Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Resesi dan Pandemi, Bagaimana Melihatnya sebagai Peluang, Bukan Ancaman?

Baca di App
Lihat Foto
(Dok. Shutterstock)
Ilustrasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Indonesia dipastikan mengalami resesi setelah pertumbuhan ekonomi pada kuartal III kembali minus.

Dalam situasi pandemi, banyak negara mengalami hal yang sama. Pandemi virus corona juga membawa dampak besar pada perekonomian.

Dampaknya turut pula dirasakan masyarakat. Dengan segala pembatasan sebagai bagian dari upaya pencegahan Covid-19, banyak yang tak bisa melakukan kegiatan perekonomian seperti biasa.

Perusahaan-perusahaan juga terdampak. Tak sedikit yang memberhentikan karyawannya. Daya beli masyarakat ikut terimbas.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semua orang berjuang agar kebutuhannya terpenuhi. Di tengah situasi sulit, resesi dan pandemi, bagaimana melihatnya sebagai peluang untuk bertahan dari sisi ekonomi?

Baca juga: Indonesia Resmi Resesi, Ini Bedanya dengan Krisis dan Depresi Ekonomi

Kembangkan produk yang berbeda

Pakar pemasaran Indonesia Hermawan Kartajaya mengatakan, bagi mereka yang menjual produk, harus jeli memasarkan produk yang berbeda dari kompetitor.

Hal ini dinilai penting karena banyak pelaku usaha yang terdampak dan harus bisa bergerak melakukan terobosan agar bisa bertahan. 

"Walaupun pasar saat ini mengecil, tetap ada peluang untuk melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh kompetitor. Mereka kan juga banyak yang sedang lemas, kita manfaatkan masuk dari situ," kata Hermawan saat dihubungi Kompas.com, Jumat (6/11/2020).

Menurut dia, mengembangkan atau menjual produk yang berbeda atau diferensiasi, sama halnya dengan melakukan strategi pemasaran.

Mereka yang kini tengah terpuruk dalam usahanya, harus menjaga sifat optimistis dan realistis.

Pakai rumus ini

Hermawan mengungkapkan, ia memiliki sebuah rumus bernama CIEL. Kata tersebut merupakan bahasa Perancis yang berarti "langit".

Adapun CIEL memiliki arti sebagai berikut:

Hermawan, yang pernah menjadi Staf Khusus Khusus Menteri Koperasi dan UKM, Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga ini, mengatakan, rumus tersebut juga dapat digunakan untuk meniti kesuksesan.

"CIEL itu rumus yang juga bisa dipakai untuk mencari jalan kesuksesan. Setiap manusia itu harus punya CIEL spirit yang tinggi," ujar Hermawan.

"Beda dengan dulu. Orang itu jor-joran mengumpulkan gelar. Ya sebetulnya sekolah tidak apa-apa, cuma bisa membuat orang terjebak untuk tidak bisa lagi kemudian menerapkan rumus CIEL. Orang tidak bisa lagi berkreatif, tidak bisa berinovasi, entrepreneurnya mati dan leadershipnya turun," kata dia.

Baca juga: Indonesia Resmi Resesi, Apa yang Harus Dipersiapkan Masyarakat?

Saran untuk UMKM

Hermawan menjelaskan, pada situasi pandemi dan resesi seperti saat ini, pelaku UMKM sudah banyak dibantu oleh pemerintah.

Namun, masalah terbesar ada pada UMKM itu sendiri.

"Masalah yang terbesar itu adalah jiwa entrepreneur-nya itu, bersungguh-sungguh apa tidak. Kalau yang sungguhan itu kan jatuh bangun tekuni," kata Hermawan.

Sebaliknya, bagi yang tidak memiliki jiwa entrepreneur, masa-masa sekarang ini ibarat sebagai ujian bagi mereka apakah bisa bertahan atau tidak.

Menurut Hermawan, banyak pelaku UMKM mengalami kegagalan karena beberapa hal.

"Saya tahu betul penyakitnya UMKM itu banyak yang gagal karena ikut-ikutan, karena tidak kunjung dapat pekerjaan, karena dipecat sama bosnya lalu mendirikan usaha," kata dia.

"Nah, sekarang kan lagi musimnya pemecatan ini, banyak terjadi entrepreneur dadakan sekarang ini," ujar Hermawan.

Berikut sejumlah tips dari Hermawan, bagi mereka yang baru mulai dan tengah membangun usaha:

  1. Bisa melihat peluang, bukan ancaman
  2. Berani mengambil risiko, bukan menghindari risiko
  3. Siap untuk bekerja sama dengan siapa pun, termasuk dengan kompetitor

Langkah berikutnya dalam melihat peluang usaha di tengah badai resesi dan pandemi Covid-19 yang tak kunjung selesai adalah dengan selalu memantau apa yang diinginkan konsumen.

Baca juga: Indonesia Resmi Resesi, Ini yang Perlu Kita Tahu soal Resesi dan Dampaknya

Hermawan mengatakan, marketing sejatinya berasal dari customer.

"Kalau mereka berubah preferensinya, berubah prioritasnya, ya itu harus dicari. Siapa tahu preferensi dan prioritas tidak dilihat oleh kompetitor," ujar dia.

Oleh karena itu, kata Hermawan, pelaku usaha harus tahan banting, apalagi pada situasi seperti ini.

Pelaku usaha harus selalu mengintip sekecil apa pun peluang yang ada di depan mata.

"Ibaratnya, entrepreneurship itu tahan bantingnya tadi, kalau marketing itu diferensiasinya," kata Hermawan.

Bagi mereka yang baru memulai usaha, Hermawan berpesan, agar mempersiapkan mental yang tahan banting.

Contohnya, siap dicibir, harus siap jika tidak mendapatkan pinjaman usaha, dan lain-lain. 

"Kedua, dengan modal yang ada, pilihlah sektor yang tidak terlalu jelek dan pemainnya tidak banyak. Kalau pemainnya sudah banyak ya jangan masuk situ," jelas dia.

Pelaku usaha juga harus memiliki minat pada bidang usaha yang akan ditekuninya.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Jenis Aktivitas Usaha yang Dibuka Selama PSBB Transisi Jilid 2

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi