KOMPAS.com - Hari ini 7 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 5 Desember 2013, Presiden Afrika Selatan sekaligus pejuang kemanusiaan Nelson Mandela meninggal dunia.
Mengutip History, 3 Desember 2019, Mandela meninggal pada usia 95 tahun setelah berjuang melawan kondisi kesehatannya selama beberapa tahun.
Mandela dikenal sebagai pejuang kemerdekaan, narapidana, pemimpin hak-hak sipil, pemimpin politik dan simbol integritas dan rekonsiliasi tidak hanya untuk Afrika Selatan, tetapi untuk dunia.
Baca juga: Mengenang Kurt Cobain, Ikon Musik Rock Modern
Mandela memiliki misi mengakhiri apartheid, sebuah sistem pemisahan berdasarkan ras, agama dan kepercayaan, diskriminasi etnis dan pemisahan kelas sosial.
Misinya dimulai ketika ia meninggalkan sekolah lebih awal untuk bergabung dengan Kongres Nasional Afrika (ANC).
Kariernya menanjak dengan cepat. Pada 1950, dia terpilih sebagai presiden organisasi tersebut.
Baca juga: Mengenang Ricky Yacobi dan Kiprahnya di Lapangan Hijau...
Dijatuhi hukuman seumur hidup
Lalu pada 1960, upaya Mandela berubah menjadi lebih militan.
Hal itu dipicu peristiwa ketika polisi menembaki sekelompok pemrotes tak bersenjata di kota Sharpeville dan menewaskan 69 orang.
Tak lama setelah itu ANC dilarang. Tapi itu tak menghentikan Mandela. Dia justru bergerak di "bawah tanah" dan membentuk organisasi bernama “Spear of the Nation”.
Baca juga: Mengenang Profesor Drum Neil Peart...
Dengan organisasi itu, Mandela merencanakan penyerangan terhadap lembaga pemerintah seperti kantor pos.
Pada 1962, Mandela diam-diam meninggalkan Afrika Selatan untuk berkeliling Afrika dan Inggris dalam mencari dukungan.
Selain Afrika dan Inggris, Mandela juga ke Maroko dan Ethiopia.
Baca juga: 10 Negara Termiskin di Dunia, Semua dari Benua Afrika, Mana Saja?
Ketika Mandela kembali, ia ditangkap dan dituduh keluar secara ilegal dari negara itu dan menghasut untuk mogok.
Mandela kemudian dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena sabotase dan konspirasi untuk menggulingkan pemerintah.
Alih-alih memberikan kesaksian, dia justru memberikan pidato selama empat jam.
"Saya telah berjuang melawan dominasi kulit putih, dan saya telah berjuang melawan dominasi kulit hitam. Saya menghargai cita-cita masyarakat yang demokratis dan bebas di mana semua orang hidup bersama-sama dalam harmoni dan dengan kesempatan yang sama. Itu adalah cita-cita yang saya harapkan untuk hidup dan capai. Tetapi jika perlu, itu adalah cita-cita yang saya siap untuk mati," katanya saat itu.
Baca juga: Mengenal Sosok Kamala Harris, Calon Wakil Presiden Kulit Hitam Pertama di AS
Pembebasan Mandela
Saat Mandela dipenjara, kampanye "Bebaskan Nelson Mandela" memicu protes terhadap rezim.
Pada 1990, presiden terpilih yang baru FW de Klerk membuat langkah mengejutkan yang keluar dari kelompok konservatif partainya, yaitu mencabut larangan ANC dan semua partai politik yang sebelumnya dilarang. Selain itu menyerukan Afrika Selatan yang non-rasis.
Februari pada tahun yang sama, de Klerk membebaskan Mandela tanpa syarat.
Baca juga: Mengenang 11 Tahun Kepergian Meggy Z, seperti Apa Perjalanan Hidupnya?
Pria berusia 71 tahun itu keluar dari penjara dengan kepalan tangan di atas kepalanya. Dia telah menjalani hukuman 27 tahun penjara.
Setelah dibebaskan, Mandela melanjutkan kepemimpinannya di ANC dalam negosiasi untuk mengakhiri apartheid.
Hebatnya, hanya empat tahun setelah dibebaskan, pada 10 Mei 1994, ia dilantik sebagai Presiden Afrika Selatan pertama yang terpilih secara demokratis.
Baca juga: 5 Alasan Kasus Kematian karena Covid-19 di Afrika Rendah
Sebagai presiden, Mandela memperkenalkan program sosial dan ekonomi.
Selain itu dia memimpin pengesahan konstitusi baru yang menetapkan pemerintah pusat yang kuat dan melarang diskriminasi.
Mandela hanya menjalani satu masa jabatan untuk menjadi teladan bagi para pemimpin masa depan, tetapi dia tetap dalam kesadaran bangsa sampai kematiannya.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Benua Afrika Relatif Rendah, Kenapa?
Respons pemimpin dunia atas meninggalnya Mandela
Sejumlah pemimpin negara di dunia memberikan tanggapan dan kenangannya atas kematian Mandela.
Presiden AS saat itu, Barrack Obama menilai berpulangnya Mandela membuat dunia kehilangan salah satu manusia pemberani dan paling berpengaruh.
Sementara itu, bagi Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Mandela adalah raksasa untuk keadilan dan ispirasi manusia yang membumi.
"Ia adalah panutan bagi orang Afrika dan juga bagi kemanusiaan. Mandela memberi kebanggaan dan martabat menjadi orang kulit hitam," ucap Presiden Senegal kala itu, Macky Sall.
Baca juga: Mengapa Virus Corona di Afrika Muncul Lebih Lambat dari Perkiraan?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.