Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Terik Terasa di Jawa Tengah, Ini Penjelasan BMKG

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrasi suhu ekstrem. Equinox diyakini banyak orang jadi dalang meningkatnya suhu di Indonesia.
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Cuaca di sejumlah daerah Jawa Tengah, seperti Surakarta, Sragen, Sukoharjo, dan sekitarnya, terasa terik beberapa hari terakhir.

Tak hanya siang hari, hawa panas juga terasa saat malam tiba.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Achadi Subarkah Raharjo, menjelaskan cuaca panas yang terasa saat siang hari disebabkan cuaca cerah berawan.

Menurutnya, saat ini tutupan awan tidak terlalu tebal.

"Cuaca cerah-cerah berawan saat siang hari di tengah musim penghujan ini disebabkan oleh subidensi massa udara kering," ujar Achadi saat dihubungi Kompas.com, Senin (9/11/2020) malam.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Suhu Panas di Yogyakarta, BMKG: Tak Ada Hubungannya dengan Merapi

Ia menambahkan, pada 6-8 November 2020, suhu udara maksimum yang teramati berkisar antara 34-35 derajat celcius.

"Dengan kelembapan udara minimum antara 47-52 persen," tuturnya.

Sejumlah masyarakat mengaitkan cuaca panas di sebagian wilayah Jateng ini dengan naiknya aktivitas vulkanik Gunung Merapi.

Seperti diketahui, status Gunung Merapi telah dinaikkan dari waspada (level II) ke siaga (level III) pada 5 November 2020 pukul 12.00 WIB.

Akan tetapi, Achadi menegaskan suhu panas yang terjadi tidak ada kaitannya dengan naiknya aktivitas vulkanik Gunung Merapi.

"Tidak ada korelasi suhu panas yang terjadi saat ini dikaitkan dengan aktivitas gunung berapi," kata dia.

Ia mengungkapkan cuaca panas di siang hari diperkirakan masih akan berlangsung pada 10-11 November 2020.

Baca juga: Dicari, Relawan Kesehatan Hewan untuk Mitigasi Erupsi Merapi

Panas di Yogyakarta

Panasnya cuaca juga dirasakan di Kota Yogyakarta akhir-akhir ini, bahkan diperkirakan suhu di Yogyakarta bisa mencapai 35 derajat celcius.

Diberitakan Kompas.com, Senin (9/11/2020), Kepala Stasiun Klimatologi Mlati Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Reni Kraningtyas menjelaskan, terjadinya suhu panas akhir-akhir ini disebabkan oleh faktor meteorologis.

"Saat bulan November ini posisi matahari berada di sisi selatan bumi, sehingga mengakibatkan pulau Jawa menerima intensitas radiasi yang masih tinggi," jelas dia, Senin (9/11/2020).

Dengan kondisi tersebut, suhu bumi cepat tinggi dan terasa panas terik.

Namun, ia juga menegaskan, suhu panas ini tidak ada hubungannya dengan peningkatan aktivitas Gunung Merapi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi