Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Tanggapan Berbagai Negara Terkait Pilpres AS?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/DROP OF LIGHT
Ilustrasi Pilpres AS 2020
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Salah satu pemilihan umum yang menarik di mata dunia adalah pemilihan presiden Amerika Serikat.

Pada Pilpres AS 2020, dua kandidat bertarung, yakni capres petahana Donald Trump dari Partai Republik dan capres Joe Biden dari Partai Demokrat. 

Dikutip dari CNN, Sabtu (7/11/2020), hasil perhitungan suara sementara menunjukkan Biden lebih unggul daripada Trump.

Biden mendapatkan 253 suara elektoral sementara lawannya mendapat 213 suara elektoral.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumber lainnya, Fox News pada Sabtu (7/11/2020) memberitakan, Biden meraih 264 suara elektoral, sedangkan Trump 214 suara.

Baca juga: Trump: Biden Jangan asal Klaim Jabatan Presiden!

Lalu, bagaimana tanggapan berbagai negara atas Pilpres AS?

1. Meksiko

Dilansir The Washington Post, Jumat (6/11/2020), Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador memilih untuk berhati-hati dalam memberikan tanggapan.

Pihaknya baru akan membuat pernyataan setelah otoritas AS mengumumkan pemenangnya.

"Kami tidak dapat mengeluarkan pernyataan, kami tidak boleh berbicara tentang pemilu di Amerika Serikat, karena prosesnya belum berakhir dan kami harus sangat berhati-hati," kata Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador.

2. Skotlandia

Beberapa pemimpin negara tidak mengungkapkan dengan dengan gamblang, seperti yang dilakukan Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon.

Setelah Biden melaju di Pennsylvania, Sturgeon membuat twit,

"Dunia bisa menjadi tempat yang gelap pada saat ini - tapi hari ini kita melihat celah kecil di awan," tulis Sturgeon.

Baca juga: Pilpres AS dalam Sorotan Media Dunia: Kacau, Gila, Sekaligus Menghibur

3. Inggris

Pemerintah Inggris berhati-hati juga dalam pernyataannya dan tidak ingin mengomentari hasil sementara Pilpres AS.

"Jika saya adalah pemilih di Amerika, saya rasa saya tidak ingin ada orang di pemerintahan lain yang mengomentari pemilihan saya," kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kepada Sky News melalui The Washington Post.

"Saya pikir sementara suara sedang dihitung, kita harus menunggu dan melihat," lanjutnya.

Sementara itu, Wali Kota London Sadiq Khan, yang sering bentrok dengan Trump di masa lalu, menegaskan kembali dukungannya untuk Biden pada hari Jumat.

“Jelas saya mendukung Joe Biden, karena saya berharap bahwa Presiden AS berikutnya adalah seseorang yang tidak terobsesi dengan kebijakan penuh kebencian,” kata Khan kepada Radio BBC London.

4. Kanada

Dikutip The Washington Post, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, berbicara kepada wartawan di Ottawa, mengatakan Kanada akan "sangat berhati-hati" tentang bagaimana dan kapan menyatakan ucapan selamat kepada pemenang.

Dilansir Time, Trudeau mengatakan negaranya dalam posisi yang baik dan siap untuk terus bekerja dengan rakyat AS serta pemerintah AS, terlepas dari hasil pemilu.

Namun, tidak semua politisi Kanada setuju. "Trump membuat dunia menjadi tempat yang lebih berbahaya bagi kita semua," kata Jagmeet Singh, pemimpin Partai Demokrat Baru Kanada.

Dia juga mengatakan Trump telah menempatkan orang-orang di AS dan dunia dalam risiko.

Baca juga: Penghitungan Suara Masih Dilakukan, Kapan Hasil Akhir Pilpres AS Diumumkan?

5. Jerman

Masih dari The Washington Post, Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengkritik keengganan Trump untuk menerima hasil pemilu dan mengatakan AS bukanlah pertunjukan satu orang.

"Siapa pun yang terus menuangkan minyak ke atas api dalam situasi seperti ini bertindak tidak bertanggung jawab. Para pecundang yang layak lebih penting untuk berfungsinya demokrasi daripada pemenang yang cemerlang," katanya dalam wawancara dengan grup media Jerman Funke.

Ketua Komite Urusan Luar Negeri Parlemen Jerman Norbert Rottgen mengatakan di Twitter bahwa Trump mengabaikan dasar-dasar demokrasi dengan perilakunya.

Dia menambahkan, “Jika dia (Trump) kalah, dia tidak akan tetap di Gedung Putih, tapi dia juga tidak akan menerima kekalahan. Dia peduli dengan opini publik (dia siap meracuni segalanya untuk itu)."

Di Jerman, seruan Donald Trump Jr di Twitter untuk "perang total" atas pemilihan umum disambut dengan resonansi khusus.

Bild, tabloid terbesar di negara itu, mengatakan kata-kata tersebut mengingatkan kembali pada pidato terkenal menteri propaganda Hitler Josef Goebbels ketika menyerukan "perang total" saat Jerman kalah dalam Perang Dunia II.

Baca juga: Muncul 264 dan 253 Suara Sementara untuk Joe Biden di Pilpres AS, Apa Penyebabnya?

6. Brasil

Presiden Brasil Jair Bolsonaro kadang-kadang disebut Trump dari daerah tropis karena gayanya yang serupa.

Bolsonaro mengatakan Trump bukanlah orang terpenting di dunia, seperti yang dia sendiri katakan.

"Orang yang paling penting adalah Tuhan," katanya. Bolsonaro mencatat perlunya "kerendahan hati".

8. Rusia

Dilansir Time, hingga Rabu pagi, pemerintah Rusia belum berkomentar secara terbuka tentang hasil sementara Pilpres AS.

"Lebih baik bagi Rusia jika ada hasil yang menentukan, sehingga yang kalah tidak akan menggunakan klaim campur tangan asing," kata Konstantin Kosachev, sekutu Putin yang mengetuai komite urusan luar negeri.

“Sudah waktunya bagi Amerika untuk kembali ke politik kewarasan,” lanjutnya.

9. Cina

Hubungan AS-China tidak baik saat AS di bawah pemerintahan Trump. Hal itu ditandai dengan bentrokan perdagangan, teknologi, dan diplomasi internasional.

Ketika ditanya pada Rabu (4/11/2020), apakah juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin memiliki preferensi untuk Biden atau Trump?

Dia menjawab pemilihan AS adalah urusan dalam negeri Amerika. Selain itu, China tidak memiliki sikap terkait masalah tersebut.

10. Iran

Hubungan Washington dengan Iran telah lama tegang dan semakin memburuk setelah pembunuhan komandan militer tertinggi Iran dalam serangan udara AS pada Januari.

Pada Selasa (3/11/2020), Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei mengatakan dalam sebuah twit bahwa hasil pemilihan AS tidak akan mempengaruhi kebijakan kami terhadap AS.

Namun, Khamenei juga menggunakan kesempatan itu untuk menyerang AS, menambahkan dalam pidatonya hari Selasa.

"Situasi saat ini membuktikan kemerosotan sipil, politik dan moral yang parah di AS, sesuatu yang telah diakui oleh para pemikir di Amerika Serikat," ujarnya.

Khamenei juga membagikan gambar sampul buku jurnalis Bob Woodward, Fear: Trump in the White House, mengutipnya sebagai bukti penurunan sistem politik AS.

Baca juga: Telepon Misterius pada Hari Pemilihan Presiden Amerika Diterima Jutaan Warga AS

11. Filipina

Sayap kanan Presiden Filipina Rodrigo Durterte memiliki hubungan yang bersahabat dengan Trump dan mendorong warga Filipina-Amerika untuk memilih calon dari Partai Republik pada Maret.

Tapi, Juru Bicara Kepresidenan Harry Roque pada 4 November mengatakan pemerintah Filipina mengharapkan tidak ada perubahan besar dalam hubungan Filipina dengan AS, terlepas dari siapa yang memenangkan pemilihan.

“Presiden (Duterte) dapat membangun hubungan pribadi yang sama hangatnya dengan siapa pun yang memenangkan pemilihan ini meskipun itu bukan Presiden Trump,” kata Roque kepada CNN Filipina.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi