Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Komunikasi Manusia dengan Tanaman

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Pekerja merawat tanaman dengan sistem hidroponik di Lombok Farmhouse, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (16/10/2020). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas KPKP gencar melakukan program pertanian perkotaan (urban farming) dengan konsep pembudidayaan tanaman sistem hidroponik di kawasan penghijauan gang-gang Jakarta dan area RPTRA.
Editor: Heru Margianto

PADA tahun 70an abad XX di Jerman saya melakukan penelitian pengaruh musik terhadap tanaman. Diyakini oleh para saintis bahwa tanaman bisa tumbuh subur apabila diiringi alunan musik mahakarya Mozart atau Bach.

Disepakati bahwa musik klasik paling efektif untuk membuat tanaman tumbuh subur. Meski sebenarnya mahakarya Bach bukan tergolong klasik namun barok.

Skeptis

Terdorong skeptisisme, saya melakukan pengamatan terhadap dua tanaman sejenis. Pada posisi ruang cukup berjauhan satu dengan lainnya, bagi tanaman yang satu saya perdengarkan rekaman musik Mozart dari zaman Wina klasik sementara tanaman yang satu lagi saya paksa “mendengarkan” musik Schoenberg dari zaman Wina modern.

Kedua tanaman sejenis itu masing-masing saya paksa “mendengar” musik yang beda zaman, beda gaya bahkan juga beda suasana. Ternyata kedua tanaman sama-sama tumbuh subur.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika saya perdengarkan rekaman musik Le Sacre du Printemps mahakarya Stravinski yang memang jauh lebih berisik ketimbang Mozart yang “menyenangkan” mau pun Schoenberg yang “memusingkan” pendengarnya, ternyata kedua tanaman tetap tumbuh subur.

Kesimpulan

Berdasar penelitian organoleptis amatiran tersebut, saya memberanikan diri memetik kesimpulan bahwa pada hakikatnya jika memang berpengaruh maka musik sekadar satu dari sekian banyak unsur yang bisa mempengaruhi kesuburan tanaman.

Di samping musik masih ada unsur lingkungan biologikal, metrologikal bahkan terutama emosional yaitu perhatian serta kepedulian manusia terhadap sang tanaman.

Sekitar lima puluh tahun kemudian di masa pagebluk Corona, hipotesa subyektif saya diperkuat oleh perangai para tanaman yang dirawat di kebun hidroponik Ibu Aylawati Sarwono di Jakarta.

Ketika para tanaman dirawat langsung oleh Ibu Ayla dengan penuh perhatian dan kepedulian maka semua ijo royo-royo tumbuh subur.

Namun ketika perawatan diserahkan kepada asisten yang profesional, langsung para tanaman tumbuh secara kurang subur bahkan kemudian melayu untuk akhirnya mati bersama.

Sebagai sekarang insan awam sama sekali bukan saintis yang sejak kanak-kanak dididik orang tua untuk ojo dumeh maka saya tidak merasa berhak dumeh menyatakan apalagi memaksakan kesimpulan hasil penelitian dan pengamatan saya sendiri dijamin pasti sempurna tepat dan benar.

Silakan dibantah

Manusia tidak sempurna maka mustahil ada pemikiran manusia (apalagi saya) yang sempurna kecuali didogmakan secara paksa untuk harus sempurna.

Maka silakan hasil penelitian diletantis saya dibantah karena sebenarnya dengan mudah saya bisa saya bantah sendiri dengan dalih bahwa tidak ada penginderaan dan pemikiran manusia ditambah dengan fakta tidak ada kasus penelitian yang layak diseragamkan.

Bisa saja saya berlindung di balik dalih cetirus paribus namun malah absurd akibat yang tidak berubah pada semesta ini hanya satu yaitu perubahan itu sendiri.

Setiap unsur berjenis, bersifat, berkebutuhan, berbentuk serta bersukma beda satu dengan lain-lainnya maupun saling beda dimensi waktu dan ruang pada dirinya sendiri.

Kesimpulan yang saya simpul pada hari ini di lokasi ini jelas mustahil sama persis dengan kesimpulan yang disimpulkan esok hari di lokasi lain.

Makin mustahil apabila yang dituntut adalah kesimpulan secara sempurna tepat dan benar sementara kebenaran an sich nisbi akibat memang bukan konsepsual namun kontekstual belaka.

Maka mohon dimaafkan bahwa untuk sementara ini secara subyektif saya merasa yakin bahwa antara manusia dengan sesama manusia serta sesama mahluk hidup termasuk tanaman bisa saling berkomunikasi dengan bahasa lahir dan/atau batin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi