Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Studi Terbaru Seputar Virus Corona, Apa Saja?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/NURWAHIDAH
Ilustrasi virus corona (Covid-19)
|
Editor: Jihad Akbar

KOMPAS.com - Dunia kini mulai melihat secercah harapan untuk mengalahkan pandemi virus corona setelah sejumlah kandidat vaksin diklaim memiliki tingkat efektivitas yang tinggi.

Bahkan, diberitakan AP pada Sabtu (5/12/2020), Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebrheyesus mengatakan masyarakat kini sudah bisa mulai memimpikan akhir dari masa pandemi Covid-19.

Kendati demikian, para ilmuwan di dunia masih terus mengungkap misteri terkait virus yang pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan, China, itu dengan sejumlah penelitian.

Penelitian ini sangat penting untuk menjadi landasan pemerintah dalam mengambil kebijakan, serta pembuatan obat dan vaksin Covid-19.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Pemerintah Resmi Tetapkan 6 Jenis Vaksin untuk Vaksinasi Covid-19

Berikut 3 studi terbaru terkait virus corona yang baru-baru ini diungkap para ilmuwan:

Kerentanan pria akan paparan Covid-19

Pria disebut memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi Covid-19, cenderung lebih parah serta lebih mungkin untuk meninggal.

Baru-baru ini, ilmuwan menemukan bukti kuat mengenai klaim tersebut.

Disebutkan hormon seks atau steroid reproduksi wanita, seperti estrogen dan progesteron, kemungkinan memiliki peran perlindungan terhadap virus corona melalui sifat anti-inflamasi serta efeknya pada sistem kekebalan tubuh.

Studi baru ini juga menyoroti bukti yang menunjukkan, hormon seks wanita mendorong perbaikan sel paru-paru setelah infeksi virus corona dan bahkan menghambat reseptor ACE2, yang digunakan virus SARS-CoV-2 untuk memasuki sel inang.

Badai sitokin yang muncul saat terinfeksi virus corona juga dapat dicegah oleh hormon seks wanita.

Baca juga: Peneliti Ungkap Alasan Pria Lebih Rentan Terinfeksi Virus Corona

Kerusakan paru-paru akibat Covid-19

Studi terbaru yang dilakukan Oxford University menemukan virus corona mengakibatkan kelainan dan kerusakan pada paru-paru.

Kerusakan tersebut masih bisa terdeteksi lebih dari tiga bulan setelah seseorang pasien terinfeksi.

Penelitian menggunakan teknik pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) dan melibatkan 10 orang berusia antara 19-69 tahun.

Hasilnya, ditemukan delapan dari pasien yang diuji mengalami sesak napas dan kelelahan terus-menerus selama tiga bulan.

Pemindaian MRI teknik xenon menunjukkan tanda-tanda kerusakan paru-paru, dengan menyoroti area udara yang tidak mengalir dengan mudah ke dalam darah.

Hasil penelitian ini mendorong para peneliti untuk melakukan uji coba dengan skala lebih besar.

Baca juga: Studi: Kerusakan Paru-paru Akibat Covid-19 Masih Bisa Dideteksi 3 Bulan Usai Infeksi

Virus corona masuk ke otak

Para ilmuwan di Jerman menemukan virus corona dapat masuk ke dalam otak manusia setelah dihirup melalui hidung dan tersangkut pada lendir.

Dalam studi itu, para peneliti melakukan otopsi pada 33 pasien yang meninggal karena terinfeksi virus corona, terdiri dari 22 laki-laki dan 11 perempuan dengan usia rata-rata saat meninggal adalah 71,6 tahun.

Setelah mempelajari lendir yang terdapat di bagian belakang hidung, ilmuwan menemukan materi genetik atau mRNA virus corona dalam jumlah terbesar berada di selaput lendir penciuman.

Terjadi protein lonjakan SARS-CoV-2 yang menonjol dari virus dan menempel pada reseptor manusia untuk menginfeksi sel, yang juga ditemukan di otak.

Virus SARS-CoV-2 juga ditemukan di area lain dari sistem saraf, termasuk medula oblongata, pusat kendali pernapasan dan kardiovaskular utama di otak.

Baca juga: Studi: Virus Corona Dapat Masuk ke Otak

(Sumber: Kompas.com | Penulis: Bestari Kumala Dewi, Mela Arnani/Editor: Bestari Kumala Dewi/Jihad Akbar)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi