Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misi Pesawat Chang'e 5 Milik China, Luar Angkasa, dan Sampel Batuan Bulan...

Baca di App
Lihat Foto
CNSA / NASA)
Ilustrasi pesawat ruang angkasa China Change 5 kembali ke bulan.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sebuah wahana antariksa milik China bertolak dari Bulan menuju Bumi, dengan membawa muatan batuan-batuan bulan yang akan digunakan sebagai sampel penelitian.

Dilansir dari AP News, Jumat (4/12/2020) wahana antariksa yang diberi nama Chang'e 5 itu berangkat dari Bulan menuju Bumi pada Kamis (3/12/2020).

Chang'e 5 merupakan wahana antariksa ketiga milik China yang berhasil mendarat di Bulan, dan yang merupakan wahana pertama yang berhasil kembali dari sana.

Wahana antariksa itu mendarat di Bulan pada Selasa (1/12/2020) di wilayah yang disebut sebagai Samudera Badai.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misi Change'e 5 adalah mengumpulkan sekitar 2 kilogram batuan bulan dan membawanya kembali ke Bumi.

Baca juga: NASA Tawarkan Rp 502,3 Juta untuk Desain Toilet di Bulan

Mendarat pertengahan Desember

Chang'e 5 mampu mengambil sampel dari permukaan Bulan dan mengebor sedalam 2 meter untuk mengambil sampel bebatuan.

Selain mengambil sampel bebatuan, Chang'e 5 juga dilengkapi dengan peralatan untuk memotret area Bulan secara luas.

Wahana itu juga digunakan untuk memetakan kondisi di bawah permukaan Bulan dengan radar penembus tanah, dan menganalisis tanah Bulan untuk mengetahui kandungan mineral dan air yang ada di dalamnya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Yuri Gagarin Jadi Manusia Pertama di Luar Angkasa

China National Space Administration (CNSA) mengatakan, wahana antariksa bersama muatan sampel bebatuan akan mendarat di Bumi sekitar pertengahan Desember.

Titik pendaratan direncanakan di wilayah padang rumput Mongolia Dalam.

Sebelum lepas landas ke Bumi, Chang'e 5 sempat mengibarkan bendera negara China di Bulan. Pengibaran bendera ini disebut sebagai yang pertama dilakukan oleh China.

Baca juga: Iran Kibarkan Bendera Merah, Apa Artinya?

Mengetahui sejarah Bulan

Dikutip dari Kompas.com, Rabu (2/12/2020), sampel bebatuan Bulan yang dikumpulkan Chang'e 5 akan membantu para ilmuwan memahami apa yang terjadi di akhir sejarah Bulan, serta mengetahui proses Bumi dan Tata Surya berevolusi.

Meski terdengar sederhana, nyatanya misi Chang'e 5 tidak bisa dianggap remeh.

Chang'e 5 dirancang untuk bekerja selama satu hari lunar atau berlangsung selama 14 hari di Bumi.

Baca juga: Mencairnya Es di Greenland dan Risiko Banjir Tahunan...

Selain itu, Chang'e 5 juga harus berhadapan dengan malam di Bulan yang sangat dingin, sebab suhu rata-rata bisa turun hingga minus 130 derajat Celcius.

Sehingga wahana itu harus bekerja seefisien mungkin meski dilengkapi dengan unit pemanas radioisotop untuk bertahan di malam hari.

Jika seluruh misi berhasil, maka momen ini akan menjadi pertama kalinya material Bulan dapat dikumpulkan dan dibawa ke Bumi setelah 44 tahun.

Pengambilan sampel Bulan terakhir kali dilakukan oleh misi Luna 24 Rusia pada 1976.

Baca juga: Saat Rusia Mulai Produksi Vaksin Corona Sputnik V Kloter Pertama...

Masih ada misi antariksa berikutnya

Chang'e 5 akan diikuti dengan misi berikutnya yaitu Chang'e 6.

Keduanya merupakan bagian dari fase ketiga Program Eksplorasi Bulan China.

Sebelumnya, misi pada fase pertama adalah melihat pesawat ruang angkasa Chang'e 1 dan 2 memasuki orbit bulan.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pertama Kalinya Manusia Berjalan di Ruang Angkasa

Sedangkan fase kedua adalah pendaratan dan penjelajahan yang dicapai oleh Chang'e 3 dan 4. 

Sementara itu fase keempat akan melihat pembangunan stasiun penelitian robotik di dekat kutub selatan bulan.

Tujuannya adalah untuk mencapai pendaratan di bulan berawak pada tahun 2030-an dengan kemungkinan pos terdepan di sana.

Baca juga: Mengenang Alexei Leonov, Manusia Pertama yang Berjalan di Luar Angkasa

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi