KOMPAS.com - Sydney mencatat malam terpanas di bulan November akibat gelombang panas akhir pekan.
Gelombang panas itu juga membuat suhu di siang hari menembus 40 derajat celcius.
Badan Meterologi mencatat, suhu Sabtu (28/11/2020) malam tidak turun di bawah 25,3 derajat celcius, sehingga menjadikannya sebagai malam November terpanas sejak pencatatan dimulai.
Baca juga: Indonesia Disebut Alami Gelombang Panas, Ini Penjelasan BMKG
Bahkan pada Minggu (29/11/2020) pukul 04.30 pagi, suhu telah mencapai 30 derajat celcius, sebelum mencapai di atas 40 derajat untuk kedua kalinya secara berturut-turut.
"New South Wales (NSW) berada di tengah gelombang panas yang parah dengan kondisi sangat hangat kemarin," kata Agara Imielska dari Badan Meteorologi, dikutip dari AFP, Minggu (29/11/2020).
"Hari ini menjadi pengulangan dari beberapa kondisi tersebut," sambungnya.
Baca juga: Saat Australia Mencoba Alternatif Pelacakan Virus Corona Melalui Selokan...
Larangan pembakaran
Rekor siang hari untuk November jatuh di kota lain, yaitu Griffith (43,2 celcius) dan Mildura (45,7 celcius) pada Sabtu.
Gelombang panas mendorong pemerintah mengeluarkan larangan pembakaran di sebagian besar negara bagian New South Wales.
Negara bagian itu telah dilanda kebakaran hutan dahsyat selama musim panas terakhir.
Baca juga: Covid-19, Kebohongan Pegawai Pizza, dan Lokcdown di Australia Selatan...
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan NSW mencatat, sejumlah kebakaran juga terjadi pada Minggu, satu di antaranya berada di pinggiran Sydney yang merusak sebuah properti.
Lebih dari 60 kebakaran hutan masih terjadi di seluruh negara bagian.
Akan tetapi, sebagian besar telah dikendalikan oleh petugas pemadam kebakaran karena perubahan angin selatan menyebabkan penurunan suhu secara cepat.
Baca juga: Australia Pertama Kalinya Laporkan Nol Kasus Baru Corona dalam 5 Bulan
Perubahan iklim
Jumlah itu merupakan lonjakan signifikan sejak kebakaran besar tahun lalu yang membakar area seluas Inggris Raya dan menewaskan 33 orang.
Musim kebakaran juga membunuh atau membuat hampir tiga miliar hewan mengungsi dan merugikan ekonomi sekitar 7 miliar dollar AS.
Gelombang panas terbaru datang hanya dua minggu setelah para ilmuwan pemerintah memperingatkan bahwa negara itu harus bersiap menghadapi hal yang lebih buruk di masa depan akibat ketergantungannya pada bahan bakar fosil.
Perubahan iklim juga akan terus memperburuk kebakaran hutan, kekeringan, dan topan di Australia.
Baca juga: Mencairnya Es di Greenland dan Risiko Banjir Tahunan...
Perdana Menteri Scott Morrison telah berulang kali membantah hubungan antara perubahan iklim dan kebakaran hutan.
Ia juga berkomitmen untuk mempertahankan Australia sebagai salah satu pengekspor bahan bakar fosil terkemuka dunia.
Akan tetapi, warga Australia semakin khawatir tentang perubahan iklim, seperti yang ditunjukkan pada sebuah jajak pendapat baru-baru ini oleh Sydney's Lowy Institute.
Dalam jajak pendapat itu, hampir 90 persen warga Australia percata bahwa perubahan iklim merupakan ancaman besar.
Baca juga: Kisah Penaklukan Pertama Everest, Gunung Tertinggi di Dunia
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.