Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Massa Jemput Rizieq Shihab di Bandara, Epidemiolog: Sangat Mungkin Terjadi Kasus

Baca di App
Lihat Foto
MUHAMMAD IQBAL
Habib Rizieq Shihab (HRS) menyapa massa yang menjemputnya di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (10/11/2020). HRS beserta keluarga kembali ke tanah air setelah berada di Arab Saudi selama tiga tahun. ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/aww.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kerumunan terjadi di sekitar Bandara Soekarno-Hatta pada Selasa (10/11/2020) untuk menyambut kedatangan pemimpin organisasi masyarakat Front Pembela Islam Rizieq Shihab.

Diberitakan Kompas.com, Selasa (10/11/2020), sekitar pukul 09.50 WIB, Rizieq keluar dari Terminal 3 dan menyapa massa simpatisan yang menyambut kepulangannya.

Massa tersebut berdiri dan meneriakkan takbir ketika melihat Rizieq. Lalu aksi saling dorong untuk mendekati lokasi Rizieq pun tak terhindarkan.

Para simpatisan berdesak-desakan dan tidak bisa menjaga jarak fisik satu sama lain. Petugas pengawal rombongan Rizieq kewalahan untuk mencegah massa yang mendekat. Dia kemudian naik ke mobil terbuka dan menyapa massa dari atas.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Ketika Bandara Soekarno-Hatta Lumpuh 5 Jam Imbas Kepulangan Rizieq Shihab

Kerumunan juga terlihat di video yang disebarkan warganet di Twitter dan media sosial lainnya. Salah satunya yang disebarkan @haikal_hassan.

Dari video tersebut tampak banyak orang di sekeliling Rizieq berjabat tangan hingga berpelukan dengannya. Berikut narasinya:

"Detik detik menyambut sang IMAM
Sejak turun pesawat
Sampai ke Mobil.... AllahuAkbar"

Hingga saat ini video tersebut sudah disukai lebih dari 5.600 kali dan dibagikan ulang lebih dari 967 kali.

Baca juga: Dipadati Simpatisan Rizieq Shihab, Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Lumpuh

Amat mungkin terjadi kasus

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menanggapi terjadinya kerumunan dalam penjemputan Rizieq Shihab itu.

Menurut Dicky, kerumunan dalam bentuk apapun sangat berpotensi menimbulkan klaster baru.

"Tentu ini sangat amat mungkin terjadi kasus," katanya pada Kompas.com, Selasa (10/11/2020).

Dia menjelaskan, saat ini wilayah di Indonesia belum aman karena kasus Covid-19 belum terkendali. Hal itu dibuktikan dengan test positivity rate.

Seperti di Jakarta, kata dia, test positivity rate-nya belum mencapai 5 persen. Selain itu massa yang datang juga tidak diketahui dari mana saja. Sehingga potensi penularan sangat besar.

Walaupun setelah terjadi keramaian nanti tidak terlihat kluster penularan Covid-19, namun hal itu bukan berarti aman.

"Klasternya kok tidak terlihat di kasus ini, masalahnya karena rendahnya testing. Ini bukan berarti aman," ujarnya.

Baca juga: Akses Menuju Bandara Lumpuh, Polisi: Simpatisan Rizieq Shihab Parkir Mobil di Tol

Silent outbreak

Dia menjelaskan, Indonesia didominasi dengan dewasa muda sehingga banyak kasus Covid-19 yang tidak menunjukkan gejala.

"Di Indonesia secara demografi banyak terdiri atas dewasa muda sehingga banyak didominasi silent outbreak," kata Dicky.

Dengan banyaknya kasus yang tidak menunjukkan gejala, hal itu akan berdampak pada terus meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia. Itu karena pemerintah dan masyarakat tidak mengetahui siapa saja yang telah terinfeksi.

Dia juga mengatakan dengan tidak habis-habisnya kasus Covid-19 di Indonesia juga bisa menyebabkan banyaknya angka pesakitan di rumah sakit.

Padahal tenaga medis mulai kelelahan menghadapi banyaknya pasien. Selain itu kapasitas rumah sakit juga bisa jebol.

"Ini membuat kurva Indonesia terus membumbung tinggi tidak pernah mencapai puncaknya," kata Dicky lagi.

Baca juga: Sempat Lumpuh Imbas Penyambutan Rizieq, Aktivitas di Terminal 3 Soekarno-Hatta Normal Kembali

Ledakan kasus

Kurva kasus penularan Covid-19 di Indonesia hingga saat ini belum melandai. Menurut Dicky justru grafiknya masih terus meningkat.

Lalu bagaimana untuk menghentikan penyebaran?

Dicky menjelaskan, penting untuk mengombinasikan testing, tracing, dan treatment (3T) serta menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan (3M).

"Ketika terjadi kombinasi keramaian ditambah testing tracing yang rendah ini adalah kombinasi sempurna untuk terjadinya ledakan kasus yang tinggi di masyarakat," ungkapnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi