Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Beri Perhatian Penularan Virus antara Hewan dan Manusia, Mengapa?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/creativeneko
Ilustrasi virus corona menginfeksi tubuh menyebabkan Covid-19. Pada sebagian orang Covid-19 dapat mematikan, studi mengungkap virus SARS-CoV-2 dapat memengaruhi protein interferon tipe I (IFN) dalam melawan virus dan membuat sistem kekebalan berbalik melawan dirinya sendiri.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tengah memberikan perhatian lebih pada biosekuritas di sekitar peternakan cerpelai di dunia untuk mencegah terjadinya kasus serupa dengan Denmark.

Seperti diberitakan sebelumnya, Denmark berencana memusnahkan populasi cerpelai setelah menemukan adanya mutasi virus corona pada hewan ini yang menyebar ke manusia.

Melansir Reuters, Jumat (6/11/2020), Kepala Teknis WHO untuk Covid-19 Maria van Kerkhove mengatakan bahwa penularan virus antara hewan dan manusia telah menjadi "perhatian".

Baca juga: Saat WHO Peringatkan tentang Bahaya Nasionalisme Vaksin...

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akan tetapi, ia menambahkan bahwa mutasi pada virus adalah suatu hal yang normal.

"Mutasi (pada virus) adalah hal yang normal. Jenis perubahan dalam virus adalah hal yang telah kita telusuri sejak awal," kata Van Kerkhove. 

Menurut para pakar di WHO, risiko ini jauh lebih rendah terjadi pada hewan ternak selain cerpelai.

Baca juga: CDC Sebutkan Adanya Penyebaran Covid-19 di Pesawat, Ini Penjelasannya...

Pengaruh pada pengembangan vaksin

Mutasi virus ini menjadi perhatian tersendiri terkait dampaknya pada keefektifan vaksin Covid-19 yang tengah dikembangkan.

Meski begitu, Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan, terlalu dini untuk menyimpulkan tentang implikasi mutasi ini pada efektivitas vaksin.

"Kita tidak memiliki bukti apa pun saat ini," kata dia.

Baca juga: Mengenal 9 Kandidat Vaksin Virus Corona

Saat ini, bukti yang ada belum menunjukkan bahwa varian SARS-CoV-2 ini berbeda dengan karakter biasanya.

"Mungkin ada sedikit yang berbeda, tetapi virusya masih sama," kata Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO Mike Ryan seperti dikutip Global Times, Sabtu (7/11/2020).

Menurut Ryan, diperlukan waktu untuk mengetahui seberapa luas virus telah menyebar pada populasi cerpelai dan antara virus dan manusia.

Ia mengungkapkan bahwa WHO tengah bekerja sama dengan pihak terkait untuk menyelesaikan penilaian risiko awal dari peristiwa ini di Denmark dan akan berkomunikasi dengan negara-negara anggota.

Baca juga: Virus Corona di Inggris Menyebar Lebih Cepat dari Skenario Terburuk Pemerintah

Strain yang mengalami mutasi

Pihak berwenang di Jerman mengatakan, strain virus corona yang bermutasi telah ditemukan pada 12 orang dan di 5 peternakan cerpelai.

Kerkhove sendiri mengatakan bahwa keputusan Denmark untuk memusnahkan cerpelai ditujukan untuk mencegah terbentuknya wadah baru untuk virus ini.

Seperti diketahui, di awal kemunculannya, virus corona diduga berasal dari hewan di pasar makanan laut di Wuhan, China.

Namun, belum ada jawaban pasti untuk seluruh pertanyaan tentang virus corona ini.

Baca juga: Aspirin Akan Diuji sebagai Pengobatan Potensial Covid-19, Bagaimana Prosesnya?

Ryan menyebut bahwa potensi penularan selalu ada dan perhatian untuk melakukan penelitian lebih lanjut memang diperlukan.

"Kondisi ini menjadi perhatian karena spesies mamalia seperti cerpelai adalah inang yang baik dan virus dapat berevolusi di dalam spesies terseebut, terutama jika mereka ada dalam jumlah besar dan saling berdekatan," jelasnya.

Akan tetapi, Ryan mengatakan bahwa hewan ternak lain, seperti babi dan unggas, memiliki biosekuritas yang "sangat ketat" untuk mencegah paparan virus yang mungkin terjadi.

Baca juga: Berikut Bahaya Konsumsi Daging Babi Menurut Para Ahli Gizi

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Bagaimana Cara Isolasi Mandiri dan Merawat Saudara yang Positif Covid-19?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi