KOMPAS.com - Jumlah kasus harian virus corona yang dilaporkan pemerintah Indonesia mencapai rekor baru pada Jumat (13/11/2020).
Kasus harian Covid-19 yang dilaporkan di Indonesia pada Sabtu (14/11/2020) adalah 5.272 kasus. Sehari sebelumnya, berdasarkan data Worldometers pada Jumat (13/11/2020), kasus harian yang dilaporkan adalah 5.444 kasus.
Kasus harian virus corona yang dilaporkan sebelum 13 November tidak pernah mencapai angka 5.000 kasus.
Kasus pertama virus corona dilaporkan pada 2 Maret 2020. Saat itu, terdapat dua WNI yang dinyatakan positif Covid-19.
Berikut riwayat lonjakan kasus harian Covid-19 di Tanah Air:
- Lonjakan kasus harian Covid-19 pertama terjadi pada 9 Juli dengan kasus harian yang dilaporkan 2.657 kasus, sebelumnya kasus harian berkisar di angka 1.000-an.
- Pada 29 Juli, kasus harian yang dilaporkan melewati angka 2.000.
- Sebulan kemudian, tepatnya 28 Agustus, kasus harian yang dilaporkan mencapai rekor dengan 3.003 kasus.
- Pada 19 September, kasus harian yang dilaporkan mencapai rekor lagi dengan angka 4.168 kasus.
- Jumat, 13 November 2020, kasus harian Covid-19 di Indonesia dilaporkan tembus 5.444 kasus.
Baca juga: Lebih dari 5.000 Kasus Covid-19 dalam 2 Hari, Epidemiolog: Ini Belum yang Terburuk
Namun, apakah lonjakan kasus harian Indonesia sudah mencerminkan angka sebenarnya?
Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, mengatakan penambahan kasus Covid-19 harian yang mencapai 5.000 kasus belum mencerminkan angka sesungguhnya.
"Angka 5.000 ini bukan sesuatu yang mengagetkan, sudah bisa diprediksi dari awal, karena sebagaimana kita ketahui ada beberapa hal yang menyebabkan angka yang ditemukan sekarang masih jauh dari angka sesungguhnya," kata Dicky pada Kompas.com, Minggu (15/11/2020).
Dia menjelaskan hal itu terlihat dari test positivity rate di Indonesia selama lebih dari 4 bulan yang berada di angka 10 persen ke atas.
Baca juga: 63 Persen Tempat Tidur Pasien Covid-19 di DKI Jakarta Telah Terisi
Positivity rate adalah perbandingan antara jumlah kasus positif Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan.
Dicky menjelaskan angkanya dikatakan tinggi jika berada di atas 5 persen. Sementara, di Indonesia berada di atas 10 persen selama 4 bulan lebih.
"Di atas 10 persen selama lebih dari 4 bulan itu bukan hanya tinggi, tapi artinya itu tinggi sekali," kata Dicky.
Menurutnya, itu mengartikan pemerintah mempunyai "pekerjaan rumah" menggali lebih banyak kasus agar dapat diketahui berapa jumlah total kasus Covid-19 yang sesungguhnya.
Dicky menilai caranya pemerintah harus lebih menggencarkan testing dan tracing.
Tetapi karena kapasitas testing rendah, menurut Dicky, pemerintah bisa menggunakan pemodelan kasus estimasi dengan bantuan epidemiolog.
Dari pemodelan itu, kata dia, bisa dilihat estimasi kasus Covid-19 yang sebenarnya di berbagai negara. Dicky mencontohkan Amerika Serikat.
Baca juga: Pilkada 2020, Bagaimana Nasib Pemilih yang Dirawat karena Covid-19?
"Amerika walaupun kasus hariannya 100.000 per hari, tapi berdasarkan pemodelan itu pun dia sudah sesuai dengan estimasi terendah dan menengah," ujarnya.
Selain itu, Australia dan Korea Selatan, menurut DIcky akurasi dari pemodelannya sangat tepat.
Sementara, Indonesia akurasinya masih kurang tepat karena estimasi kasus harian sebenarnya adalah 10.000 kasus, sedangkan kasus terkonfirmasi sekarang sekitar 5.000 kasus.
"Artinya 5.000 ini hanya setengah dari estimasi kasus terendah di Indonesia 10.000 kasus. Artinya PR-nya masih banyak banget. Kalaupun ketemu 10.000 kasus pun tidak aneh karena itu juga masih estimasi yang terendah," kata Dicky.
Dicky juga menjelaskan tren peningkatan kasus konfirmasi harian kumulatif dan kasus kematian kumulatif menunjukkan kemajuan pesat. Oleh karena itu, ia menyarankan untuk memperbanyak testing.
"Dibanding negara lain dalam cakupan testing kita masih sangat rendah, belum termasuk kategori yang berhasil," ungkapnya.
Baca juga: Ilmuwan Temukan Senapan Plasma, Diklaim Bisa Bunuh Corona dalam 3 Menit
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.