Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Video Social Experiment Tunjukkan Lemahnya Wawasan Kebangsaan pada Anak

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi anak menggunakan media digital
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Belakangan, media sosial diramaikan dengan video social experiment yang menampilkan sejumlah anak-anak tak mengenali foto para tokoh dan pahlawan bangsa.

Anak-anak itu justru lebih mengenal foto para artis dan influencer yang kini sedang populer di kalangan para remaja.

Adalah akun @iben_ma yang melakukan social experiment itu dan mengunggahnya melalui Instagram.

"Jadi minggu ini gua melakukan social experiment lagi. Kali ini terkait dengan Influencer. Apakah benar Influencer lebih terkenal dibanding tokoh-tokoh penting Indonesia? Silahkan liat jawabannya pada video-video berikut," tulis akun itu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unggahan lengkap dari social experiment itu bisa dilihat di sini: Viral social experiment pada anak soal foto para tokoh dan pahlawan.

Baca juga: Penguatan Jati Diri Kebangsaan Indonesia

Selain unggahan @iben_ma, video social experiment serupa juga dilakukan @ultram3lk melalui platform TikTok.

Dalam social experiment kali ini, penanya meminta sejumlah anak untuk melanjutkan lagu nasional yang dinyanyikannya.

Sayangnya, anak tersebut tak bisa melanjutkannya dengan tepat. Saat penanya meminta melanjutkan jargon "tarik sis", anak itu pun spontan menjawabnya "semongko".

Unggahan lengkap dari social experiment itu bisa dilihat di sini: Viral social experiment pada anak soal lagu nasional.

Baca juga: Ini Contoh Pengamalan Pancasila di Kehidupan Sehari-hari

Respons Kak Seto

Menanggapi kondisi itu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi (Kak Seto) mengatakan pendidikan nasionalisme di Indonesia memang kurang mendapat banyak perhatian.

"Kita tahu isi pendidikan kita ada 5, yaitu etika, estetika, iptek, nasionalisme, dan kesehatan," kata Kak Seto kepada Kompas.com, Kamis (19/11/2020).

"Nasionalisme ini tampaknya kurang mendapat perhatian dan kurang melekat di kalangan anak-anak," sambungnya.

Kak Seto mengaku sangat prihatin dengan kondisi ini. Sebab, hal itu akan berpengaruh pada pengembangan bangsa.

Menurut dia, lemahnya wawasan kebangsaan di kalangan ini kemungkinan dipengaruhi oleh pengaruh tayangan atau informasi di dunia maya yang banyak diakses melalui gadget.

"Sekarang ini juga kan banyak dikeluhkan juga, anak kok kecanduan gadget. Kalau untuk pendidikan sih tidak masalah, tapi justru untuk hal yang sifatnya yang lebih nge-pop, ini sangat bahaya," jelas dia.

Dua faktor lain yang menyebabkan lemahnaya wawasan kebangsaan anak, menurut Kak Seto, adalah kurikulum pendidikan dan lemahnya keteladanan dari para tokoh bangsa atau politisi saat ini.

Baca juga: Peringati Hari Pahlawan, Kemendikbud Ajak Millenial Buat Perubahan

Kak Seto menuturkan harus ada contoh keteladanan agar mengedepankan cara berpolitik yang santun. Pasalnya, hal itu akan diserap anak dalam kehidupan sehari-harinya.

"Kadang-kadang ada unsur rasdikalisme, fanatisme, itu yang membuat nasionalismenya lumpuh. Akhirnya anak-anak menyukai sesuatu yang aman-aman saja, termasuk selebritis dan artis-artis dari luar," tutur dia.

Untuk itu, ia berharap agar pemerintah masuk ke dunia yang digemari anak agar bisa menanamkan wawasan kebangsaan.

"(Pemerintah) harus masuk ke dunia anak dan remaja yang saat ini memang sedang in di kalangan mereka, tapi isinya harus tetap dikontrol. Bangsa lain kan bisa juga melalui itu," kata Kak Seto.

"Jadi dunia maya diisi dengan wawasan kebangsaan, bagaimana jasa-jasa para pahlawan. Akhirnya ada kebanggaan kalau Indonesia itu hebat banget," lanjutnya.

Baca juga: Hari Pahlawan 2020, Ini Profil Enam Tokoh Pahlawan Nasional Baru

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi