Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Dunia Bisa Mulai Bermimpi Pandemi Covid-19 Berakhir

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Alexandros Michailidis
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebrheyesus mengatakan masyarakat kini sudah bisa mulai memimpikan akhir dari masa pandemi Covid-19.

Bukan tanpa dasar, hal ini karena sejumlah uji coba vaksin virus corona yang dilakukan berbagai pihak telah menunjukkan hasil yang positif.

Beberapa kandidat vaksin yang dikembangkan bahkan menunjukkan efektivitas di atas 90 persen.

Dilansir AP, Sabtu (5/12/2020), Tedros mengingatkan agar negara-negara kaya dan berkuasa dalam hal meminta dosis vaksin tidak boleh menginjak negara miskin.

Vaksin harus didistribusikan secara setara sebagai barang global, bukan sebagai komoditas swasta yang semakin memperlebar kesenjangan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernyataan-pernyataan itu disampaikan dalam kesempatan pidato di Majelis Umum PBB yang membicarakan pandemi virus corona, Jumat (4/12/2020).

Baca juga: WHO Perbarui Pedoman Covid-19 Soal Penggunaan Masker, Ini Isinya

Meski cahaya terang di ujung lorong panjang nan gelap sudah terlihat dan terus membesar, Tedros memperingatkan jalan di depan masih berbahaya.

Sebab adanya vaksin tidak bisa mengatasi kemiskinan, kelaparan, ketidaksetaraan, perubahan iklim, dan banyak masalah akar lain yang selama ini sudah berlangsung.

"Kita tidak bisa dan tidak boleh kembali ke pola produksi dan konsumsi eksploitatif yang dulu, pengabaian terhadap planet yang menopang semua kehidupan, siklus panik dan campur tangan, serta politik yang memecah belah memicu pandemi ini,” ujar dia.

Dalam setahun ini, dunia memiliki pengalaman yang begitu kompleks akibat datangnya penyakit baru yang merajalela.

Kasih sayang, bingung, pengorbanan, ilmu pengetahuan, teori konspirasi, solidaritas, inovasi, terganggunya berbagai urusan, perpecahan, dan banyak hal lain terjadi dalam waktu bersamaan selama pandemi Covid-19 berlangsung.

Melihat apa yang terjadi hari ini, Tedros menyebut kasus Covid-19 akan tumbuh subur di negara-negara yang memiliki ciri tertentu.

Baca juga: Update Corona Global: Pelantikan Joe Biden Kemungkinan Digelar Virtual

"Di mana sains tenggelam oleh teori konspirasi, di mana solidaritas dirusak oleh perpecahan, di mana pengorbanan diganti dengan kepentingan pribadi, virus tumbuh subur, virus menyebar," kata dia tanpa menyebut negara yang dimaksud.

Untuk itu, diharapkan dunia bersatu padu melawan penyakit ini dan menjadikannya musuh bersama. Saling bergotong-royong, mengedepankan ilmu pengetahuan, kepentingan bersama, dan menjadikan pengalaman pandemi sebagai pelajaran yang sangat berharga.

Tedros menyebut, selama ini banyak negara yang menganggap sistem kesehatan yang mereka miliki sudah cukup untuk melindungi masyarakatnya, karena berpegang pada pengalaman SARS, MERS, dan H1N1.

Namun, pandemi virus corona ini membuktikan bahwa anggapan mereka belum sepenuhnya tepat.

Baca juga: 5 Negara yang Gratiskan Vaksin Corona untuk Warganya, Mana Saja?

Kesiapsiagaan negara dan kesiapsiagaan secara global untuk menghadapi pandemi harus dibangun. Saat ini, Komisi WHO sedang melakukan tinjauan untuk itu.

Komisi ini juga menggandeng sejumlah negara untuk dijadikan percontohan dan ditinjau kesiapsiagaan kesehatan mereka secara teratur dan transparan.

Satu hal yang lain, selama ini dunia lebih banyak mengeluarkan anggaran untuk menyembuhkan penyakit atau proses pengobatan, namun minim untuk mempromosikan perlindungan kesehatan.

“Jika dunia ingin menghindari krisis lain dalam skala yang sama, investasi dalam dasar-dasar kesehatan masyarakat, terutama perawatan kesehatan primer sangat penting, dan semua jalan harus mengarah pada jaminan kesehatan universal dengan pondasi perawatan kesehatan primer yang kuat,” pungkas dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi