Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emosi dan Pikiran Negatif Bisa Pengaruhi Organ Tubuh, Ini Penjelasan Medisnya

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Ntkris
Ilustrasi emosi, berpikir positif
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Situasi pandemi virus corona seakan membalikkan keadaan setiap orang.

Penyebaran virus corona yang masih terus terjadi menimbulkan ketakutan, kekhawatiran, marah, kesedihan, bahkan mungkin memicu stress karena situasi yang tidak terbayangkan.

Perasaan-perasaan dan emosi negatif itu jika dirasakan secara berlebihan, dapat berdampak pada psikologis dan fisik.

Ada yang menyebut, perasaan dan pikiran negatif bisa memengaruhi organ-organ tubuh.

Benarkah demikian?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli kesehatan jiwa, dr Dharmawan SpKJ membenarkan bahwa seseorang yang menyimpan emosi atau amarah sehingga menyebabkan stress atau berpikiran negatif akan berpengaruh pada kesehatan organ dalam tubuh.

"Ya, karena akan meningkatkan hormon stress kortisol dan mengaktifkan sistem saraf otonom yang akan merangsang adrenalin dan non-adrenalin sehingga tekanan darah akan naik dan agregasi trombosit naik, aterosklerosis juga naik," ujar Dharmawan saat dihubungi Kompas.com, Jumat (13/11/2020).

Kortisol adalah salah satu hormon steroid dan dibuat pada kelenjar adrenal. Sebagian besar sel di dalam tubuh memiliki reseptor kortisol.

Oleh karena itu, hormon ini banyak memengaruhi fungsi tubuh kita.

Menurut Dharmawan, hormon stress kortisol ini memicu penyakit-penyakit psikosomatik, seperti asma, neurodermatitis, serangan jantung, stroke, dan autoimun mudah terkena infeksi.

"Kortisol juga dapat menurunkan imunitas dan meningkatkan gula darah (diabetes tidak terkendali)," lanjut dia.

Baca juga: Menghilangkan Stress Bisa Jadi Obat Paling Baik untuk Pasien Covid-19

Psikosomatik

Melansir Britannica, gangguan psikosomatik atau dikenal sebagai gangguan psikofisiologis merupakan kondisi di mana tekanan psikologis yang berdampak buruk pada fungsi fisiologis (somatik) sampai pada titik stress.

Hal ini akan berdampak pada kondisi disfungsi atau kerusakan struktural pada organ tubuh melalui aktivasi yang tidak tepat dari sistem saraf tak sadar dan kelenjar sekresi internal.

Dengan demikian, gejala psikosomatis muncul sebagai penyerta fisiologis dari keadaan emosional.

Misalnya, saat seseorang dalam keadaan marah, tekanan darah orang tersebut cenderung meningkat dan denyut nadi serta frekuensi pernapasannya juga meningkat.

Ketika seseorang orang tersebut sudah tidak marah, proses fisiologis yang tadinya meningkat lambat-laun menjadi mereda dan kembali normal.

Jika orang tersebut memiliki agresi yang terus-menerus terhambat (amarah kronis), yang tidak dapat dia ungkapkan secara terbuka, maka keadaan emosionalnya tetap tidak berubah. 

Dharmawan mengatakan, gejala seseorang terkena penyakit psikosomatik yakni terlihat dari penyakit intinya.

"Gejalanya sesuai nama penyakitnya, intinya karena masalah psiko jadi pengaruh pada kelainan di somatik (badan)," ujar Dharmawan.

Mengurangi kadar kortisol

Untuk mencegah hormon stress kortisol meningkat, Dharmawan menyebutkan, dapat melakukan pengelolaan stress.

"Ya jangan stress, perlu pengelolaan stress karena stress adalah reaksi emosi terhadap persepsi kita. Persepsi atas suatu kejadian baik diri atau lingkungan kita," ujar Dharmawan.

Seperti diberitakan Kompas.com, 28 Agustus 2020, cara untuk mengurangi kadar kortisol yakni dengan mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang, berolahraga, tidur cukup, menghabiskan waktu di alam terbuka, dan melakukan latihan pernapasan.

Berikut cara mudah untuk menurunkan kadar kortisol:

1. Olahraga

Olahraga bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental kita. Itu sebabnya, olahraga dapat membantu meredakan stres skealigus menurunkan kadar kortisol.

Riset menunjukkan, olahraga bisa menurunkan kadar kortisol pada orang yang berusia lanjut dan penderita gangguan depres berat.

2. Tidur yang cukup

Pakar Pengobatan Interogratif Yufang Lin mengatakan, kurang tidur dapat memicu rasa cemas, ledakan emosi, dan stres.

Kemudian, kurang tidur dpat meningkatkan kadar kortisol yang memicu penurunan daya ingat, oenambahan berat badan, dan mempercepat proses penuaan.

3. Menghabiskan waktu di alam terbuka

Selanjutnya, salah satu cara untuk menurunkan kadar kortisol yakni dengan menghabiskan waktu di alam terbuka.

Selain itu, tindakan ini juga baik untuk menenangkan otak dan pikiran.

4. Lakukan latihan pemanasan

Melakukan latihan pernapasan seperti yoga dan meditasi dapat membantu menurunkan tingkat stres dan kadar kortisol.

Tak hanya itu, latihan pernapsan juga dapat menurunkan detak jantung dan tekanan darah tinggi.

KOMPAS.com/Maulana Mickael Infografik: 6 Tanda Kita Mengalami Stres Pekerjaan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi