Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saran WHO Terkait Mutasi Virus Corona dari Cerpelai ke Manusia

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Nicolai Dybdal
Cerpelai/musang
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Denmark telah melaporkan penemuan kasus infeksi virus corona yang menular dari cerpelai ke manusia.

Sebanyak 12 kasus dilaporkan terjadi di North Jutland, Denmark, pada 5 November 2020.

Melansir informasi resmi WHO, virus SARS-CoV-2 yang ditemukan di cerpelai memiliki kombinasi mutasi atau perubahan yang belum pernah diamati sebelumnya.

Meski begitu, diperlukan studi imliah berbasis laboratorium lebih lanjut untuk memverifikasi temuan awal yang dilaporkan.

Studi tersebut juga bertujuan memahami implikasi potensial dalam hal diagnostik, terapeutik, dan vaksin yang sedang dikembangkan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Denmark Temukan Mutasi Covid-19 pada Cerpelai dan Menyebar ke Manusia

Sejauh ini, kasus penularan virus corona sebagian besar terjadi antarmanusia, melalui tetesan pernapasan dan kontak dekat.

Tetapi, ditemukan pula beberapa hewan yang terinfeksi virus corona seperti anjing, kucing, singa, harimau, dan cerpelai.

Cerpelai dapat bertindak sebagai reservoir SARS-CoV-2, menyebarkan virus di antara populasinya, menimbulkan risiko penyebaran virus dari cerpelai ke manusia.

Saat virus berpindah antara populasi manusia dan hewan, modifikasi genetik pada virus dapat terjadi.

Menurut WHO, sejauh ini enam negara melaporkan virus coorna pada peternakan cerpelai, yaitu Denmark, Belanda, Spanyol, Swedia, Italia, dan Amerika Serikat.

Baca juga: Inggris Larang Orang dari Denmark Masuki Wilayahnya Usai Kasus Mutasi Corona pada Cerpelai

Saran WHO

Semua virus, termasuk SARS-CoV-2 berubah seiring waktu. Strain virus corona yang menginfeksi cerpelai kemudian ditularkan ke manusia, mungkin telah menerima kombinasi mutasi yang unik.

WHO mengakui pentingnya berbagi informasi terkait urutan genom epidemiologi dan virologi yang lengkap dari berbagai negara dan tim peneliti.

Untuk itu, disarankan melakukan studi virologi lebih lanjut guna memahami mutasi spesifik yang dijelaskan Denmark.

Ini dinilai penting untuk menyelidiki setiap perubahan epidemiologis fungsi virus terkait penularan dan tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya.

Baca juga: WHO Peringatkan Vaksin Covid-19 yang Aman dan Efektif Masih Butuh Waktu

Seluruh negara diimbau untuk meningkatkan pengawasan Covid-19 antara hewan dan manusia. Reservoir hewan yang rentan diidentifikasi termasuk peternakan cerpelai.

Negara-negara juga diingatkan untuk memperkuat tindakan biosafety dan biosecurity peternakan di sekitar reservoir hewan yang diketahui, untuk membatasi risiko kejadian zoonosis terkait SARS-CoV-2.

Tindakan tersebut termasuk pencegahan dan pengendalian infeksi virus untuk para pekerja, pengunjung peternakan, dan siapa pun yang mungkin terlibat dalam peternakan atau pemusnahan hewan.

WHO juga menyarankan penerapan pembatasan perjalanan atau perdagangan apa pun untuk Denmark berdasarkan informasi yang tersedia saat ini.

Baca juga: WHO: Dunia Berada di Titik Kritis dalam Pandemi Covid-19

Sementara itu, prinsip dasar mengurangi risiko umum penularan infeksi saluran pernapasan akut antara lain:

  • Menghindari kontak dekat dengan orang yang menderita infeksi saluran pernapasan akut.
  • Memastikan seringnya mencuci tangan, terutama setelah kontak langsung dengan orang sakit atau lingkungannya.
  • Bagi penderita gejala ISPA, mempraktikkan tata cara batuk, seperti menjaga jarak, menutupi batuk dan bersin dengan tisu atau pakaian sekali pakai, cuci tangan, serta penggunaan masker jika sesuai.
  • Meningkatkan praktik pencegahan dan pengendalian infeksi standar di rumah sakit di fasilitas perawatan kesehatan, terutama di bagian gawat darurat.

Sebagai tambahan informasi, pemerintah Denmark telah memerintahkan pemusnahan sekitar 17 juta cerpelai di lebih dari 1.000 peternakan cerpelai yang ada di wilayahnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi