Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Banjir, Ini Cara Bertahan dan Pertolongan Korban Tenggelam

Baca di App
Lihat Foto
THINKSTOCK.COM
Ilustrasi
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sejumah daerah di Indonesia mengalami musibah banjir mengingat intensitas hujan yang mulai tinggi dalam beberapa waktu terakhir. 

Banjir terjadi di antaranya di Jakarta, Aceh dan Medan, Sumatera Utara. 

Sementara itu musibah banjir bandang yang menerjang Perumahan De Flamboyan, Tanjung Selamat, Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara mengakibatkan lima orang meninggal dunia.

Baca juga: Banjir di Perumahan De Flamboyan Medan, 5 Orang Ditemukan Meninggal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikutip dari Kompas.com, Minggu (6/12/2020) musibah banjir bandang terjadi di wilayah tersebut pada Jumat (4/12/2020).

Salah satu korban jiwa dalam bencana itu adalah Satria Eka Winarya (18) yang tewas tenggelam. Korban tergelincir dari perahu dan terbawa arus hingga ditemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa.

Deni Marpaung, kawan korban yang juga tergelincir dari perahu mengatakan, Eka sebelumnya mengatakan bahwa dirinya tidak bisa berenang.

Lantas, bagaimana cara menyelamatkan diri dari banjir jika tidak bisa berenang?

Berusaha tetap mengambang

Menjawab pertanyaan itu, Kabid SAR Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sugeng Riyono mengatakan, jika seseorang tiba-tiba terkena arus banjir, maka yang harus dilakukan adalah berusaha tetap mengambang (floating).

"Mengambang itu telentang ya. Usahakan jangan berenang. Kalau di banjir jangan berenang telungkup, kita akan kalah," kata Jabrik, begitu ia biasa disapa, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (6/12/2020).

"Kita telentang, kaki berada di depan (pandangan mata). Jadi kalau ada, misalnya kayu atau apa, itu yang kena kaki kita dulu dan bukan kepala kita," imbuhnya.

Baca juga: Cerita Duka Banjir Medan, Korban Mengaku Tak Bisa Berenang dan Takut Tenggelam

Kemudian, usahakan untuk mencari barang-barang yang terapung, seperti bambu, kursi, botol plastik, jaket, galon air, kayu, atau kasur. Intinya barang apapun yang dapat mengapung.

"Dirangkul saja (barang-barang itu) tapi posisinya telentang. Jangan berusaha berenang, karena arus ini tidak bisa diprediksi kekuatan dan kecepatannya," kata Jabrik.

Dia mengatakan, fungsi dari merangkul barang-barang tersebut adalah untuk membantu seseorang tetap mengambang di atas air.

Berusaha keluar dari air

Setelah berhasil bertahan tidak tenggelam, Jabrik menyarankan untuk mencari pohon atau tempat yang lebih tinggi dari air, dan bisa dipanjat atau dinaiki.

"Terus kalau kita bisa berpegangan di pohon, segera panjat. Usahakan untuk terus naik dan lepas dari air," kata Jabrik.

Tidak hanya pohon, Jabrik mengatakan cara serupa juga bisa diterapkan pada lemari tinggi atau atap rumah. Tujuannya adalah untuk sesegera mungkin keluar dari air.

"Karena di air ini, badan kita ini selama 10 menit itu akan menyesuaikan dengan suhu air. Sehingga kita akan kedinginan kalau kita terus berada di air," ujar dia.

Jabrik mengatakan, apabila tubuh mengalami kedinginan, maka ada bahaya lain yang mengintai, yakni hipotermia. Sebab hipotermia bisa menyebabkan seseorang hilang kesadaran.

Baca juga: Penanganan dan Pencegahan Kram Ketika Berenang

Menyelamatkan korban tenggelam

Di sisi lain, untuk menyelamatkan korban yang tidak bisa berenang dan tenggelam saat diterjang banjir, Jabrik mengatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

Pertama adalah prinsip safety first atau keselamatan penolong. Seorang penolong harus memastikan dirinya aman atau selamat, sebelum memutuskan untuk menolong korban. 

Kedua, berusaha agar tidak meninggalkan pijakan atau daratan. Artinya, pertolongan diberikan dengan menggunakan barang-barang yang bisa dijangkau dan digunakan korban untuk keluar dari air, seperti tongkat, tali, galon air, botol plastik, dan bahkan jaket.

"Jangan sampai kita ini meninggalkan daratan, meninggalkan pijakan. Misalnya kalau pakai tangan itu sampai, ya kita sahut saja (korban) pakai tangan kita. Kalau enggak, kita copot jaket kita terus kita bantu. Jangan buru-buru untuk loncat ke air," kata Jabrik.

Jika harus masuk ke air

Namun, apabila memang penolong harus masuk ke air untuk menyelamatkan korban, maka ada sejumlah hal yang harus diperhatikan.

"Dengan catatan kita (penolong) siap. Kita meloncat ke air banjir itu tidak seperti orang loncat mau start renang, tapi pandangan mata itu harus selalu mengawasi ke arah korban. Sehingga kita enggak kehilangan arah, enggak kehilangan korban," kata Jabrik.

Kemudian, saat berenang mendekati korban gunakan gaya renang seefektif mungkin. Jabrik mengatakan, gaya apapun tidak masalah asalkan bisa menjangkau korban dengan cepat.

"Jika sudah kontak fisik dengan korban, lihat dulu ya. Korban itu ada tiga, korban yang panik, korban yang lelah, dan ada korban yang tidak sadar," kata Jabrik.

Baca juga: Jenis dan Langkah-Langkah Melakukan Pertolongan Korban Tenggelam

Dia mengatakan, masing-masing penanganan korban itu berbeda. 

  • Korban yang tidak sadarkan diri bisa langsung dievakuasi menuju daratan
  • Korban yang lelah biasanya masih bisa diajak berkomunikasi atau bekerja sama. Penolong perlu meyakinkan korban yang lelah bahwa mereka akan ditolong, dan agar mereka tidak merangkul penolong terlalu erat, karena bisa menyebabkan penolong sulit bernapas. 
  • Korban yang panik adalah korban yang meronta-ronta dan tubuhnya tidak terkendali karena berusaha mencari udara. Korban jenis ini harus ditenangkan terlebih dahulu dengan cara penolong masuk ke dalam air dan menelikung tangan korban hingga menempel ke punggung. Secara otomatis, korban akan telentang dan bisa menghirup udara lagi, lalu dibawa menuju daratan.

Selain itu, Jabrik mengingatkan, saat menolong korban tenggelam selalu posisikan korban sedemikian rupa agar air ways atau jalur menghirup udara berada di atas air.

"Jadi diposisikan telentang ya. Mulut dan hidung ini harus selalu terbuka," jelas Jabrik.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi