Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Hujan Disertai Petir di Pulau Jawa, Ini Penjelasan dan Imbauan BMKG...

Baca di App
Lihat Foto
Thinkstock
Ilustrasi sambaran petir
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Peristiwa sambaran petir yang memakan korban jiwa kembali terjadi.

Kali ini peristiwa tersebut terjadi di Desa Sendangrejo, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (20/11/2020) dua bocah asal desa tersebut, MAS (13) dan W (13) ditemukan tewas di gubuk tengah sawah setelah tersambar petir.

Baca juga: Puluhan Warga di Banten Tersambar Petir, Mengapa Hal Itu Bisa Terjadi?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapolsek Dander AKP Dumas Barutu mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Kamis (19/11/2020) sekitar pukul 15.00 waktu setempat, saat hujan melanda desa tersebut.

Diperkirakan, saat hujan lebat, kedua bocah tersebut berteduh di gubuk tengah sawah dan tersambar petir.

Sebab, dari pemeriksaan medis tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh mereka.

"Keduanya murni meninggal dunia karena tersambar petir, karena ada bekas luka terbakar dan telinga serta matanya mengeluarkan darah," kata Barutu.

Baca juga: Berkaca dari Kasus di Pinrang, Benarkah Bermain Ponsel Saat Hujan Bisa Tersambar Petir?

Daerah rawan sambaran petir

Sementara itu, Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala mengatakan, pada periode November-Desember intensitas terjadinya petir di Pulau Jawa adalah yang tertinggi dibanding di wilayah lain di Indonesia.

"Termasuk wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, dan juga Banten," kata Agie saat dihubungi Kompas.com, Jumat (20/11/2020).

Agie mengatakan, secara rata-rata, pada periode November-Desember intensitas atau frekuensi terjadinya petir di Pulau Jawa akan meningkat.

"Kondisi ini tidak terlepas dari peralihan musim, menuju musim hujan di kawasan Pulau Jawa yang terindikasi dengan keberadaan monsoon Asia yang memang datang di periode-periode akhir tahun," katanya lagi.

Baca juga: 7 Tips Aman Menghindari Petir Ketika Hujan Deras

Sehingga, Agie mengatakan, BMKG menilai kondisi ini perlu menjadi perhatian masyarakat. Karena frekuensi terjadinya petir akan meningkat dan bahkan di beberapa daerah memiliki jumlah kejadian petir yang jauh lebih tinggi.

"Kalau kita lihat data statistik yang lain, sebetulnya data kejadian petir kalau dari Juli-Agustus itu justru banyak di wilayah Sumatera," kata Agie.

Dia menambahkan, pada fase peralihan musim ini, terbentuk awan cumolonimbus yang cukup banyak, yang juga disertai petir dan angin kencang. 

Baca juga: Fenomena Topi Awan yang Terjadi Serentak di 4 Gunung, Ada Apa?

Proses terjadinya petir

Agie mengatakan, terjadinya petir disebabkan ketika musim hujan ditambah dengan banyaknya uap air atau kandungan massa udara di awan, yang menyebabkan daya isolasi atmosfer menurun.

"Sehingga, seperti kita ketahui, petir itu terjadi ketika elektron di bawah awan tertarik oleh proton di wilayah daratan," kata Agie.

Oleh karena itu, Agie mengatakan, ketika terjadi petir di dataran luas justru tidak diperbolehkan berlindung di bawah pohon.

"Kita lebih baik berlindung ketika sudah muncul tanda-tandanya, seperti perubahan cuaca yang cukup cepat," imbuh dia.

Perubahan cuaca secara cepat itu bisa dilihat dari gumpalan awan-awan seperti bunga kol yang warnanya gelap pekat, dan udara dingin sesaat sebelum munculnya petir.

"Maka kita sebaiknya berlindung di tempat yang aman, seperti rumah, dan jangan justru di daerah-daerah yang rawan terjadi sambaran petir," kata Agie.

Baca juga: Fenomena Topi Awan yang Terjadi Serentak di 4 Gunung, Ada Apa?

Mengapa sambaran petir mematikan?

Dikutip dari Kompas.com, 27 April 2017, peneliti petir dari Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika (STEI) di Institut Teknologi Bandung (ITB), Syarif Hidayat, mengatakan, petir berbeda dengan listrik di rumah meski sama-sama memiliki arus listrik.

"Petir berbeda dengan listrik di rumah karena dia tidak sabaran. Arus listrik di rumah kita mau mengantre dalam kabel. Petir tidak. Dia tidak peduli, maunya cepat-cepat sampai ke bumi," kata Syarif.

Untuk menghantarkan arus ke bumi, petir cenderung memilih tempat terbuka, obyek yang tinggi, dan tonjolan di permukaan bumi.

Baca juga: Melihat Potensi dan Harapan di Negeri di Atas Awan...

Obyek tinggi bisa berupa tiang ataupun pohon. Adapun tonjolan bisa berupa bukit atau gunung, manusia, hewan, dan bangunan yang berada di tempat terbuka.

Sehingga, orang yang berada di tengah sawah, bermain bola di lapangan, ataupun berlayar di atas kapal di lautan bisa menjadi tonjolan yang siap disambar petir.

"Karena sifatnya yang tidak sabaran, saat ada tonjolan, petir akan menyambar semuanya tanpa pilih-pilih. Jadi memang tidak mengherankan petir bisa menyambar banyak obyek sekaligus," ungkap Syarif.

Dari sisi kekuatan, tegangan petir pun sangat besar.

Tegangan listrik yang bisa ditoleransi manusia adalah 20 miliampere, sedangkan tegangan yang dihasilkan petir bisa mencapai 26.000 ampere.

Baca juga: Belajar dari Kasus Penggembala dan 19 Kerbaunya, Ini yang Harus Anda Hindari Saat Petir Menyambar

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi