Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dwi, Carikan Bantuan Ponsel untuk Siswa Daerah Terpencil Belajar

Baca di App
Lihat Foto
Dwi Pudjiastuti
Imelda, salah satu murid yang menerima bantuan ponsel pintar beserta kuota internet untuk menunjang kegiatan belajar jarak jauh.
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang terjadi hampir di seluruh negara dunia mengubah banyak aspek kehidupan.

Salah satu yang paling terasa dampaknya adalah di bidang pendidikan. Siswa, mahasiswa, guru, hingga dosen kini belum bisa melakukan proses belajar-mengajar secara tatap muka.

Mereka semua terpaksa, mau tidak mau, harus melangsungkan kegiatan belajar melalui platform digital alias pembelajaran jarak jauh (PJJ).

PJJ mungkin tidak begitu menjadi masalah bagi yang memiliki gawai dan data internet memadai, sebagai item wajib yang harus ada dalam kegiatan daring ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki fasilitas untuk bisa sekadar terhubung dan belajar bersama dengan guru dan teman-temannya?

Menyadari permasalah ini, banyak pihak tergerak untuk turun tangan dan memberikan bantuan. Salah satunya adalah Dwi pudjiastuti (44).

Baca juga: FSGI Ungkap Alasan Beri Nilai 55 untuk Program PJJ Nadiem Makarim

Dia adalah seorang Sekretaris Desa Tanjung Seloka, Kecamatan Pulau Laut Selatan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Dwi bersama sang suami, Irwansyah (36), yang merupakan guru Penjaskes di MTS Raudhatul Ulum Tanjung Seloka, mengupayakan sejumlah ponsel untuk diberikan pada siswa-siswi yang kurang beruntung di daerahnya.

"Di rumah, kami sering berdiskusi tentang kondisi ini dan (memikirkan) bagaimana kita semua sama-sama mencari jalan keluar agar bisa membantu murid-murid dari keluarga tidak mampu agar bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh," kata Dwi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (8/11/2020).

Dwi aktif bermain Twitter dan menyuarakan kegiatan di desa terpencil. Suatu waktu, ia membaca twit bantuan ponsel pintar beserta kuota untuk siswa-siswi yang kurang beruntung di Indonesia.

Informasi itu ia dapatkan dari akun Twitter @WLM_official dan @ghinaghaliya.

Dwi pun mendiskusikan dengan sang suami. Keduanya kemudian mengontak akun @ghinaghaliya untuk mendapatkan akses bantuan itu.

Baca juga: Sekolah Terapung, Rancangan Mahasiswa UI Ratakan Akses Pendidikan

"Hasilnya kami diminta mengontak mbak Rani untuk tindak lanjutnya. Pengajuan kami adalah untuk 20 orang, tapi ternyata untuk satu sekolah hanya dibatasi 7 orang siswa," ujar Dwi.

Mengetahui batasan itu, ia, suami dan teman-teman guru yang lain pun mendiskusikan siswa mana saja yang benar-benar membutuhkan ponsel dan kuota.

Selanjutnya, Dwi dan Irwansyah mengirimkan data dan informasi terkait siswa yang membutuhkan untuk melengkapi berkas bantuan.

"Di pengajuan disyaratkan tentang raport 2 semester, data murid, tulisan tentang Covid-19, dan tulisan mengenai pembelajaran jarak jauh," jelas Dwi.

Semua data itu ia kirimkan pada awal September. Sebulan kemudian, Dwi dihubungi untuk mengirimkan foto KK dan KTP orangtua siswa sebagai pelengkap.

Hingga di tanggal 14 Oktober, Dwi mendapat kabar bahwa bantuan 7 ponsel pintar yang ia ajukan sudah dikirim melalui layanan pengiriman.

"Kami terima (kiriman itu) tanggal 18 Oktober dengan kondisi baik, tetapi rupanya persoalan baru muncul. Ketika kami buka ternyata belum dipasang pelindung layar dan casing. Kondisi ini bila dibiarkan maka HP cepat rusak dan rawan pecah kalau jatuh," ungkapnya.

Baca juga: Soroti PJJ, FSGI Sebut Peserta Didik Sulit Atasi Masalah Psikologis

Dwi pun berpikir untuk membelikan pelindung layar dan casing itu dengan dana donasi masyarakat yang memang bersedia membantu.

"Persoalan kedua muncul lagi. Di mana mau membeli, karena kami tinggal di desa. Akhirnya diputuskan untuk membeli secara online dan memerlukan waktu mulai dari pemesanan sampai pengiriman hampir 2 minggu," kisah Dwi.

Antarkan bantuan ke pedalaman

Setelah paket pesanan itu diterima, Dwi dan suami mengantarkannya secara langsung pada masing-masing siswa yang sebelumnya telah mereka pilih.

Dwi melakukan perjalanan hingga belasan kilometer ke pedalaman demi memastikan ponsel-ponsel itu diterima di tangan siswa-siswa suaminya yang membutuhkan.

Alasannya sederhana, Dwi mengatakan rumah mereka terlalu jauh untuk mengambil ponsel-ponsel itu.

 

"Motivasi kami untuk mengantar ponsel ini adalah sebagai bentuk rasa syukur kami, siswa yang kurang mampu bisa mendapatkan ponsel untuk belajar dan tidak ketinggalan pelajaran. Bagi kami ini sebuah kebahagiaan tersendiri," aku Dwi.

Baca juga: Dana BOS 2021, Mendikbud Nadiem: Bisa Digunakan untuk Guru Honorer

Ia tidak mempermasalahkan ketika harus pergi jauh memasuki perkampungan dengan akses jalan yang sulit.

"Perjalanan ke rumah siswa paling jauh adalah 12 km melewati hutan dan menyeberang sungai. Kondisi jalan becek karena habis hujan dan sangat sepi, tapi tidak menyurutkan langkah kami untuk mengantar ponsel," tutur Dwi.

Ia pun membagikan video perjalanannya menuju rumah siswa dalam akun Twitter @kurniastutidwi1.

Baca juga: Bantuan Kuota Internet Tak Kunjung Cair? Ini Penjelasan Kemendikbud

"Ketika kami melihat betapa gembiranya murid bisa mendapatkan ponsel, maka hilanglah semua capek perjalanan, semua terbayar lunas. Yang ada adalah rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya," ungkap Dwi.

Salah satu murid yang menerima ponsel ini adalah Imelda. Berdasarkan unggahannya yang lain, Imelda adalah seorang anak dari ayah yang bekerja sebagai buruh nelayan penangkap ikan.

Biasanya, Imelda meminjam ponsel sepupunya untuk belajar. Di samping itu, Imelda juga bekerja sebagai pengupas kepiting demi mengumpulkan uang untuk membeli ponsel.

Oleh karena itu, ketika menerima bantuan ponsel lengkap yang diantarkan oleh Dwi, Imelda sangat senang dan berterima kasih.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi