Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simak, Ini Sederet Studi Terbaru tentang Virus Corona

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/creativeneko
Ilustrasi virus corona menginfeksi tubuh menyebabkan Covid-19. Pada sebagian orang Covid-19 dapat mematikan, studi mengungkap virus SARS-CoV-2 dapat memengaruhi protein interferon tipe I (IFN) dalam melawan virus dan membuat sistem kekebalan berbalik melawan dirinya sendiri.
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Secara perlahan, misteri seputar virus corona berhasil diungkap para ilmuwan dunia.

Pengungkapan tersebut sangat penting untuk mendukung pembuatan obat, vaksin, dan menyiapkan langkah pencegahan.

Hingga Senin (30/11/2020), berdasarkan data Worldometers, virus corona telah menginfeksi lebih dari 63 juta orang.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 1,4 juta di antaranya meninggal dunia dan lebih dari 43 juta dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam beberapa hari terakhir, sederet studi baru terkait Covid-19 berhasil diungkap oleh para ilmuwan.

Baca juga: UPDATE 30 November: Ada 71.420 Kasus Aktif Covid-19 di Indonesia

 

Berikut rinciannya:

Tes cepat akhiri pandemi dalam 6 minggu

Para peneliti di Harvard HT Chan School of Public Health dan University of Colorado Boulder menyatakan tes cepat Covid-19 dapat mengakhiri pandemi.

Hasil peneletian menunjukkan dengan tes cepat yang dilakukan secara massal, mencakup 75 persen kota setiap 3 hari sekali, akan dapat mengakhiri pandemi dalam waktu 6 minggu.

Meski metode ini tak mungkin tak dapat diandalkan, tetapi disebut lebih baik dibandingkan penguncian yang memiliki dampak besar pada ekonomi.

"Daripada menyuruh semua orang untuk tinggal di rumah sehingga Anda dapat yakin bahwa satu orang yang sakit tidak menyebarkannya, kami hanya dapat memberi perintah kepada orang-orang yang menular untuk tinggal di rumah sehingga semua orang dapat menjalani hidup mereka," kata Profesor ilmu komputer di UC Boulder dan penulis utama studi, Daniel Larremore.

Baca juga: Metode Tes Cepat Covid-19 Ini Diklaim Akhiri Pandemi dalam 6 Minggu, Kok Bisa?

Golongan darah O dan Vitamin D

Hasil studi Annals of Internal Medicine menjelaskan, orang dengan golongan darah O atau Rh-negatif memiliki risiko lebih rendah tertular virus corona dibandingkan golongan darah lainnya.

Studi yang melibatkan 225.556 orang juga menunjukkan bahwa orang dengan golongan darah O berpeluang rebih rendah meninggal akibat Covid-19.

Peneliti menyebut orang dengan golongan darah Rh-negatif juga dinilai lebih terlindungi, apalagi jika mereka yang bergolongan darah O-negatif.

Sementara itu, dokter di Brazil menyatakan peningkatan kadar vitamin D pada pasien yang kritis tidak mempercepat penyembuhan pasien di rumah sakit.

Sebelumnya, vitamin D siklaim dapat memberi hasil pengobatan lebih baik bagi pasien Covid-19.

Baca juga: Studi Terbaru Covid-19 Terkait Golongan Darah O dan Vitamin D

Waktu virus corona paling menular

Sebuah studi yang diterbitkan di Jurnal Lancet menyebutkan, orang dengan virus corona kemungkinan besar dapat menularkan virus dalam lima hari pertama setelah mengembangkan gejala.

Selain itu, pasien tanpa gejala juga dapat membersihkan virus lebih cepat dari tubuh mereka dan mungkin menular untuk waktu yang lebih singkat.

Dalam tinjauan sistematis pertama dari jenisnya, para peneliti menganalisis data dari 98 studi sebelumnya tentang penularan infeksi virus corona.

Ada tiga faktor kunci dalam studi tersebut, yaitu viral load, viral RNA shedding, dan isolasi virus hidup.

Baca juga: Studi Baru Tunjukkan Kapan Virus Corona Covid-19 Paling Menular

Mutasi virus corona tak percepat penularan

Sebuah studi besar yang baru-baru ini dilakukan menggunakan 12.000 mutasi pada virus corona menunjukkan, tak satu pun dari mutasi itu memengaruhi kemampuan virus dalam menginfeksi.

Mutasi virus tersebut diambil dari 46.000 sampel yang ada di 99 negara yang berbeda.

"Kami menemukan bahwa tidak ada mutasi SARS-CoV-2 berulang yang diuji, terkait dengan peningkatan penularan virus secara signifikan," kata Francois Balloux dari University College London dalam penelitian.

Ia menilai, mutasi hanyalah terlihat sebagai ‘penumpang gelap’ yang beruntung dengan garis keturunannya dibanding sebagai penyebab meningkatnya penularan.

Baca juga: Studi Terbaru Ungkap Mutasi Virus Corona Tak Percepat Penularan

Sumber: Kompas.com (Dinda Zavira Oktavia/Retia Kartika Dewi/Nur Rohmi Aida | Editor: Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas/Gloria Setyvani Putri/Jihad Akbar)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi