Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Kekebalan terhadap Virus Corona Disebut Bisa Bertahan Bertahun-tahun...

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/peterschreiber.media
Ilustrasi sistem kekebalan tubuh melawan serangan infeksi dari virus corona, maupun bakteri, jamur, parasit maupun berbagai virus lain.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Penelitian tentang virus corona terus dilakukan oleh peneliti di seluruh dunia. Salah satu yang menjadi pertanyaan adalah tentang imunitas atau kekebalan terhadap virus ini.

Dikutip The New York Times, Selasa (17/11/2020), menurut penelitian terbaru, kekebalan terhadap virus corona bisa bertahan bertahun-tahun bahkan mungkin puluhan tahun.

Ini dapat menjadi jawaban paling penuh harapan untuk pertanyaan yang telah membayangi rencana vaksinasi yang meluas.

Baca juga: Mengenal 9 Kandidat Vaksin Virus Corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut data terbaru, delapan bulan setelah infeksi, kebanyakan orang yang telah pulih masih memiliki sel kekebalan yang cukup untuk menangkis virus dan mencegah penyakit.

Tingkat penurunan yang lambat dalam jangka pendek menunjukkan bahwa sel-sel ini dapat bertahan di dalam tubuh untuk waktu yang sangat lama.

Penelitian yang dipublikasikan secara online ini belum pernah ditinjau atau dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Tapi ini adalah studi memori kekebalan yang paling komprehensif dan berjangka panjang hingga saat ini.

“Jumlah memori tersebut kemungkinan akan mencegah sebagian besar orang dari penyakit rawat inap, penyakit parah, selama bertahun-tahun,” kata ahli virologi di La Jolla Institute of Immunology, Shane Crotty, yang memimpin studi baru tersebut.

Baca juga: Selain BLT Gaji Guru Honorer, Ini Sederet Bantuan Pemerintah bagi Masyarakat Terdampak Covid-19

Sel kekebalan

Penemuan ini kemungkinan akan melegakan para ahli yang khawatir bahwa kekebalan terhadap virus mungkin berumur pendek dan bahwa vaksin mungkin harus diberikan berulang kali untuk mengendalikan pandemi.

Penelitian ini sesuai dengan temuan baru-baru ini, yaitu orang yang selamat dari SARS-CoV-2 masih membawa sel kekebalan penting tertentu 17 tahun setelah pulih.

Penemuan ini konsisten dengan bukti yang menggembirakan yang muncul dari laboratorium lain.

Baca juga: Profil AstraZeneca, Penyedia 100 Juta Vaksin Corona untuk Indonesia

Para peneliti di University of Washington, yang dipimpin oleh ahli imunologi Marion Pepper, sebelumnya telah menunjukkan bahwa sel-sel "memori" tertentu yang diproduksi setelah terinfeksi virus corona bertahan setidaknya selama tiga bulan di dalam tubuh.

Sebuah penelitian yang diterbitkan minggu lalu juga menemukan bahwa orang yang telah pulih dari Covid-19 memiliki sel kekebalan pembunuh yang kuat dan protektif bahkan ketika antibodi tidak dapat dideteksi.

Studi ini pada umumnya melukiskan gambaran yang sama.

"Setelah Anda melewati beberapa minggu pertama yang kritis, sisa tanggapannya terlihat cukup konvensional," kata ahli imunologi di Universitas Arizona, Deepta Bhattacharya.

Baca juga: Hari-hari Terburuk Italia dan Spanyol akibat Virus Corona Belum Berakhir

Kekebalan jangka panjang

Seorang ahli imunologi di Universitas Yale, Akiko Iwasaki, mengatakan dia tidak terkejut bahwa tubuh memberikan respons yang tahan lama karena itulah yang seharusnya terjadi.

Tetap saja, dia tergugah oleh penelitian, "Ini adalah berita yang menggembirakan."

Sejumlah kecil orang yang terinfeksi dalam studi baru ini tidak memiliki kekebalan jangka panjang setelah pemulihan, mungkin karena perbedaan jumlah virus corona yang mereka alami.

Baca juga: Saat Australia Mencoba Alternatif Pelacakan Virus Corona Melalui Selokan...

Tetapi vaksin dapat mengatasi variabilitas individu itu, menurut Jennifer Gommerman, ahli imunologi di Universitas Toronto.

“Itu akan membantu dalam memfokuskan respons, jadi Anda tidak mendapatkan jenis heterogenitas yang sama seperti yang Anda lihat pada populasi yang terinfeksi,” katanya.

Dilansir Forbes, 4 November 2020, penelitian baru itu mengumpulkan sampel darah dari 185 pasien berusia antara 19 hingga 81 tahun yang dinyatakan positif mengidap virus corona (SARS-CoV-2) di awal pandemi.

Dari mereka ditemukan bahwa sebagian besar memiliki sel kekebalan yang cukup untuk memerangi virus dan mencegah infeksi ulang.

Baca juga: Update Corona di Dunia 18 November: 59 Juta Infeksi | Banyak Negara Bagian AS Laporkan Lonjakan Kasus Covid-19

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 15 Negara dengan Kasus Kematian tertinggi akibat Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi