Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Minta Libur Akhir Tahun Dikurangi, Epidemiolog: Jangan Didukung Diskon Tiket!

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI
Suasana kepadatan kendaraan dari arah Garut dan Tasikmalaya menuju Gerbang Tol Cileunyi terjadi di Cipacing, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (1/11/2020). Kepala Bagian Operasi Korps Lalu Lintas Polri Komisaris Besar Rudi Antariksawan mengatakan, puncak arus balik libur panjang cuti bersama menuju Jakarta di berbagai daerah akan terjadi pada Minggu (1/11/2020) malam ini.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo meminta jatah libur akhir tahun dan pengganti cuti Idul Fitri pada Desember dikurangi.

Hal itu bertujuan agar masyarakat tak berbondong-bondong pergi berlibur sehingga menyebabkan lonjakan kasus Covid-19.

Instruksi Jokowi itu disampaikan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy usai rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (23/11/2020).

Selanjutnya, teknis pengurangan jatah libur dan cuti tersebut dibahas oleh Muhadjir bersama para menteri dan kepala lembaga negara terkait dalam sebuah rapat koordinasi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muhadjir mengatakan, Jokowi berpesan agar segala cara dilakukan untuk mencegah terjadinya kerumunan, termasuk mengurangi jatah libur dan cuti. Pemerintah tak ingin kasus Covid-19 kembali meningkat.

Baca juga: Kasus Covid-19 Tembus 500.000, Ini 4 Cara Virus Corona Menyebar

Bagaimana tanggapan epidemiolog?

Setuju dikurangi, asal...

Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman mengatakan, pihaknya mengapresiasi kebijakan tersebut dan memiliki pandangan yang sama seperti Presiden Jokowi.

Menurut dia, libur panjang akhir tahun dan pengganti cuti Idul Fitri pada Desember nanti seharusnya memang dikurangi.

Bahkan Dicky menyarankan kepada pemerintah pusat maupun daerah untuk juga membatasi pergerakan dari masyarakat.

"Saya setuju untuk dikurangi saja libur-libur itu, tetapi juga perlu dibatasi pergerakan dari masyarakat," ucap Dicky saat dihubungi Kompas.com, Rabu (25/11/2020) pagi.

"Ini harusnya di sektor-sektor perhubungan harusnya memperkuat kebijakan ini. Bukan malah memberikan diskon-diskon tiket dan kemudahan-kemudahan dalam perjalanan ke luar kota. Jangan didukung dengan adanya diskon tiket," tegas Dicky.

Apabila diskon dan kemudahan dalam perjalanan tetap diberikan, hal itu justru tidak sejalan dengan apa yang diperintahkan oleh Presiden Jokowi.

Baca juga: Selain Liburan, Satgas Sebut Kerumunan di Soetta hingga Petamburan Ikut Menambah Kasus Covid-19

Tidak pergi ke luar kota

Lebih lanjut dalam situasi seperti saat ini, Dicky menyarankan kepada masyarakat untuk tidak bepergian ke luar kota terlebih dahulu.

Sebaliknya, masyarakat sebisa mungkin untuk berada di rumah atau jika terpaksa keluar, usahakan masih di dalam kota.

"Agar tidak memiliki potensi membawa atau tertular virus Covid-19 ini, lebih disarankan begitu dan menghindari bepergian ke luar kota dulu," ujar Dicky.

Oleh karena itu, pemerintah daerah setempat harus memberikan informasi kepada masyarakatnya mengenai tempat mana saja yang aman untuk dikunjungi.

Sehingga, masyarakat memiliki pandangan atau pilihan ke mana mereka akan pergi untuk beraktivitas di wilayahnya.

"Usahakan yang ada di luar ruangan atau outdoor. Sembari terus mengedukasi supaya masyarakat tidak keluar daerah dan juga tetap menjaga upaya-upaya pencegahan mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak (3M)," katanya.

Dicky menambahkan, setiap pemerintah daerah juga wajib untuk mengaktifkan strategi 3T, baik sebelum, selama, dan sesudah libur maupun tidak.

"Pemerintah daerah itu wajib aktifkan strategi testing, tracing, dan treatment (3T)," lanjutnya.

Baca juga: Bayang-bayang Lonjakan Covid-19 di Jakarta Jelang Libur Panjang Akhir Tahun

Tren kasus meningkat setelah libur panjang

Saat ditanyakan apakah setelah libur panjang berdampak pada penambahan kasus Covid-19 yang tajam, Dicky membenarkan hal tersebut.

Menurut dia, libur panjang memang berkontribusi pada semakin meningkatnya jumlah kasus baru Covid-19.

"Trennya dari setiap pasca libur panjang semakin meningkat kontribusi terhadap kenaikan kasus baru, kesakitan dan pada gilirannya angka kematian," ungkap Dicky.

Hal tersebut terbilang logis karena sesuai dnegan pertumbuhan kasus secara eksponensial dan juga tes positivity rate yang selalu sangat tinggi.

"Ini logis sesuai dengan pertumbuhan kasus secara eksponensial dan juga tes positivity rate kita yang selalu sangat tinggi, lebih dari 10 persen selama 9 bulan," lanjutnya.

Bukan hanya libur panjang, tekan Dicky, setiap kejadian mobilisasi massa yang besar tentu akan sangat berpotensi dalam kenaikan kasus.

Baca juga: Satgas: Libur Panjang Akhir Tahun Berpotensi Naikkan Kasus Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi