang membuat apa pun permintaan Seno dikabulkan.

Baca juga: Sejarah Tato di Dunia: Bentuk Sanksi, Pengobatan, dan Seni

Mencari uang sendiri

Tidak berapa lama kemudian, ayahnya meninggal. Seno pun berusaha mencari uang sendiri dengan berbagai cara. Serabutan pun dilakoninya.

Perjuangannya menjadi seperti saat ini tidak mudah.

Menurutnya dirinya bisa sampai seperti saat ini tidak lepas dari bimbingan senior-seniornya, terutama Ki Mantep. Lantaran sering diajak manggung, meski belum punya nama.

Baca juga: Mengenang Maestro Seni Lukis Jeihan Sukmantoro...

Meskipun dia adalah dalang, dia tidak pernah menolak ajakan kolaborasi dengan pegiat seni lainnya.

Menurutnya sangat menyenangkan dan berkesan ketika bisa berkolaborasi dengan tokoh-tokoh seni terkenal lainnya.

Pada akhirnya dia telah menjelajah berbagai negara karena kemampuannya mendalang. Korea, Argentina, Belanda, dan Belgia merupakan sejumlah negara yang pernah dikunjunginya.

Baca juga: Update Terkini, Berikut 8 Negara di Eropa dan Amerika Latin yang Konfirmasi Kasus Corona

Salah satu pengalaman mendalangnya yang berkesan adalah saat dia mengikuti Festival Wayang Dunia di Buenos Aires. KBRI Argentina yang mengundangnya.

"Harusnya saya pentas satu kali. Tapi karena luar biasa animo penonton sampai saya pentas tiga kali," ujarnya.

Tak cukup sampai di situ, penonton masih menginginkan satu pentas lagi, tapi tidak bisa dilakukan Seno karena harus segera bertolak ke Indonesia.

"Saya sampai menangis melihat penonton. Karena di negara yang tidak tahu wayang yang wayangnya hanya muppet boneka itu, kita pentas dengan wayang kulit itu, penontonnya kayak antre tiket film box office. Luar biasa," ungkapnya.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Dessert Box dan Bahaya Hidden Sugar...

Digemari millenial

Dalam bidang wayang, Seno telah sukses menggaet kalangan anak muda untuk menikmati wayang.

Dikutip Kompas.com, 13 Agustus 2019, dia menceritakan, kesuksesan menggaet anak muda yang rela duduk berjam-jam adalah karena dia mendalang dengan bahasa yang sederhana.

“Kami membuat (mementaskan) wayang itu diterima semua kalangan. Wayang identik dengan sastra atau bahasa yang sulit itu kita permudah saja," ujarnya.

Seno mengatakan cerita wayang maupun tuntunan dalam cerita dibuat simpel. Intinya semua dipermudah saja.

Baca juga: Daftar dan Profil Penerima Nobel Sastra, Fisika, Kimia, dan Kedokteran 2020

Saat pementasan, dirinya mengikuti keinginan penonton untuk lakon yang dimainkan. Meski sebenarnya sudah sering dimainkan, ia tidak mempermasalahkan yang terpenting kepuasan penonton.

"Satu lagi menonjolkan tokoh Bagong yang disenangi anak muda itu. Dia saya buat paling ndugal, ketika berhadapan kepada raja paling terhormat. Kalau sudah bagong marah diunek-unekke (dimarahi). Gleleng ning sembodo (Nakal tetapi bisa membuktikan), anak muda kan seperti itu kan. Jiwanya masih jiwa panas," ucapnya.

Seno mengaku menggunakan sarana media sosial untuk menyiarkan pementasannya cukup efektif mengenalkan wayang kepada anak muda.

“Anak sekarang SD saja sudah pegang HP, buka-nya konten YouTube atau nonton film atau apa. Kita coba lewat situ (YouTube) ternyata dan ini luar biasa. Semalam itu minimal 10 ribu penonton. Untuk pertunjukan tradisional lho Mas, itu luar biasa. Tembus 20 ribu (penonton) di Magelang kemarin,” imbuhnya.

Baca juga: Curhatan Seorang Guru di Tengah Pandemi Corona...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi