KOMPAS.com - Sejumlah vaksin virus corona saat ini telah didistribusikan ke negara-negara yang terdampak virus corona, salah satunya Indonesia.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor H.K.01.07/Menkes/9860/2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disease (Covid-19) disebutkan bahwa Indonesia menetapkan enam jenis vaksin untuk proses vaksinasi di Tanah Air.
Adapun vaksin-vaksin itu antara lain, PT Bio Farma (Persero), Astra Zeneca, China National Pharmaceitical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer and BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd.
Pfizer merupakan salah satu kandidat vaksin dari AS yang dinilai efektif untuk mengobati gejala pasien Covid-19.
Sedangkan, Sinovac adalah vaksin buatan China yang telah tiba di Indonesia pada Minggu (6/12/2020).
Baca juga: Mengenal Vaksin Sinovac yang Telah Tiba di Indonesia
Lantas, apa saja perbedaan dua vaksin ini?
Virus yang digunakan
Dilansir dari Kompas.com (7/12/2020), Sinovac dibuat dengan menggunakan teknologi inactivated virus atau virus yang tidak aktif lagi.
Teknologi ini memungkinkan vaksin dikembangkan lebih cepat.
Dengan menggunakan inactiveted virus, pembuatannya banyak menggunakan partikel virus yang dimatikan untuk dapat memicu sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa menimbulkan respons penyakit yang serius.
Baca juga: Soal Pengadaan Vaksin Covid-19 di Indonesia, Berapa Dana yang Dibutuhkan?
Sedangkan, Pfizer menggunakan messenger RNA, materi genetik yang dibaca sel kita untuk membuat protein.
Dilansir dari The New York Times (9/12/2020), mRNA bersifat rapuh dan akan dipotong-potong oleh enzim alami kita jika disuntikkan langsung ke dalam tubuh.
Karena kerapuhannya, molekul mRNA akan cepat hancur pada suhu kamar.
Baca juga: 1,2 Juta Dosis Vaksin Tiba di Indonesia, Kemenkes: Nakes Dulu Ya!
Temperatur penyimpanan
Selain itu, vaksin inactivated virus pada Sinovac juga memungkinkan vaksin lebih mudah disimpan di lemari es dengan standar suhu 2-8 derajat celsius dan dapat bertahan hingga tiga tahun.
Lantaran dapat disimpan dalam kurun waktu cukup lama, vaksin ini membantu dalam pendistribusian ke wilayah-wilayah yang tidak bisa menyimpan di rantai dingin (cold-chain).
Cold-chain dalam vaksin berupa lemari es dan freezer khusus untuk menyimpan vaksin dan termos (vaksin carrier) untuk membawa vaksin ke tempat pelayanan.
Sementara, Pfizer sedang membangun wadah khusus dengan es kering, sensor thermal, dan pelacak GPS untuk memastikan vaksin dapat diangkut pada -94 derajat Fahrenheit (atau sekitar -70 derajat celsius) agar tetap layak.
Baca juga: 1,2 Juta Dosis Vaksin Corona Sinovac Mendarat di Indonesia, Siapa yang Harusnya Mendapat Prioritas?
Cara kerja vaksin
Terkait cara kerja, vaksin Sinovac bekerja dengan cara memicu respons kekebalan tubuh dengan cepat.
Namun, antibodi yang dihasilkan oleh vaksin ini di dalam tubuh tidak lebih banyak dari antibodi yang berhasil terbentuk pada orang telah pulih dari Covid-19.
Sedangkan, Pfizer ketika disuntikkan pada sel yang divaksinasi, maka protein akan diambil oleh sejenis sel kekebalan dan nantinya sel ini membantu melawan infeksi.
Tidak hanya membentuk antibodi, vaksin ini juga akan mengaktifkan sel penyaji antigen yang disebut sel T yang berfungsi mencari dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus corona.
Baca juga: Kasus Terus Menanjak, Ini 11 Gejala Infeksi Covid-19 yang Harus Diwaspadai
Harga vaksin per dosis
Menilik harga, Bio Farma telah menetapkan harga vaksin Covid-19 Sinovac sekitar Rp 200.000 per dosis.
Harga tersebut lebih murah daripada yang dipasarkan di China, yaitu sekitar Rp 421.000 per dosis.
Sedangkan, vaksin Pfizer disebut dibanderol dengan harga 20 dollar AS atau sekitar Rp 283.000 per dosis.
Baca juga: Satgas Covid-19 Sebut Akhir Tahun Ada Cuaca Ekstrem, Benarkah?