Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Basahi Kepala Lebih Dulu Saat Mandi Sebabkan Stroke

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi hoaks, hoax
|
Editor: Gloria Natalia Dolorosa

KOMPAS.com - Tersiar informasi di media sosial bahwa orang kerap mengalami stroke saat berada di kamar mandi karena mandi dalam urutan yang salah, dimulai dari kepala lebih dulu.

Informasi tersebut menyebut urutan membasahi tubuh yang benar agar tidak terkena stroke, mulai dari menyiram air di telapak kaki hingga bahu.

Informasi tersebut tidak benar.

Pakar kesehatan mengatakan tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa membasahi kepala lebih dulu saat mandi dapat mengakibatkan stroke.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Narasi yang Beredar

Beberapa akun Facebook mengedarkan nasehat dari profesor di universitas di Malaysia untuk tidak membasahi kepala lebih dulu saat mandi. Tujuannya, menghindari terkena stroke.

Informasi tersebut juga memuat cara mandi yang benar, mulai dari menyiram air ke telapak kaki, betis, paha, perut, hingga bahu.

Salah satu akun yang mengedarkan informasi tersebut yakni Fiyud's Wahyudi. Berikut nukilan statusnya yang dilayangkan pada 7 November 2020:

"Pada waktu saya mengikuti kursus gaya hidup sehat, seorang penceramah professor di universitas di malaysia,
UITM yang juga terlibat dengan kegiatan olah raga negara menasihatkan supaya pada waktu mandi jangan basahkan kepala dulu, basahkan bagian badan.
Ini karena apabila kepala basah dan dingin, darah semua akan mengalir ke kepala untuk memanaskan kepala, logika 'warm blooded human' dan jika ada saluran darah sempit, maka dapat terjadi kondisi saluran darah pecah. Ini kerapkali berlaku di kamar mandi.
*Berikut cara mandi yang benar :
1. Pertama siramkan air di telapak kaki.
2. Kemudian dilanjutkan dengan segayung di betis.
3. Segayung di paha.
4. Segayung di perut.
5. Segayung di bahu.
6. Berhentilah sejenak 5-10 detik
???? Kita akan merasakan seperti uap/ angin yang keluar dari ubun-ubun bahkan meremang, setelah itu lanjutkan dengan mandi seperti biasa."

Klaim tersebut juga diedarkan Srn Taku pada 30 Oktober. Sementara, akun Fadly Irsyad membagikannya ke grup Facebook pada 4 Oktober 2020. Posting-nya sudah dibagikan 593 kali.

Penjelasan 

Kepala penelitian ilmu saraf di Monash Health Thanh Phan mengatakan, tidak ada bukti atas klaim tentang urutan mandi yang disebutkan dalam narasi di media sosial itu.

"Sebagian besar stroke disebabkan oleh gumpalan yang menghalangi aliran darah di otak. Gumpalan ini berasal dari jantung atau pembuluh darah besar (seperti arteri karotis). Penyebab yang kurang umum adalah pembuluh darah yang pecah," kata Phan dilansir dari AFP Fact Check, Senin (9/11/2020).

Kepala Stroke Foundation Clinical Council Profesor Bruce Campbell juga membantah klaim yang beredar di media sosial tersebut.

"Tidak ada bukti [yang kami] ketahui mengenai hubungan antara mandi dengan stroke," ujarnya.

Campbell menganjurkan untuk menekan risiko stroke dengan cara mengelola tekanan darah dan kolesterol, makan makanan yang sehat, tidak merokok, olahraga teratur, dan mengurangi konsumsi alkohol. Dia juga menyarankan untuk memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter secara rutin.

Dikutip dari Kompas.com, stroke adalah serangan pada otak yang membuat pasokan darah ke bagian organ vital tersebut terganggu atau berkurang.

Ketika pasokan darah ke otak terhambat karena jalur pembuluh darah tersumbat atau pecah, jaringan otak bakal kekurangan oksigen dan nutrisi.

Dampaknya, sejumlah sel-sel di otak akan mati dan menimbulkan beragam gejala penyakit.

Berikut 10 penyebab stroke dan faktor risiko yang patut diwaspadai:

  1. Tekanan darah tinggi. Diskusikan dengan dokter apabila hasil pengukuran tekanan darah kerap di atas 140/90 mmHg.
  2. Merokok. Nikotin yang terkandung dalam tembakau dapat meningkatkan tekanan darah naik. Asap rokok bisa meningkatkan penumpukan lemak di pembuluh darah arteri.
  3. Penyakit jantung. Kerusakan katup jantung dan gangguan irama jantung merupakan penyebab stroke menyerang kalangan orang tua.
  4. Gula darah tinggi. Penderita diabetes umumnya mengalami tekanan darah tinggi dan punya berat badan berlebih. Keduanya merupakan faktor risiko utama penyakit stroke.
  5. Berat badan berlebih. Seseorang jadi lebih rentan terserang stroke apabila berat badannya di atas batas ideal.
  6. Efek samping obat tertentu. Sejumlah obat pengencer darah untuk mencegah pembekuan darah terkadang dapat menyebabkan stroke.
  7. Usia. Umumnya, peluang menderita stroke meningkat seiring bertambahnya usia. Risiko mengalami stroke jadi lebih besar setelah usia menginjak 55 tahun.
  8. Berasal dari keluarga penderita stroke. Stroke dapat diturunkan dari keluarga karena beberapa stroke disebabkan kelainan genetik yang menghalangi aliran darah ke otak.
  9. Jenis kelamin. Di usia yang sama, pria cenderung memiliki risiko terserang stroke lebih tinggi ketimbang wanita. Sedangkan, wanita cenderung mengalami stroke di usia lebih tua ketimbang pria.
  10. Ras tertentu. Orang yang berasal dari Asia Selatan, Afrika, atau Karibia lebih berisiko terkena stroke karena mereka cenderung menderita diabetes dan tekanan darah tinggi.

Seperti diberitakan Kompas.com, berdasarkan penelitian dalam jurnal Stroke, risiko stroke dapat ditekan dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, seperti berhenti merokok dan berolahraga 30 menit atau lebih setiap hari.

Perubahan gaya hidup lain yakni menurunkan berat badan bertahap, menjalani pola makan tinggi serat, mengurangi daging merah seperti diet Mediterania, serta mengurangi konsumsi alkohol.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, klaim bahwa orang kerap mengalami stroke saat berada di kamar mandi karena mandi dalam urutan yang salah, dimulai dari kepala lebih dulu, tidak benar.

Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa membasahi kepala lebih dulu saat mandi dapat mengakibatkan stroke.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi