Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog: Tak Hanya Petugas, Sebaiknya Pemilih Juga Dites Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI
Petugas KPPS memeriksa suhu tubuh pemilih yang akan menggunakan hak suaranya saat simulasi pemungutan suara pemilihan serentak 2020 di Jakarta, Rabu (22/7/2020). Simulasi tersebut digelar untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait proses pemungutan dan penghitungan suara Pilkada serentak 2020 yang akan dilaksanakan pada 9 Desember 2020 dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Petugas Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) akan menjalani rapid test sebelum Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) 2020.

Rapid test terhadap para petugas KPPS ini untuk menghilangkan kekhawatiran masyarakat untuk datang ke TPS. Salah satunya akan dilakukan di Karawang dan Makassar.

Seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (12/11/2020), sebanyak 42.000 petugas KPPS di Karawang akan dites cepat Covid-19.

KPU Karawang juga menyatakan bakal menerapkan protokol kesehatan di setiap TPS.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua KPU Karawang Miftah Farid mengatakan, rapid test tersebut akan dimulai 7 hari sebelum pelaksanaan pemungutan suara pada 9 Desember 2020. Jika hasil tes petugas reaktif, maka akan langsung dilakukan tes usap di rumah sakit.

Baca juga: 16.000 Petugas KPPS di Kota Makassar Bakal Jalani Rapid Test

Bagaimana efektivitas penggunaan rapid test untuk petugas KPPS?

Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo mengatakan, penggunaan rapid test (antibodi) di Indonesia tidak tepat.

"Rapid test berbasis antibodi sudah telanjur salah kaprah di sini digunakan untuk mendiagnosis Covid-19. Ini salah dan menyesatkan hasilnya," kata Windu kepada Kompas.com, Jumat (13/11/2020).

Windhu menjelaskan, rapid test antibodi hanya untuk kepentingan sero-surveillance.

Dia mengatakan, tes yang benar untuk diagnostik Covid-19 yaitu PCR test atau TCM Covid.

Jika menggunakan rapid test untuk screening (penjaringan), yang bisa digunakan adalah rapid test Antigen (bukan antibodi).

Dia tidak setuju jika pencoblosan dilakukan secara langsung seperti saat sebelum pademi.

"Untuk pencoblosan di masa pandemi seharusnya bukan dengan cara hadir di TPS yang berisiko tinggi untuk penularan, tapi bisa lewat pos atau e-voting. Masalahnya, tidak ada kemauan pemerintah dan DPR untuk menggunakan cara-cara aman ini," ujarnya.

Baca juga: KPU Tangsel Akan Gandeng 15 RS untuk Rapid Test 26.667 Anggota KPPS

Solusi

Menurut Windhu jalan keluarnya adalah sebagai berikut:

Dihubungi terpisah, epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman menjelaskan hal senada.

Jika yang dilakukan adalah rapid test antibodi, maka tidak efektif dan tidak efisien.

"Enggak efektif dan enggak efisien juga. Asal rapid test-nya antigen enggak apa-apa, tetapi harus antigen ya, kalau antibodi enggak efektif," kata Dicky kepada Kompas.com, Jumat (13/11/2020).

Menurut Dicky, rapid test antigen bisa menjadi alternatif tes jika tes PCR dinilai terlalu mahal.

"Kalau yang dilakukan antibodi, itu akan tidak efektif artinya harus dicaritahu lagi, harus ada pemeriksaan berikutnya (PCR), ya jatuhnya lebih mahal jadinya," kata dia.

Dicky menjelaskan, tes antibodi mendeteksi molekul yang diproduksi seseorang ketika mereka telah terinfeksi oleh virus.

"Antibodi membutuhkan waktu beberapa hari untuk berkembang setelah infeksi dan sering tinggal di dalam darah selama berminggu-minggu setelah pemulihan, sehingga tes antibodi memiliki penggunaan yang terbatas dalam diagnosis," ujar Dicky.

Identifikasi yang salah dari Covid-19 ketika tidak ada (hasil positif palsu) dapat menyebabkan pengujian lebih lanjut, perawatan, dan isolasi orang tersebut dan kontak dekat yang tidak perlu.

Terkait tes Covid-19 yang dilakukan menjelang pilkada, menurut Dicky, tak hanya petugas yang perlu dites, tetapi pemilih juga.

"Akan sangat bagus jika dilakukan. Asal rapid test antigen ya," kata Dicky.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Rapid Test Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi