Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Dibicarakan, Efektifkah Penggunaan Terapi Plasma Konvalesen untuk Pasien Covid-19?

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI
Petugas medis memeriksa kantong berisi plasma konvalesen dari pasien sembuh COVID-19 di Unit Tranfusi Darah (UTD) Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta, Selasa (18/8/2020). Pengambilan plasma konvalesen pasien sembuh COVID-19 yang menggunakan alat apheresis bertujuan untuk membantu penyembuhan pasien terkonfirmasi COVID-19.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Terapi plasma darah atau plasma konvalesen untuk membantu proses penyembuhan pasien yang terinfeksi virus corona baru-baru ini ramai diperbincangkan warganet.

Ramainya perbincangan mengenai terapi plasma konvalesen, salah satunya setelah adanya unggahan dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di media sosialnya.

Pada Jumat (4/12/2020), Ganjar mengunggah video berdurasi 1 menit 31 detik yang menampilkan sosok Dokter Hadi, sahabat Ganjar yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19.

Baca juga: Kasus Terus Menanjak, Ini 11 Gejala Infeksi Covid-19 yang Harus Diwaspadai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui soal OTG pada Covid-19

Dikutip dari Kompas.com, Sabtu (5/12/2020), dalam video tersebut, dokter yang bernama lengkap dr Khairul Hadi ini memberikan informasi ihwal kondisinya yang semakin membaik selepas terapi plasma darah konvalesen di RS Moewardi sejak lima hari lalu.

"Saya sudah mendapatkan terapi plasma kovalesen dua kantong lima hari lalu. Terasanya setelah dapat terapi saya langsung mengalami perbaikan yang luar biasa meski belum sembuh total," kata dokter spesialis kulit dan kelamin di Solo itu.

Hadi, berharap agar ada lebih banyak pendonor plasma darah dari para penyintas Covid-19.

Baca juga: Kehilangan Penciuman karena Covid-19 Disebut Bisa Sembuh dengan Latihan, Bagaimana Caranya?

Lantas, apakah terapi plasma konvalesen efektif?

 

Juru Bicara Satgas Covid-19 Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS) Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, secara sederhana terapi plasma konvalesen bisa dipahami sebagai transfer antibodi antara penyintas suatu infeksi kepada orang yang sedang menghadapi infeksi.

Dia menjelaskan, terapi plasma konvalesen berpijak pada pemahaman bahwa seorang penyintas infeksi, setelah sembuh akan membentuk antibodi dalam tubuhnya.

Dalam hal Covid-19, acuannya adalah penyintas penyakit itu diharapkan sudah membentuk antibodi yang kemudian disimpan dalam plasma darahnya.

Baca juga: Kehilangan Penciuman karena Covid-19 Disebut Bisa Sembuh dengan Latihan, Bagaimana Caranya?

Plasma penyintas Covid-19 itu kemudian diberikan kepada orang lain yang sedang menghadapi infeksi virus corona.

"Harapannya, antibodi yang diberikan melalui plasma ini tadi, membantu untuk melawan infeksi yang sedang berjalan," ujar Tonang saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/12/2020).

Tonang mengatakan, metode terapi plasma konvalesen untuk melawan infeksi virus corona sudah dilakukan di berbagai belahan dunia.

Baca juga: Berkaca dari Temuan Kasus Covid-19 pada Siswa SMK di Jateng, Apa Itu Anosmia?

Dia mengatakan, ada beberapa laporan yang menyatakan hasilnya baik, ada juga yang menyebut sekitar 50 persen pasien penerima terapi ini membaik.

Namun, ada pula laporan-laporan lain yang cenderung menyatakan tidak berefek signifikan.

"Untungnya, sejauh ini belum didapatkan laporan yang sifatnya risiko besar atau fatal. Walaupun ada yang melaporkan tidak ada bedanya antara yang diberi (terapi) dengan yang tidak diberi," kata Tonang.

Baca juga: Mekanisme Pemungutan Suara Pilkada 2020 bagi Pasien Positif Covid-19

Hal yang perlu diperhatikan

Menurut Tonang, ada hal-hal penting yang harus diperhatikan bila ingin mengampanyekan terapi plasma konvalesen sebagai salah satu cara untuk membantu menyembuhkan pasien Covid-19, antara lain:

  • Harus mencari donor (ada beberapa persyaratan donor, dari uji saring penyakit infeksius, keberadaan beberapa antibodi, dan beberapa syarat lain).
  • Hanya untuk pasien dengan gejala berat dan kritis, baru boleh diberikan terapi plasma konvalesen, dengan harapan keberhasilan masih bervariasi. Kalau hanya gejala sedang dan ringan, tidak termasuk kriteria menerima donor plasma.

Baca juga: Jadi Tersangka Kasus Bansos Covid-19, Berapa Harta Kekayaan Mensos Juliari?

Tonang menyebut, ada dua syarat yang harus dipenuhi penyintas Covid-19 untuk menjadi donor plasma konvalesen, yaitu:

  1. Titer (kadar) antibodinya cukup (minimal 1/320)
  2. Daya netralisasi (kekuatan) antibodinya cukup (minimal 1/80)

Tonang mengatakan, bila standar tersebut tidak terpenuhi, maka risiko yang jelas adalah terapi berujung tidak efektif.

"Risiko kedua, dapat terjadi ikatan antibodi non-spesifik, yang bisa memicu ADE (Antibody Dependent Enhancement) yang berisiko berat bagi pasiennya," kata Tonang.

 Baca juga: Mengenal 9 Kandidat Vaksin Virus Corona

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 11 Gejala Infeksi Covid-19 yang Harus Diwaspadai

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi