Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah 30 Tahun, Perbatasan Arar antara Irak dan Arab Saudi Kembali Dibuka

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Argus
Ilustrasi bendera Irak, bendera Arab Saudi, perbatasan Arar
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Irak dan Arab Saudi telah membuka kembali perbatasan Arar untuk perdagangan, setelah tiga dekade atai 30 tahun ditutup.

Sebelumnya, perbatasan Arar hanya dibuka setahun sekali untuk ibadah haji tahunan ke Mekkah.

Dikabarkan ABC News, Arar ditutup sejak 1990, setelah kedua negara memutuskan hubungan, menyusul invasi mantan pemimpin Irak Saddam Hussein ke Kuwait.

Perbatasan Arar resmi dibuka oleh para pejabat tinggi, termasuk menteri dalam negeri Irak dan duta besar Arab Saudi untuk Irak, yang melakukan perjalanan dari Baghdad.

Delegasi dari Riyadh akan membuka sisi perbatasan Arab Saudi, yang dapat diakses barang dan orang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Simak, 6 SOP bagi Jemaah Umrah asal Indonesia dari Pemerintah Arab Saudi

Hubungan diplomatik antar kedua negara dipulihkan pada 2015, setelah beberapa pertemuan tingkat tinggi mengarah pada pembukaan kembali Kedutaan Besar Riyadh di Baghdad.

Kemudian, pada 2017 dibentuk dewan koordinasi bilateral untuk meningkatkan hubungan dua negara ini.

Pembukaan kembali perbatasan Arar ini menjadi langkah kunci memperkuat hubungan kedua negara, juga memperdalam kerja sama ekonomi antara Irak dan Arab Saudi.

Selain itu, ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas perdagangan dan memberikan dorongan yang sangat dibutuhkan bagi ekonomi Irak di tengah krisis likuiditas.

Bagi penduduk Anbar, peningkatan aktivitas perdagangan membuka peluang pekerjaan.

Baca juga: Arab Saudi Akan Kembali Buka Visa Turis pada Awal 2021

Meningkatkan hubungan dengan Arab Saudi menjadi kebijakan utama Perdana Menteri Mustafa al-Kadhimi yang menjabat pada Mei lalu.

Riyadh merupakan salah satu tujuan pertama yang direncanakan al-Kadhimi untuk dikunjungi, setelah dirinya menjadi perdana menteri.

Sementara itu, Irak telah menandatangani beberapa perjanjian investasi bersama yang mencakup sektor energi dan kesehatan.

"Kami memiliki banyak nota kesepahaman yang ditandatangani dengan Kerajaan Arab Saudi untuk melayani negara kami," ujar al-Kadhimi.

Melansir Aljazeera, Irak merupakan produsen terbesar kedua dalam organisasi minyak OPEC.

Infrastruktur minyak, gas, dan listriknya sudah sangat usang dan tidak efisien, tapi harga minyak yang rendah tahun ini telah menghalangi upaya untuk memperbaruinya.

Perusahaan internasional dan negara asing juga mengeluhkan korupsi yang merajalela, sehingga menyulitkan investasi.

Pemerintah telah berusaha untuk mempercepat investasi asing, termasuk dukungan Saudi pada bidang energi dan pertanian.

Baca juga: Simak, 6 SOP bagi Jemaah Umrah asal Indonesia dari Pemerintah Arab Saudi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi