Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Imajinasi Lubang Cacing

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi alam semesta
Editor: Heru Margianto

SETELAH lubang-hitam (kompas.com, 6 November 2020), mari kita mencoba menelaah apa yang disebut sebagai lubang-cacing.

Di khasanah kosmologi, para astrofisikawan asyik berasumsi bahwa wormhole alias lubang-cacing adalah sejenis jalur menembus ruang-waktu yang konon berperan sebagai semacam jalan pintas pada perjalanan panjang menelurusi apa yang disebut sebagai alam semesta yang bahkan kini diduga bukan cuma satu-satunya .

Relativitas umum

Lubang-cacing merupakan sejenis khayalan yang agar lebih keren disebut imajinasi terkandung pada teori Einstein yang populer dengan sebutan relativitas umum meski konon Einstein sendiri sempat kurang suka istilah relativitas.

Istilah lubang-putih digunakan Ludwig Flamm sebagai kolega fisikawan sezaman dengan Einstein sebagai solusi terhadap ekuasi relativitas umum Einstein yang kemudian dianggap sebagai padanan-lawan (atau kawan?) lubang-hitam.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemudian pada 1935, Albert Einstein bersama Nathan Rosen mendayagunakan teori relativitas umum sebagai pendukung asumsi eksistensi “jembatan-jembatan maya” menelurusi ruang dan waktu.

Jembatan-jembatan maya bisa menjembatani dua titik pada ruang-waktu sehingga menghadirkan jalan pintas yang bisa memperkecil jarak ruang dan waktu.

Jalan pintas ini disebut jembatan Einstein-Rosen yang entah-kenapa juga disebut sebagai lubang-cacing.

Mungkin karena dianggap memiliki dua mulut dan dua kerongkong seekor cacing yang berperan sebagai jembatan menghubungkan dua titik pada ruang-waktu. Mungkin.

Lubang hitam

Yang sementara ini dapat dipastikan adalah fakta bahwa secara matematikal teori relativitas umum Einstein memang berasumsi bahwa keberadaan lubang-cacing memang ada.

Namun sampai saat naskah ini saya tulis dan kemudian Anda baca ini saya belum mendengar bahwa lubang-cacing berhasil nyata secara benar-benar nyata ditemukan pada kenyataan semesta.

Tentu saja pendengaran saya bisa saja keliru. Sejauh pengetahuan dangkal saya, sebuah massa tak-kasat-indera manusia seperti lubang-cacing mungkin bisa dideteksi oleh gravitas yang mempengaruhi cahaya yang lewat di angkasa luar.

Seperti pembuktian Eddington terhadap kebenaran teori realitivitas-umum Einstein. Solusi teori general relativitas meyakinkan bahwa lubang-cacing dengan dua mulut di kedua ujung tubuhnya yang bermuara sebagai lubang-hitam.

Namun, sebuah lubang-hitam yang konon dibentuk oleh proses kesekaratan sebuah bintang tidak dengan sendirinya sertamerta melahirkan lubang-cacing.

Demikian kira-kira kata para ilmuwan kosmologi yang terbuka untuk silakan dipercaya atau tidak dipercaya.

Teori eksistensi lubang-cacing mau dipercaya atau tidak dipercaya sebenarnya tidak ada efeknya terhadap planet bumi yang akan tetap bukan dikitari namun mengitari matahari sesuai kata Copernicus sepaham Galelio dan Kepler.

Meminjam istilah Pak Harto, akibat ada-tidak-adanya apa yang disebut sebagai lubang-cacing sebenarnya alam semesta enggak patheken.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi