Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 18 Mei 2016

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Sang Nabi, Teka-Teki Sejarah Manusia

Baca di App
Lihat Foto
AP/Thibault Camus
Foto file 29 Oktober 2020 ini menunjukkan sebuah masjid di Paris.
Editor: Heru Margianto

NAMA negara yang pernah diharumkan seorang Muslim bernama Zinedine Zidane—dengan menjuarai ajang Piala Dunia (1998) dan Piala Eropa (2002), kini tercoreng-moreng lagi dengan prilaku pemimpinnya yang tak pantas ditiru.

Presiden mereka melontarkan kecaman tak berdasar pada Islam, lantaran api yang mereka sulut dari kesalahpahaman. Bukan cuma sekali Perancis cari perkara. Dulu pernah ada Charlie Hebdo, dan masih ada catatan lain yang sengaja tidak kami sertakan dalam risalah ini.

Memahami Perancis

Supaya duduk perkara menjadi jelas, perlu diketahui bahwa Perancis adalah sebuah negara laicite (sekular) karena kebebasan beragama rakyatnya murni hak konstitusional. Kendati, beberapa organisasi relijius seperti Saintologi, Anak Tuhan, Penyatuan Gereja, dan Orde Ksatria Matahari, dianggap sebagai pemujaan.

Menurut Eurobarometer Poll (2005), 34 persen warga Perancis menanggapi bahwa mereka mempercayai adanya Tuhan. Sementara 27 persen menjawab mereka percaya suatu jenis ruh atau kekuatan yang hidup, dan 33 persen menyatakan mereka tidak percaya keduanya—termasuk Tuhan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei lain menyatakan, 32 persen penduduk Perancis mengaku ateis, dan 32 persen lainnya meragukan keberadaan Tuhan, tetapi bukan ateis. Membingungkan bukan?

Konsep sekularisme dicanangkan di Perancis sejak 1905. Maka pemerintah mereka secara legal menolak pengakuan agama apa pun (kecuali peraturan seperti ulama militer dan Alsace-Moselle).

Sementara itu, Perancis mengakui organisasi religius, sesuai kriteria hukum formal yang tidak menggunakan doktrin keagamaan. Sebaliknya, organisasi relijius harus merelakan campur tangan pemerintah dalam pembuatan kebijakan.

Ketegangan sering terjadi mengenai diskriminasi tuduhan terhadap kaum minoritas, khususnya terhadap Muslim. Banyak versi mengenai jumlah Muslim di Perancis hingga saat ini.

Dalam buku yang diterbitkan oleh Badan Intelijen Pusat Amerika (CIA), CIA World Factbook, menerangkan, ada sekitar 5-10 persen populasi Muslim di Perancis. Sekitar 6,5 juta jiwa dari 64,5 juta jumlah penduduk.

Teladan Rasulullah

Nah, daripada kita bertungkus lumus dalam perkara yang sama terus menerus, lebih baik kita renungkan lagi apa yang sesungguhnya harus dilakukan. Mari sejenak kita kembali ke masa di mana Rasulullah Muhammad Saw pernah hidup.

Usai menerima Wahyu perdana (QS. Al ‘Alaq [96]: 1-5) dan menyampaikannya secara tersembunyi, Beliau pun menerima (QS. asy Syu’ara [26]: 214) yang berisi, “dan berilah peringatan kepada para kerabatmu terdekat.” Lalu pada hari yang lain, Muhammad putra Abdullah pun naik ke bukit Shafa. Menyeru orang Quraisy berkumpul.

“Sekiranya sekarang aku berkata bahwa, musuh akan menyerang kalian pagi ini atau sore nanti, apakah kalian akan memercayainya?”

Tanpa dikomando, mereka serentak menjawab, “Ya!” Dasarnya sederhana saja. Bagi mereka, Muhammad adalah manusia paling jujur serta luhur budi pekertinya di antara mereka.

Setelah jawaban tersebut, Rasul berkata lagi, “Sungguh aku sekarang hendak memberi peringatan kepada kalian tentang akan datang adzab yang pedih.”

Demi mendengar perkataan itu, Abu Lahb sontak menyahut, “Celaka engkau! Apakah hanya untuk menyampaikan hal ini kau mengumpulkan kami?” lantas ia pun beringsut pergi.

Persoalan tak lantas selesai. Abu Lahab, Abu Jahal, yang adalah paman Beliau Saw, malah kian gencar melakukan perisakan. Bukan lagi penolakan, apalagi boikot. Termasuk penyiksaan berujung kematian beberapa syuhada generasi pertama Islam, dan tentu upaya pembunuhan keponakan mereka sendiri.

Muhammad Saw yang sudah beroleh dukungan dari Hamzah (Sang Singa Padang Pasir) dan Umar bin Khattab, dua pemuka para ksatria Quraisy, tak memilih bentrokan fisik sebagai cara bertahan.

Sebaliknya, seluruh kebrutalan bandit Makkah itu didiamkan saja olehnya, sebelum kemudian hijrah ke Madinah. Padahal dua punggawanya termasuk satria pilih tanding yang belum pernah kalah duel.

Alhasil, Abu Lahab yang beringas itu pun tumpas, usai mendengar kemenangan kaum Muslim pada pertempuran pertama mereka di Badr. Jenazahnya dibiarkan membusuk selama tiga hari dan dimakamkan dengan cara yang begitu merepotkan karena tak ada satu orang pun yang berkenan mendekat.

Di Madinah

Ketika sudah mukim di Madinah, laku lampah Nabi Saw juga tak jauh beda. Padahal jumlah Muslim terus membesar. Suku-suku besar dan penting di jazirah mulai merapatkan barisan ke komunitas orang beriman itu.

Pertumbuhan pesat sedemikian rupa, ternyata tak berbanding lurus dengan cara Rasulullah berdakwah. Beliau masih tetap sosok bersahaja yang tak keberatan namanya ditulis tanpa embel-embel Rasulullah pada Perjanjian Hudaibiyah.

Secara sepintas, ikatan itu merugikan kaum Muslim. Mereka dilarang masuk ke Makkah selama sepuluh tahun. Meskipun dari segi jumlah dan kekuatan bisa saja kafir Quraisy porak poranda kala itu juga bila Rasulullah memerintahkan mereka merebut kembali tanah kelahirannya.

Kisah ini barangkali terlampau heroik. Jangan khawatir, Kisanak, masih ada rekaman kejadian lain yang bersifat sangat pribadi.

Pengemis buta

Itulah momen istimewa kala Rasul Saw rutin menyuapi pengemis buta Yahudi yang mencaci-maki dirinya sedemikian gamblang. Catat, dicaci-maki. Disumpah serapahi. Bukan diparodikan dengan karikatur atau dikartunisasi.

Tapi manusia mulia ini memilih bungkam. Ia tetap setia pada misi utamanya. Menebar rahmat ke alam semesta. Menjadi suri tauladan bagi umat terbaik akhir zaman.

Kelak nanti, pengemis yang beruntung itu, memeluk Islam ketika mengetahui orang yang ia fitnah adalah Muhammad Sang Nabi dan sosok itu sampun katimbalan dening ngarsa dalem Allah Swt.

Tak boleh merusak citra Islam

Mari kita periksa diri dengan lebih jeli. Sebagai Muslim kiwari, apa yang sudah kita lakukan sejauh ini untuk perkembangan Islam?

Tak usah bicara lingkup global. Di dalam keluarga saja, apakah kita sudah menjadi pengejawantahan rahmat Allah? Apakah kita telah memberi teladan dengan akhlak mulia?

Bila Macron menghina prinsip negaranya sendiri yang dikenal dengan liberte (asas kebebasan), egalite (kesetaraan), dan fraternite (persaudaraan), tiada mengapa. Tapi kita jelas tak boleh merusak citra Islam yang cinta damai dan menjunjung tinggi keselamatan umat manusia sejagad.

Kita tak perlu heboh sendiri. Kebakaran jenggot di siang bolong. Jika mau lebih jujur, hampir tak ada satu pun kerugian yang dialami Islam dengan tindakan tercela semacam itu.

Toh sudah sejak zaman awal kehadirannya, Islam tak henti dirundung dari pelbagai sisi. Zaman ke zaman. Nyaris dua alaf lamanya. Jadi jangan pula kita merasa lebih terhina dari Nabi Muhammad.

Membela kesucian Beliau, justru dengan cara yang juga diridhai Allah, yaitu mengedepankan prinsip cinta kasih antar sesama umat manusia.

Secara terang, tak ada satu ayat pun dalam Alquran yang menyinggung perkara melarang melukis para nabi-rasul Allah. Jika yang berkenaan dengan soal pemberhalaan, itu jelas ada.

Senyampang yang kita tahu, patung dan lukisan yang disembah, itu memang dilarang Islam. Tapi Islam adalah agama yang lahir dari cita rasa estetika tertinggi.

Seni adalah satu di antara media yang menyuburkan peradabannya hingga hari ini. Jangankan lukisan, dalam pikiran sekali pun, banyak manusia yang memberhalakan Tuhan.

Pahamilah, jika kita getun dengan kebiasaan buruk Barat yang memang gemar mengolok nabi mereka, itu bukan semata mereka punya trauma psikosomotis pada agama. Tapi memang itu sudah menjadi tabiat dari peradaban yang mereka kembangkan.

Apabila kita terusik dengan kartun nabi yang buruk rupa itu, sama dengan kita mengamini apa yang mereka canangkan.

Teka-teki sejarah manusia

Sejauh yang sudah penulis telusuri, pernah ada satu lukisan Nabi Muhammad yang dibuat pelukis Yahudi pada abad ke-7—yang hidup sezaman dengan Beliau. Tapi lukisan itu tak pernah tersebar secara massal.

Satu di antaranya tergantung di salah sebuah ruangan di kediaman kami. Tersembunyi dari mata banyak orang.

Tentu lukisan ini hanya citraan seorang artis belaka. Bukan menggambarkan sepenuhnya sosok yang sedang dilihatnya.

Lagipula, sebuah lukisan mestinya tak sampai harus membuat emosi kita terbakar. Itu menjadi bukti betapa laku beragama kita hari ini lebih banyak mengurusi kulit luar.

Islam itu seindah akhlak Muhammad. Maka sudah sepantasnya kita meniru laku Beliau dalam menjalani kehidupannya di dunia fana ini. Maafkan saja prilaku menyimpang orang-orang barbar itu. Semoga kelak, hidup mereka beroleh petunjuk dari Allah yang Maha Pemaaf.

Mungkin presiden yang naif itu perlu mengunjungi Indonesia lebih lama. Mendatangi pesantren terbaik kita; ngangsu kawruh pada para kiyai sepuh yang ilmu keislamannya ampuh; dan tentu, duduk sama rasa sembari ngemil kacang rebus di meja pengurus besar Nahdlatul Ulama.

Bukankah kita percaya dan tahu, ada pepatah leluhur yang berpesan, “tak kenal maka tak sayang”?

Andai Nabi Muhammad Saw hidup pada zaman halai-balai begini, niscaya wajahnya yang cahaya itu kan membuat jiwa manusia modern jadi tenang. Adem ayem tentrem kerta raharja.

Akhir kata, biarlah paras agung Muhammad Saw, tetap lestari sebagai teka-teki sejarah manusia…

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi