Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Situasi dan Kesiapan Inggris Menghadapi Lockdown Kedua...

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Marcio Delgado
Suasana Kota London di masa pandemi virus corona.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Ketika rumor tentang lockdown jilid dua mulai beredar di Inggris, seorang warga, Leanne Barnes, khawatir bahwa kebutuhan sehari-hari seperti roti dan tisu toilet akan kembali langka.

Namun, perempuan itu terkejut begitu mendapati bahwa rak-rak supermarket tempatnya berbelanja justru dipenuhi stok melimpah barang-barang itu.

Melansir Reuters, Jumat (13/11/2020), saat lockdown pertama kali diberlakukan di Inggris, Barnes berusaha memperbanyak stok makanan di dapurnya.

Dia memborong makanan-makanan seperti makaroni keju, ravioli, sup dan spaghetti. Namun, pada saat kabar pembatasan sosial kedua beredar, dia justru tidak merasakan dorongan yang sama.

Berdasarkan pantauan Reuters, sejauh ini tidak terlihat adanya panic buying oleh konsumen yang sempat mengakibatkan produsen makanan kemasan kelimpungan pada saat lockdown pertama.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: PM Inggris Boris Johnson Kembali Jalani Isolasi Covid-19, Bagaimana Kondisinya?

Lebih siap

Kepada Reuters, beberapa produsen makanan kemasan terkemuka di Inggris seperti Campbell Soup, Kraft Heinz, dan McCormick & Co telah melakukan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi situasi seperti saat awal lockdown.

Mereka mengubah sistem produksi, pengemasan, dan harga jual agar peritel bisa tetap menjaga ketersediaan stok di toko mereka.

Langkah-langkah tersebut termasuk memperluas manufaktur, merekrut lebih banyak pekerja, menata ulang jalur distribusi, hingga mengubah ukuran kemasan menjadi lebih besar.

Langkah-langkah antisipasi itu disebut membuat para produsen harus menanggung ongkos finansial yang lebih tinggi.

Sementara itu, pengamat ekonomi menyebut bahwa pembeli saat ini menyadari bahwa mereka tidak bisa mengeluarkan uang dalam jumlah besar, sehingga kecil kemungkinan akan terjadi panic buying.

Konsumen diprediksi akan menahan diri untuk menumpuk stok kebutuhan sehari-hari di rumah, walaupun ada promo potongan harga, karena perekonomian yang lemah membuat mereka ingin menghemat sumber daya finansial yang dimiliki.

Hal tersebut disampaikan oleh Benny Mantin, direktur Luxembourg Centre of Logistics and Supply Chain Management.

Analisis dari Reuters juga memperlihatkan bahwa konsumen di Amerika Serikat dan Eropa melakukan pembelian kebutuhan sehari-hari dalam jumlah lebih sedikit dibanding saat lockdown pertama.

Baca juga: Inggris Larang Orang dari Denmark Masuki Wilayahnya Usai Kasus Mutasi Corona pada Cerpelai

Lockdown kedua di Inggris

Dikutip dari laman resmi Pemerintah Inggris, 31 Oktober 2020, lockdown kembali diberlakukan pada Kamis (5/11/2020) hingga Rabu (2/12/2020).

Ketentuan lockdown yang harus dipatuhi oleh penduduk Inggris antara lain:

  1. Tinggal di rumah, kecuali untuk kepentingan tertentu
  2. Menghindari pertemuan dengan orang di luar rumah, kecuali untuk kepentingan tertentu
  3. Menutup sebagian bisnis dan tempat-tempat umum

Lockdown akan berlaku selama periode yang telah ditetapkan, dan setelah itu aturan mitigasi Covid-19 akan kembali menggunakan pendekatan regional sesuai dengan data termutakhir saat itu.

Selama lockdown, polisi dan otoritas-otoritas lain akan diberi kewenangan untuk memberi denda bagi pelanggar lockdown, juga kewenangan untuk membubarkan acara pertemuan.

Lockdown kedua di Eropa

Dilansir dari BBC, Minggu (15/11/2020) selain Inggris, sejumlah negara di Eropa juga kembali menerapkan lockdown, atau langkah-langkah mitigasi Covid-19 lainnya.

Berikut beberapa di antaranya:

1. Perancis (lockdown nasional kedua)

Perancis berada di bawah lockdown nasional kedua hingga setidaknya 1 Desember 2020.

Masyarakat hanya dapat meninggalkan rumah untuk pergi bekerja, membeli barang-barang penting, mencari bantuan medis atau berolahraga selama satu jam sehari.

Siapapun yang pergi keluar rumah harus membawa pernyataan tertulis yang menyebutkan dengan jelas alasan perjalanan mereka.

Semua toko non-esensial, restoran, dan bar ditutup, tetapi sekolah dan tempat penitipan anak tetap buka. Pertemuan sosial juga dilarang.

2. Jerman (lockdown parsial)

Hingga 30 November, kontak sosial dibatasi untuk dua rumah tangga dengan maksimal 10 orang.

Bioskop, teater, gym, kolam renang dan sauna, restoran dan bar (kecuali untuk takeaways) ditutup, tetapi sekolah, tempat penitipan anak, toko dan penata rambut semuanya buka.

Acara besar dibatalkan dan penggemar olahraga tidak dapat menghadiri pertandingan olahraga, tetapi kebaktian gereja diizinkan.

Bermalam untuk untuk tujuan non-esensial di hotel dan perjalanan yang tidak penting juga sangat tidak disarankan.

3. Italia (zona merah, oranye, dan hijau)

Italia memberlakukan pembatasan nasional yang dibagi ke dalam tiga zona warna, merah, oranya dan hijau.

Zona merah (area dengan infeksi terbanyak) telah menutup semua bar, restoran, dan sebagian besar toko, termasuk penata rambut dan ahli kecantikan. Pabrik dan layanan penting, termasuk apotek dan supermarket, tetap buka.

Di zona oranye, restoran dan bar tutup, tetapi penata rambut dan salon kecantikan buka.

Di zona hijau, restoran dan bar dapat tetap buka hingga pukul 18:00, tetapi museum, gedung pertunjukan, bioskop, gym, dan kolam renang ditutup, seperti di bagian lain negara.

Ada jam malam nasional dari pukul 22:00 hingga 05:00.

Sementara itu pertemuan untuk pernikahan, pembaptisan dan pemakaman dilarang, siswa sekolah tingkat atas dialihkan ke pembelajaran jarak jauh, dan masker wajib dikenakan di mana-mana, kecuali di rumah.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Negara-negara yang Melakukan Lockdown karena Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: BBC, Reuters
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi