Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapan WHO soal Klaim Covid-19 Awalnya Bukan dari China

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/NURWAHIDAH
Ilustrasi virus corona (Covid-19)
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sudah hampir satu tahun virus corona menyebar ke seluruh negara di dunia. Pandemi Covid-19 pun masih terus terjadi. Bahkan, di beberapa negara belum terkendali.

Asal-usul dari mana awal virus corona menyebar masih terus berkembang.

Kasus pertama dikonfirmasi di Wuhan, China. Namun, belakangan hal itu dibantah dan diklaim bahwa virus tidak pertama kali berasal dari sana.

Polemik ini membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) turut bersuara dan merespons beberapa dugaan ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO juga merespons pernyataan China yang berulang kali menyatakan awal Covid-19 bukan berasal dari negaranya.

Dikutip dari Reuters, Sabtu (28/11/2020), klaim China soal asal-usul Covid-19 berdasarkan pada "bukti" adanya jejak Covid-19 pada makanan beku impor.

China menyebut hal itu karena merujuk pada jurnal ilmiah yang membuktikan bahwa Covid-19 kemungkinan sudah beredar di Eropa lebih dulu.

Baca juga: Kasus Corona Meningkat di Beberapa Kota di China, Kembali Lockdown?

Pakar WHO Mike Ryan mengatakan, sangat spekulatif jika menyebut Covid-19 awalnya pertama kali bukan dari China.

"Saya pikir sangat spekulatif bagi kami untuk mengatakan bahwa penyakit itu tidak muncul di China," kata Mike Ryan pada briefing virtual di Jenewa, saat ditanya apakah Covid-19 mungkin pertama kali muncul di luar China.

"Jelas dari perspektif kesehatan masyarakat bahwa Anda memulai penyelidikan di mana kasus manusia pertama kali muncul," tambahnya, mengatakan bahwa bukti kemudian dapat mengarah ke tempat lain.

Ryan kembali menegaskan bahwa WHO berencana mengirim para ilmuwan ke pasar Wuhan untuk menyelidiki lebih lanjut asal mula virus tersebut.

WHO sempat dituduh Trump terkait "China-sentris" namun berulang kali WHO membantah tuduhan tersebut.

Baca juga: Studi Terbaru Ungkap Mutasi Virus Corona Tak Percepat Penularan

Studi Covid-19 berasal dari India

Sementara itu, ada pula studi yang menyebut Covid-19 kemungkinan berasal dari India.

Dikutip dari Asia One, Jumat (27/11/2020), sejumlah peneliti China menerbitkan jurnal ilmiah yang mengklaim bahwa asal virus corona Covid-19 bukan dari Wuhan, China.

Mereka mengklaim memiliki teori baru yang menyatakan bahwa SARS-Cov-2 itu berasal dari India.

Penelitian ini telah ditinjau oleh sejawat (peer reviewed) dan diterbitkan dalam jurnal Molecular Phylogenetics and Evolution dan tertulis dipimpin oleh Shen Libing, dari Ilmu Biologi, Institut Shanghai.

Sebelumnya, makalah yang berjudul "The Early Cryptic Transmission and Evolution of Sars-CoV-2 in Human Hosts", yang mengklaim bahwa virus corona sudah ada di India dan Bangladesh.

Namun, penelitian oleh ahli China itu belum dilakukan peer reviewed.

Shen mengklaim berdasarkan mutasi dan sejarah evolusi virus di China, virus kelelawar tidak berkaitan dengan virus manusia.

Oleh karena itu, mereka mengklaim tidak ada yang bisa melacak pandemi Covid-19 sejak awal.

Baca juga: Studi Ini Klaim Penularan Virus Corona melalui Uang Kertas Rendah

Menggunakan metode baru

Mereka kemudian menggunakan metode baru yang hanya menghitung jumlah mutasi pada setiap jenis virus.

Strain dengan lebih banyak mutasi telah ada untuk waktu yang lebih lama, dan mutasi yang lebih sedikit justru lebih dekat dengan nenek moyang asli SARS-CoV-2.

"Tim menemukan bahwa beberapa strain memiliki mutasi lebih sedikit daripada yang pertama kali dikumpulkan di Wuhan. Itu artinya Wuhan tidak bisa menjadi tempat pertama di mana penularan SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia terjadi," klaim Shen.

Makalah Shen tersebut menyatakan bahwa strain paling sedikit bermutasi ditemukan di delapan negara dari empat benua yaitu Australia, Bangladesh, Yunani, AS, Rusia, Italia, India, dan Republik Ceko.

Shen mengklaim virus corona tidak bisa menular ke manusia dari semua tempat ini pada waktu yang bersamaan.

Area wabah pertama seharusnya memiliki keragaman genetik terbesar, menandakan bahwa wabah tersebut telah ada lebih lama.

Shen lalu mengklaim tidak ada daerah lain yang memiliki keragaman virus lebih banyak daripada India dan Bangladesh.

Baca juga: Simak, Ini Gejala Virus Corona dari Hari ke Hari dan Cara Mencegahnya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi