KOMPAS.com - Penghitungan suara presiden AS masih berlangsung hingga saat ini. Namun, satu hal yang perlu dicermati adalah gerakan pendukung Donald Trump dinilai lebih solid dari yang diprediksi para pakar.
Tak peduli dia menang atau kalah, Trumpisme tampaknya akan tetap hidup.
Dikutip dari AFP, Kamis (5/11/2020), pakar politik Republikan Sophia A. Nelson menyimpulkan dengan cepat: "Gerakan Trump itu nyata dan akan tetap ada."
Basis gerakan Trump ini disebut akan menyumbang total suara tertinggi ketiga dalam sejarah politik AS, hanya di belakang Joe Biden dan Barack Obama pada 2008.
Para pemilih Hispanik, yang seringkali diharapkan condong ke kiri, kali ini berpaling ke Trump.
Jumlah pemilih mereka di Florida membantu Trump dengan mudah mengalahkan Biden dalam pemilu ini.
"Menjelang pemilihan, banyak pakar berbicara tentang bagaimana Trump tidak membawa pemilih baru ke kubunya," kata Abraham Gutman yang berada di dewan editorial di The Philadelphia Inquirer.
Baca juga: Hasil Sementara Pemilu AS: Biden Dekati Kemenangan dengan 264 Suara Vs Trump 214 Suara
Suara Trump dalam pemilu kali ini setidaknya lima juta lebih besar daripada Pemilu 2016 melawan Hillary Clinton.
Menjelang pemilu, Trump menggelar banyak kampanye di tempat pemungutan suara dan disambut oleh banyak orang.
Semua itu dianggap bukti bahwa dukungan warga kepada Trump masih besar.
"Para pendukungnya mencintainya. Mereka mencintainya karena fakta bahwa dia mengutamakan Amerika dan orang Amerika pertama," klaim Jim Worthington, pendiri People4Trump.
"Mereka menyadari bahwa dia berjuang untuk mereka. Kami memperluas koalisi kami," kata dia.
Penanganan kontroversial Trump atas pandemi virus corona, kebijakan imigrasinya yang keras, dan gaya bicaranya disebut tak menggoyahkan hati para penggemarnya.
"Para pendukung sangat menyukai orang ini dengan semua kekurangannya atau mungkin karena kekurangannya," kata John Feehery, pelobi EFB Advocacy yang telah bekerja dengan beberapa anggota parlemen Republik.
"Itu hal yang aneh. Saya pikir sebagian karena dia sangat otentik. Dia mengatakan apa yang ada di pikirannya dan orang-orang suka melihat apa yang ada di pikirannya," lanjutnya.
Baca juga: 6 Hal Penting soal Pilpres AS 2020, Pertarungan Donald Trump Vs Joe Biden
Mencalonkan diri pada pemilu 2024?
Akan tetapi, gerakan itu tidak akan hilang jika Trump kalah.
"Saya pikir semua orang berkumpul kembali. Dia akan memutuskan jalur apa untuk kita semua dan saya pikir kita akan memperkuat bersama," kata Worthington.
Ia yakin pengusaha miliarder itu akan mendapat banyak dukungan jika dia mencalonkan diri lagi dalam empat tahun.
Ketika ditanya tentang kemungkinan gelombang baru politik Trump, Worthington mengatakan, dia melihat putri Ivanka, bukan putra tertua Don Jr sebagai pewaris.
Mengenai pengaruhnya secara keseluruhan pada Partai Republik, banyak pihak berpikir bahwa kerugian pada 2020 kemungkinan tidak akan berdampak buruk.
Bahkan, dengan kekalahan tipis di Gedung Putih, Partai Republik berada di jalur untuk mempertahankan mayoritas Senat mereka dan tidak kalah secara spektakuler di Parlemen.
"Segala sesuatunya berjalan baik untuk partai yang dia pimpin dan itu mungkin akan terus mempengaruhi arah yang akan terjadi setelah dia tidak terlalu sering tampil di televisi," kata Daniel Schlozman, seorang profesor ilmu politik di Johns Hopkins University.
Sementara, profesor ilmu politik di Boston College David Hopkins menyebut, Trump akan terus memiliki pengaruh besar pada Partai Republik setidaknya dalam empat tahun ke depan.