Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Buaya Mangsa Manusia, Ini yang Perlu Dipahami soal Perilaku Buaya

Baca di App
Lihat Foto
Thinkstockphotos.com
Ilustrasi buaya
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Peristiwa buaya memangsa manusia kembali terjadi. Kali ini peristiwa tersebut terjadi di Desa Pantai, Kecamatan Kelumpang Selatan, Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Diberitakan Kompas.com, Sabtu (28/11/2020), peristiwa naas itu menimpa MS (40) warga desa tersebut yang tewas diterkam buaya pada Kamis (26/11/2020).

Buaya menerkam saat MS sedang mencuci tangan di pintu air tambak usai memanen bandeng dan kepiting.

Jasad korban baru ditemukan setelah dilakukan pencarian selama 18 jam oleh tim gabungan dari Polair Kotabaru, Lanal Kotabaru, dan warga setempat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat ditemukan, jasad korban dalam kondisi tidak utuh dan sebagian tubuhnya belum ditemukan.

Apa yang perlu kita ketahui soal buaya dan bagaimana harus bertindak saat melihat buaya?

Baca juga: Viral, Video Buaya Sepanjang 2,9 Meter Masuk Parkiran Mall di Palu

Buaya adalah predator

Ahli herpetologi (reptil dan amfibi) dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, menjelaskan, kasus serangan buaya terhadap manusia harus dilihat dari berbagai sisi.

"Pertama adalah perilaku. Buaya ini kan satwa liar dan dia predator. Predator apa? Ya predator ikan, mamalia, dan reptil lainnya yang ada di sungai dan badan sungai," kata Amir saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (28/11/2020).

"Nah kalau ukuran kita itu masuk di ukuran mangsa dia, ya kita menjadi mangsa dia. Lha wong dia itu memang predator," imbuhnya.

Kedua, Amir mengatakan, buaya ini adalah salah satu spesies yang dilindungi. Selain itu, buaya juga memiliki tingkat adaptasi yang cukup bagus di lokasi perairan Indonesia.

"Oleh karena itu kasusnya paling banyak terjadi. Terutama di wilayah Nusa Tenggara, Kalimantan, dan juga Sulawesi," kata Amir.

Interaksi manusia dan buaya

Amir mengatakan, pada kasus yang baru-baru ini terjadi di Kalimantan, sungai besar yang merupakan habitat asli buaya, badan sungainya mengalami alih fungsi menjadi tambak.

"Karena habitat dia (buaya) dikonversi seperti itu, berarti kan menyediakan habitat baru bagi anak-anak buaya," ujar dia.

Amir menyebutkan, berdasarkan survei yang dilakukan LIPI pada 2018 di Kalimantan Timur, kepadatan populasi anakan buaya di sekitar tambak justru lebih besar.

"Karena (buaya) yang kecil-kecil itu ada makanannya dari tambak, ya kepiting, ikan, dan lain sebagainya. Nah kalau (buaya) yang besar itu masuk ke sungainya," kata Amir.

Menurut Amir, interaksi antara manusia dengan tambaknya dan buaya yang berhabitat di sungai, tentu saja akan berpotensi menimbulkan masalah, dan hal itu sudah disadari oleh warga setempat.

"Buaya itu kan teritorial, apalagi yang jantan. Jadi ya itu memang kalau beraktivitas di sungai, terutama di waktu-waktu tertentu, menjelang malam, adalah waktu buaya sangat aktif berburu," kata Amir.

Baca juga: Diterkam Buaya Usai Panen Bandeng, Anggota Tubuh Pria Ini Belum Ditemukan

Mengetahui perilaku dan teritori buaya

Amir mengatakan, untuk menghindari diserang buaya, perlu pengetahuan tentang perilaku buaya dan juga teritori atau wilayah tempat satwa itu tinggal.

"Hewan itu kan punya insting, untuk survive, untuk makan, dan mempertahankan diri. Mempertahankan diri ketika kita (manusia) memasuki teritori dia," kata Amir.

Dia mengatakan, dalam konteks ekosistem, manusia sebenarnya bukan mangsa buaya.

Mangsa buaya adalah hewan-hewan yang hidup di air atau dekat dengan air, termasuk ikan, kepiting dan lainnya.

"Cuma karena kita memasuki habitat mereka, dan ukuran tubuh kita masuk di ukuran mangsa mereka, ya itu yang menjadi trigger," kata Amir.

Dia mencontohkan, di kawasan lain seperti Afrika yang memiliki buaya sungai Nil atau Australia yang memiliki buaya muara, papan-papan peringatan dipasang di daerah sungai atau badan sungai untuk menandai bahwa kawasan tersebut merupakan teritori buaya.

"Masyarakat sebenarnya sudah paham risikonya, cuma ya jangan sampai lengah. Kemudian kalau kita beraktivitas di alam atau dekat sungai lebih baik bawa anjing sih. Anjing itu instingnya lebih tajam daripada kita, untuk memberi tahu ada predator atau apa," kata Amir.

Baca juga: Cerita Seorang Warga Tewas Diterkam Buaya Saat Cuci Tangan, Jasadnya Ditemukan 18 Jam Kemudian

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi