Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Penyakit Stroke, dari Gejala hingga Pencegahannya

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi stroke
|
Editor: Sari Hardiyanto

 

KOMPAS.com - Stroke merupakan salah satu penyakit berbahaya yang banyak dijumpai di sekitar kita.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2018 menyebutkan, prevelensi stroke berdasarkan diagnosis pada penduduk berusia lebih dari 15 tahun adalah 10,85 persen.

Stroke terjadi ketika suplai darah ke bagian otak terganggu atau berkurang, sehingga otak tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi.

Akibatnya, sel-sel otak akan mati dalam beberapa menit.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perawatan yang tepat dan tindakan dini dapat mengurangi kerusakan otak dan komplikasi lainnya.

Baca juga: Benarkah Pasien Covid-19 Tanpa Penyakit Bawaan Juga Berisiko Tinggi Alami Kematian?

Gejala

Melansir Mayoclinic, ada beberapa tanda atau gejala stroke.

Pertama, kesulitan berbicara dan memahami apa yang dikatakan orang lain.

Kedua, kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan atau tungkai. Biasanya, kondisi ini menyerang satu sisi tubuh penderita.

Untuk mengetahuinya, cobalah mengangkat kedua lengan ke atas kepala secara bersamaan. Jika satu lengan jatuh, mungkin Anda mengalami stroke.

Baca juga: Kurma untuk Penderita Diabetes, Apakah Aman?

Selain itu, satu sisi mulut juga mungkin terkulai saat mencoba tersenyum.

Ketiga, masalah pengelihatan pada satu atau kedua mata.

Keempat, sakit kepala secara tiba-tiba yang mungkin disertai dengan muntah.

Kelima, kesulitan berjalan.

Baca juga: INFOGRAFIK: 5 Penyebab Kanker Paru-paru

Penyebab

Ada dua penyebab utama stroke, yaitu arteri tersumbat (stroke iskemik) dan pembuluh darah yang bocor atau pecah (stroke hemoragik).

Stroke iskemik merupakan jenis stroke yang paling umum dijumpai. Ini terjadi ketika pembuluh darah ke otak menyempit atau tersumbat, sehingga menyebabkan aliran darah berkurang.

Pembuluh darah yang tersumbat atau menyempit disebabkan oleh timbunan lemak yang menumpuk di pembuluh darah, gumpalan darah, atau kotoran lain yang mengalir melalui aliran darah dan masuk ke dalam pembulu darah di otak.

Baca juga: Simak, Ini 15 Makanan yang Sebaiknya Dihindari agar Sistem Imun Kuat

Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa infeksi Covid-19 dapat menjadi kemungkinan penyebab stroke iskemik, tetapi diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikannya.

Sementara itu, stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak bocor atau pecah.

Pendarahan otak dapat terjadi akibat berbagai kondisi, seperti tekanan darah tinggi yang tak terkontrol, pengobatan berlebihan dengan pengencer darah (antikoagulan), dan trauma.

Beberapa orang mungkin hanya mengalami gangguan sementara aliran darah ke otak, yang dikenal sebagai serangan iskemik transient (TIA), yang tidak menyebabkan gejala yang bertahan lama.

Baca juga: 7 Minuman yang Dapat Meningkatkan Kesehatan Otak, Apa Saja?

Faktor risiko

Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko stroke, seperti obesitas, ketidakaktifan fisik, minum alkohol, tekanan darah tinggi, merokok, kolesterol tinggi, diabetes, sleep apnea, dan riwayat keluarga.

Beberapa faktor lain dengan risiko yang lebih tinggi adalah usia (55 tahun lebih), ras (orang Afrika-Amerika), jenis kelamin (pria), dan hormon.

Baca juga: Ramai soal Thermo Gun Disebut Bahayakan Otak, Berikut Penjelasan Ahli

Pencegahan

Berikut sejumlah cara untuk mengurangi risiko stroke, dikutip dari laman resmi Harvard Medical School:

  • Menurunkan tekanan darah
  • Menurunkan berat badan
  • Perbanyak olahraga
  • Obati fibrilasi atrium, bentuk detak jantung tidak teratur yang menyebabkan pembentukan gumpalan pada jantung dan menyebar ke otak.
  • Mengobati diabetes

Baca juga: 10 Makanan dan Minuman yang Harus Dihindari Penderita Diabetes

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 8 cara mencegah stroke

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi