Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset: Cuaca Ekstrem, Perubahan Iklim dan Badai yang Semakin Kuat

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/John D Sirlin
Ilustrasi badai petir, rahasia alam semesta.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

 

KOMPAS.com - Awal bulan ini, badai melanda Nikaragua dan bergerak melintasi Amerika Tengah. Akibatnya, puluhan orang dikabarkan meninggal dunia.

Di Asia Tenggara, badai berkecapatan 310 kilometer per jam juga sempat melanda Filipina dan menghancurkan rumah di sekitar Ibu Kota Manila.

Badai merupakan contoh lain bagaimana cuaca ekstrem menjadi sangat biasa saat perubahan iklim.

Begitu banyak badai terbentuk di atas Samudera Atlantik musim ini, sehingga Organisasi Meteorologi Dunia menghabiskan daftar nama badai yang memuat 21 nama untuk kedua kalinya dalam sejarah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, bagaimana perubahan iklim mempengaruhi badai?

Baca juga: Waspada, Ini 28 Wilayah yang Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem Seminggu ke Depan

Pengaruh perubahan iklim

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal PNAS pada Mei 2020, Bumi setiap tahun dilanda sekitar 86 siklon tropis dan terjadi secara konsisten selama empat dekade terakhir.

Di saat para ilmuwan memperkirakan jumlah siklon mungkin turun karena perubahan kondisi lain, siklon yang terbentuk justru akan lebih kuat.

Dikutip dari DW, 6 November 2020, hal ini bisa dijelaskan dengan fisika sederhana.

Udara yang lebih hangat menahan lebih banyak kelembapan. Untuk setiap 1 derajat celcius atmosfer yang menghangat, udara akan menahan sekitar 7 persen lebih banyak air.

Dengan kondisi suhu Bumi yang semakin panas, kita telah menempatkan lebih banyak air di udara.

Itu sangat berpengaruh pada siklon tropis karena didukung oleh udara laut yang hangat dan lembab, seperti badai di Amerika Tengah dan Filipina baru-baru ini.

Baca juga: Mengenal Perubahan Iklim, Cara Mengetahui, dan Dampaknya bagi Manusia...

Seperti diketahui, hujun akan turun saat uap air mengembun. Lebih banyak air berarti lebih banyak hujan, sementara panas yang dilepaskan dalam proses ini memperkuat badai lebih besar.

Ketika Badai Harvey melanda Texas dan Louisiana pada 2017, tiga penelitian menemukan bahwa curah hujan tambahan yang disebabkan oleh perubahan iklim beberapa kali lebih besar dari yang diperkirakan.

"Sebelum kami mulai melakukan studi ini, saya pikir perubahan curah hujan akan dikendalikan oleh jumlah kelembaban atmosfer yang dapat ditahan," kata salah satu penulis studi dari Laboratorium Energi Nasional AS Lawrence Berkeley, Michael Wehner.

"Ternyata, dalam badai yang sangat hebat ini, ada perubahan lain yang terjadi yang menyebabkan badai menjadi lebih deras," sambungnya.

Memperlambat badai

Di Samudra Atlantik, misalnya, perubahan iklim mungkin memperlambat badai karena pola angin berubah.

Meski kedengarannya tidak mengancam, tetapi badai yang bergerak lambat masih bisa memiliki kecepatan angin tinggi dan hanya butuh waktu lebih lama untuk bergerak di sepanjang jalurnya.

Dengan menghantam daerah pemukiman warga dan disertai hujan yang lebih lebat, efek badai ini meningkatkan kerusakan daripada Badai Hervei, Badai Florence, dan Badai Dorian.

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Penyebab Cuaca Panas Akhir-akhir Ini

Menurut IPCC, banjir pesisir yang pernah melanda sekali dalam satu abad akan terjadi di banyak kota setiap tahunnya.

Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim yang membuat permukaan air laut naik. Padahal, laut yang lebih tinggi berpotensi memperburuk badai dengan dua cara.

Pertama, siklon tropis menciptakan gelombang badai. Ini berarti angin kencang dan tekanan atmosfer yang rendah menaikkan permukaan air yang menghantam pantai.

Kedua, curah hajuan yang lebih besar membuat tumpukan air dan akhirnya kembali ke lautan. Hal ini bisa membebani kapasitas saluran drainase di tanah dan meluapnya sungai.

Saat mengalir ke hilir menuju lautan, hal itu dapat memperburuk banjir di kota-kota pesisir.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi