Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tide Gauge, Alat Deteksi Tsunami yang Dipasang di Labuan Bajo

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Shutterstock/Harry Hermanan
Ilustrasi kapal di Pelabuhan Labuan Bajo.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sebagai salah satu kawasan wisata favorit di Indonesia, Labuan Bajo, tidak lepas dari ancaman terjadinya bencana alam, seperti tsunami dan gempa bumi.

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, wilayah yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur itu berada di zona seismik aktif.

"Secara tektonik, wilayah ini diapit oleh 2 sumber gempa potensial, yaitu sumber gempa Sesar Naik Flores di utara, dan zona Megathrust Sumba di selatan," kata Daryono saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (28/11/2020).

Daryono menjelaskan, Sesar Naik Flores di wilayah ini memiliki magnitudo tertarget 7,5. Sementara, sumber gempa Megathrust Sumba memiliki magnitudo tertarget 8,5.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam catatan katalog tsunami, Daryono mengatakan, wilayah perairan antara Bima dan Manggarai pernah mengalami peristiwa tsunami 3 kali.

"Peristiwa itu yaitu pada 5 Maret 1836, 28 November 1836, dan 14 April 1855. Dalam peristiwa terakhir, tsunami dilaporkan menimbulkan kerusakan beberapa kapal di pelabuhan," ujar dia.

Baca juga: Merespons Kajian Potensi Tsunami, FKIP UNS Kupas Soal Mitigasi Bencana lewat Webinar

Peringatan dini tsunami

Daryono mengatakan, sebagai salah satu kawasan wisata favorit di Indonesia, Labuan Bajo perlu memiliki sistem informasi gempa dan cuaca, serta peringatan dini tsunami dan cuaca ekstrim.

"Untuk mendukung keselamatan pariwisata dan masyarakat," kata Daryono.

Pada 2020, BMKG telah memasang alat Tide Gauge yang berfungsi untuk konfirmasi terjadinya tsunami.

Tide Gauge adalah alat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis.

Daryono mengatakan, alat ini sudah dipasang di Pelabuhan Labuan Bajo oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dan saat ini data sudah terkirim secara online.

"Bagi BMKG data muka laut hasil monitoring Tide Gauge sangat bermanfaat untuk konfirmasi terjadinya tsunami atau tidak, pasca peringatan dini tsunami dikeluarkan oleh BMKG," kata Daryono.

Cara kerja Tide Gauge

Dikutip dari laman Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI, 21 Februari 2017, tide gauge adalah pendeteksi tsunami yang dipasang di perairan untuk mendeteksi adanya gelombang.

Tide gauge bekerja dengan cara mengukur perubahan permukaan laut secara mekanis dan otomatis.

Alat ini dapat mengukur pasang surut air laut yang memungkinkan untuk mendeteksi tsunami secara cepat.

Tide gauge memiliki sensor radar dan tekanan, dan jika kondisi perairan memungkinkan (gelombang dan arus tidak terlalu besar) tide gauge juga dapat dilengkapi dengan sensor pelampung.

Data-data yang dihasilkan oleh sensor-sensor tersebut kemudian akan disimpan oleh mesin pencatat data yang berada dalam box panel bersama dengan sistem operasi ketiga sensor lainnya.

Data pengamatan tersebut akan dikirimkan ke Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) dan BMKG secara real time dengan perantara satelit komunikasi VSAT.

Data tersebut akan diproses dan diolah di sistem Peringatan Dini Tsunami. Sistem tersebut akan memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami terbentuk atau tidak.

Kemudian, informasi tersebut akan disampaikan oleh BMKG ke beberapa institusi perantara seperti Pemerintah dan Media, yang akan meneruskan kepada masyarakat.

Baca juga: Dari La Nina, Potensi Tsunami hingga Banjir, Jabar Bersiaga Hadapi Bencana Hidrometeorologi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi