Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Bahan Galon Sekali Pakai dan Galon Isi Ulang, serta Dampaknya bagi Kesehatan

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Karyawan perusahaan air minum dalam kemasan sedang bersiap mendistribusikan ratusan galon air ke dalam truk pengangkut.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Media sosial tengah diramaikan soal lebih baik mana, antara galon air kemasan sekali pakai atau galon isi ulang. 

Galon air sekali pakai diklaim lebih aman dan bebas dari bahan berbahaya karena berbahan Polyethylene terephthalate (PET).

Walaupun di sisi lain para ahli mengimbau masyarakat agar menghindari konsumsi air kemasan galon sekali pakai. Sebab akan menambah jumlah sampah plastik. 

Sementara galon air kemasan yang telah dikenal masyarakat puluhan tahun dianggap lebih ramah lingkungan karena bisa diisi ulang serta tidak menambah jumlah sampah plastik.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendati galon isi ulang disebut berbahan Bisphenol A (BPA) yang dinilai berisiko terhadap kesehatan tubuh apabila terkena panas. 

Benarkah demikian? Apa beda kemasan galon isi ulang berbahan BPA dan galon sekali pakai PET?

Baca juga: Kanada Larang Penggunaan Plastik Sekali Pakai pada Akhir 2021, Mengapa?

Galon berbahan material plastik BPA

BPA adalah bisphenol A, bahan kimia yang menurut NHS banyak ditemukan dalam produk-produk rumah tangga meski berpotensi beracun.

BPA banyak digunakan dalam pembuatan plastik transparan, kaku, dan dapat digunakan dalam waktu lama. Salah satunya adalah galon air mineral.

Ahli Kimia Makromolekuler dari Pusat Penilitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Muhammad Ghozali membenaran plastik yang terbuat dari zat ini bisa menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan.

"Kalau dalam penggolongan jenis plastik kan umumnya ada 7: PET, HDPE, PVC, LDPE, PP, PS dan lainnya. Lainnya ini antara lain ada PC (polycarbonate). Nah BPA ini biasanya digunakan dalam PC. BPA ini diduga dapat menimbulkan efek negatif untuk kesehatan," kata Ghozali saat dihubungi Senin (16/11/2020).

Dampak bagi kesehatan

Ghozali memaparkan bahaya yang bisa ditimbulkan oleh BPA antara lain terjadinya disfungsi reproduksi pada wanita, peningkatan infertilitas, gangguan siklus menstruasi, menopause dini, sindrom ovarium polikistik, tumorigenesis endometrium, payudara, dan ovarium.

Baca juga: Trending #NoBraDay, Mari Kenali Kanker Payudara dari Gejala hingga Deteksi Dini

Smenetara pada pria bisa berdampak penurunan jumlah dan kualitas sperma, penurunan libido, disfungsi ereksi, kesulitan ejakulasi ereksi, diabetes mellitus (DM), dan obesitas.

"Intinya gangguan sistem reproduksi dan obesitas. Ada juga yang menyebutkan dapat menyebabkan kanker, (gangguan) sistem saraf, dan jantung," sebut Ghozali.

Namun Ghozali juga menggarisbawahi, semua risiko penyakit itu bisa terjadi dengan catatan apabila zat BPA masuk ke dalam tubuh manusia.

NHS menyebutkan, BPA dapat bermigrasi dalam jumlah kecil ke dalam makanan dan minuman yang disimpan di dalam bahan yang mengandung zat tersebut.

"Kalau bermigrasi bisa mencampuri, tapi harus dalam kondisi tertentu," ujar Ghozali.

Keberadaannya bahkan dapat ditemukan pada kebanyakan urin orang dewasa, namun hanya dalam jumlah kecil.

Baca juga: Mengapa Pandemi Corona Picu Lonjakan Limbah Plastik di Asia Tenggara?

Galon berbahan PET/PETE/Poliester

Sementara PET adalah Polietilena tereftalat, resin polimer plastik termoplast dari kelompok poliester.

Berbeda dengan BPA, Ghozali menyebut bahan plastik yang mengandung zat ini cenderung lebih aman bagi kesehatan.

"PET aman untuk makanan dan minuman, botol air mineral umumnya dari PET," jawabnya singkat.

Mengutip Waste for Change, PET banyak digunakan untuk mengemas makanan dan minuman, karena memiliki kemampuan yang baik untuk mencegah oksigen masuk dan merusak produk.

Organisasi Petresin menyebut bahan plastik jenis yang satu ini memiliki ciri-ciri bening, kuat, dan ringan.

Sehingga banyak digunakan untuk mengemas produk minuman dalam ukuran kecil.

PET juga berfungsi menjaga karbon dioksida yang terdapat dalam produk minuman berkarbonasi agar tidak keluar.

Baca juga: Jangan Asal Pakai, Kenali 7 Jenis Plastik dan Bahaya Kesehatannya

Risiko bahan PET

Meski disebut aman, namun PET ini juga ternyata tetap menyimpan risiko tersendiri.

Jenis plastik yang terbuat dari zat ini mengandung antimon trioksida yang dianggap bersifat karsinogen.

Kandungan itu bisa menyebabkan tejadinya kanker pada sel-sel tubuh.

Botol atau kemasan makanan berbahan plastik PET yang disimpan dalam temperatur hangat, dalam waktu yang lama, misalnya di dalam mobil dan ruang penyimpanan tertutup lain, disebut dapat meningkatkan pelepasan bahan berbahaya.

Galon Le Minerale

Terkait kekhawatiran sampah plastik akan meningkat dampak dari pemakaian galon sekali pakai, pihak produsen galon sekali pakai Le Minerale membantah hal itu.

Marketing Manager Le Minerale Febri Hutama mengatakan, galon Le Minerale terbuat dari bahan PET dengan kode resin 1 yang selain bebas dari BPA juga merupakan jenis plastik yang paling mudah di daur ulang dibandingkan jenis plastik lainnya.

"Kemasan PET jarang sekali bisa ditemukan di TPA (tempat pembuangan akhir) dibandingkan plastik yang lainnya dan selalu menjadi rebutan pemulung karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi," kata dia kepada Kompas.com.

Baca juga: Le Minerale Gerakkan Ekonomi Sirkular untuk Atasi Sampah di Pulau Komodo

Febri juga mengatakan, ukuran galon PET Le Minerale yang besar, menurutnya justru sangat bernilai bagi pemulung dalam mengefisienkan pekerjaannya untuk melakukan pencarian plastik.

Sebab bahan tersebut bernilai tinggi ketika dijual ke pengepul. Hasil dari daur ulang dari plastik PET inipun disebut banyak yang menjadi komoditi ekspor dari Indonesia.

"Kemasan PET bisa diolah oleh industri daur ulang menjadi berbagai barang seperti dakron untuk pengisi bantal, polyester untuk pembuatan baju, geotextile untuk pengaspalan jalan, dsb," kata Febri.

Pihaknya juga menggandeng pihak seperti Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia, Ikatan Pemulung Indonesia, Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia, Indonesian Waste Platform, Waste4Change, dan Lions Club, untuk menangani isu sampah.

"Saat ini kami sedang menjalin komunikasi intensif dengan Menteri KLHK dan Dirjen PSLB3 KLHK terkait sampah plastik. Di peluncuran Gerakan Ekonomi Sirkular di Pulau Komodo, kami juga menyatakan sedang menyusun road map sustainability plastik. Ini bukti keseriusan kami pada praktik ekonomi sirkular," jelasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi