Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Menang dengan Suara Terbanyak, Bagaimana Memenangi Pemilu AS?

Baca di App
Lihat Foto
Istimewa
Peta skenario kemenangan Electoral College yang paling realistis untuk calon presiden Partai Republik Presiden petahana Donald Trump
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Pemilihan umum (Pemilu) Amerika Serikat (AS) dilaksanakan mulai 3 November 2020 dengan Joe Biden dan Donald Trump sebagai kandidat presiden.

Joe Biden berpasangan dengan Kamala Harris. Sementara itu Donald Trump berpasangan dengan Mike Pence.

Sistem pemilihan umum yang dilakukan di AS berbeda dari Indonesia. Jika di Indonesia pemenang pemilu adalah peraih suara terbanyak, di AS tidak demikian.

Baca juga: Mengenal Sosok Kamala Harris, Calon Wakil Presiden Kulit Hitam Pertama di AS

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lalu bagaimana aturannya?

Dikutip BBC, 29 Oktober 2020, presiden AS tidak dipilih secara langsung oleh masyarakat, melainkan oleh lembaga yang dikenal dengan istilah electoral college atau lembaga pemilih.

Ketika warga AS datang ke tempat pemungutan suaran, mereka sebenarnya memilih orang-orang yang akan duduk dalam electoral college.

Setiap negara bagian di AS mendapat jumlah tertentu dari electoral college berdasarkan populasinya.

Baca juga: Trump Vs Joe Biden, Berikut Urutan Tahapan Pilpres di AS...

Makin banyak penduduknya, maka elector-nya semakin banyak. Totalnya ada 538 suara yang diperebutkan para kandidat.

Untuk memenangkan pemilihan, kandidat harus memperoleh lebih dari setengah suara. Jadi pemenangnya adalah kandidat yang memenangkan 270 suara electoral college atau lebih.

Hal itu berarti para pemilih bertarung di tingkat negara bagian dan bukan nasional. Itu sebabnya seorang kandidat mungkin saja memenangkan suara terbanyak secara nasional, tapi bisa saja kalah karena electoral college.

Baca juga: Lawan Trump di Pilpres AS 2020, Berikut Sepak Terjang Joe Biden

Biasanya negara bagian memberikan semua suara Dewan Elektoral untuk capres yang memenangkan suara dari popular votes.

Misalnya jika seorang capres menang 50,1 persen suara di suatu negara bagian, dia akan mendapat seluruh electoral votes di negara bagian itu.

Namun hal itu dikecualikan di 2 negara bagian, yakni Maine dan Nebraska. Mereka menggunakan metode "distrik kongresional".

Artinya, satu elector dipilih di setiap distrik kongresional berdasarkan pilihan rakyat, sedangkan dua electors lainnya dipilih berdasarkan pilihan terbanyak rakyat di seluruh negara bagian.

Itulah sebabnya mengapa para capres menargetkan negara bagian tertentu, daripada mencoba memenangkan sebanyak mungkin suara publik di seluruh penjuru negeri.

Baca juga: Mengapa Covid-19 Lebih Mematikan pada Orang dengan Obesitas?

Kapan pemenang pemilu mulai menjabat?

Jika Joe Biden memenangkan pemilihan, dia tidak akan segera menggantikan Presiden Trump karena ada periode transisi yang ditetapkan untuk memberi waktu kepada pemimpin baru untuk menunjuk menteri kabinet dan membuat rencana.

Presiden baru secara resmi dilantik pada 20 Januari dalam sebuah upacara yang dikenal sebagai pelantikan, yang diadakan di tangga gedung Capitol di Washington DC.

Setelah upacara, presiden baru menuju ke Gedung Putih untuk memulai masa jabatan empat tahun mereka.

Baca juga: Benarkah Pengobatan Covid-19 yang Dipakai Donald Trump Berasal dari Jaringan Janin?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi