KOMPAS.com - Kemiskinan ekstrem global diperkirakan akan meningkat pada 2020 untuk pertama kalinya dalam lebih dari 20 tahun terakhir.
Hal itu mengemuka dalam laporan Bank Dunia baru-baru ini.
Pandemi virus corona menambah faktor yang memperlambat kemajuan pengentasan kemiskinan, selain konflik dan perubahan iklim.
Baca juga: Saat WHO Peringatkan tentang Bahaya Nasionalisme Vaksin...
Tahun ini, Covid-19 diperkirakan mendorong 88-115 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem dan meningkat menjadi 150 juta pada 2021, bergantung pada tingkat keparahan kontraksi ekonomi.
Dalam hal ini, kemiskinan ekstrem didefinisikan dengan hidup dengan kurang dari 1,90 dollar AS sehari.
Tingkat kemiskinan itu kemungkinan akan mempengaruhi antara 9,1-9,4 persen dari populasi dunia pada 2020.
Baca juga: Ancaman Kelaparan dan Potret Kondisi TKI di Malaysia Saat Pandemi Corona...
Tambahan orang miskin baru
Jika tidak ada pendemi, tingkat kemiskinan diperkirakan akan turun menjadi 7,9 persen tahun ini.
Laporan tersebut juga menemukan bahwa banyak orang miskin baru akan berada di negara-negara dengan tingkat kemiskinan tinggi.
Sejumlah negara berpenghasilan menengah akan melihat sejumlah besar orang tergelincir di bawah garis kemiskinan ekstrem.
Baca juga: Covid-19, Mungkinkah Jadi Penyebab Gigi Lepas?
Sekitar 82 persen dari total kemiskinan global akan berada di negara-negara berpenghasilan menengah.
Konvergensi pandemi Covid-19 dengan tekanan konflik dan perubahan iklim akan membuat tujuan untuk mengakhiri kemiskinan pada 2030 (3 persen) menjadi tak realistis.
Data kemiskinan global baru untuk 2017 menunjukkan bahwa 52 juta orang keluar dari kemiskinan antara 2015 dan 2017.
Baca juga: Imbas Lockdown, Warga Miskin Myanmar Konsumsi Tikus dan Ular
Kemiskinan global
Namun, laju pengurangan melambat menjadi kurang dari setengah poin persentase per tahun antara 2015 dan 2017.
Kemiskinan global juga telah turun di tingkat sekitar 1 poin persentase per tahun antara 1990 dan 2015.
Namun, virus corona bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi peningkatan tren itu.
Baca juga: Ramai di Twitter, Ini Penjelasan Pihak Pengelola soal Embun Es di Dieng
Konflik dan perubahan iklim juga menjadi penghambat pengentasan kemiskinan global.
Lebih dari 40 persen kaum miskin global tinggal di negara-negara yang terkena dampak konflik dan kekerasan.
Sementara itu, sekitar 132 juta orang miskin global tinggal di daerah dengan risiko banjir yang tinggi.
Di beberapa negara, sebagian besar masyarakat miskin tinggal di daerah yang terkena dampak konflik dan sering terdampak banjir.
Karenanya, Bank Dunia memberikan rekomendasi untuk pendekatan dua jalur yang saling melengkapi, yaitu menanggapi secara efektif krisis mendesak dalam jangka pendek sambil terus berfokus pada masalah-masalah pembangunan mendasar, termasuk konflik dan perubahan iklim.