Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Enam Peserta Uji Coba Vaksin Covid-19 Pfizer Meninggal Dunia...

Baca di App
Lihat Foto
AP PHOTO/JACOB KING
Margaret Keenan, pasien pertama di dunia yang menerima vaksin Covid-19 terlisensi.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) baru-baru ini menurunkan laporan terkait vaksin Pfizer.

Dalam laporannya, meski 6 orang meninggal selama uji klinis vaksin tersebut, tapi FDA menyatakan vaksin Pfizer sangat efektif dalam mencegah Covid-19 dan tidak ada masalah keamanan yang akan mencegahnya diberikan izin penggunaan darurat.

Diberitakan Bloomberg, Rabu (9/12/2020), dalam laporan FDA tersebut, uji klinis melibatkan hampir 44.000 peserta.

Baca juga: Mengenal Vaksin Sinovac yang Telah Tiba di Indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebanyak 6 orang meninggal dunia, terbagi atas 2 orang dalam kelompok yang menerima vaksin dan 4 orang lainnya dalam kelompok yang menerima plasebo.

Dua orang dalam kelompok vaksin berusia lebih dari 55 tahun.

Satu meninggal karena serangan jantung 62 hari setelah vaksinasi dan yang lainnya karena arteriosklerosis, suatu kondisi di mana pembuluh darah dapat mengeras seiring bertambahnya usia, tiga hari setelah vaksinasi.

“Semua kematian merupakan peristiwa yang terjadi pada populasi umum dari kelompok usia di mana mereka terjadi, pada tingkat yang sama,” sebut laporan itu.

Baca juga: 1,2 Juta Dosis Vaksin Corona Sinovac Mendarat di Indonesia, Siapa yang Harusnya Mendapat Prioritas?

Efek samping

Selain itu ditemukan 8 orang yang terinfeksi virus corona. Mereka berada di kelompok yang menerima vaksin dan 162 orang di kelompok plasebo.

Vaksin itu adalah rejimen dua dosis, dengan dosis kedua diberikan 21 hari setelah yang pertama.

Vaksin itu sekitar 52 persen efektif setelah dosis pertama, meskipun data tidak menunjukkan apakah perlindungan akan melampaui 21 hari ketika seseorang biasanya mendapatkan dosis kedua.

Baca juga: 1,2 Juta Dosis Vaksin Tiba di Indonesia, Kemenkes: Nakes Dulu Ya!

Itu 89 persen efektif dalam mencegah kasus parah setelah hanya satu dosis, meskipun staf FDA juga memiliki peringatan untuk angka tersebut, yang menyatakan bahwa jumlah infeksi parah dalam percobaan itu kecil sehingga sulit untuk menarik kesimpulan.

Dalam laporan tersebut ditulis bahwa efek samping yang umum terjadi antara lain reaksi di tempat suntikan, kelelahan, dan sakit kepala.

Efek samping ringan berkembang lebih sering pada peserta yang lebih muda dalam penelitian ini, khususnya mereka yang berusia 55 ke bawah, tanpa tanda-tanda masalah keamanan yang serius.

Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenal Vaksin Sinovac yang Tiba di Indonesia

Produksi vaksin

Menurut FDA, tidak ada cukup data tentang anak-anak di bawah 16 tahun, sehingga belum diketahui apakah itu akan berhasil pada populasi anak.

Selain itu tidak cukup data untuk membuat keputusan apa pun tentang orang-orang yang hamil, menyusui, atau dengan gangguan kekebalan.

Ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik dalam mencegah kasus di mana orang tidak memiliki gejala virus, yang berarti kemungkinan akan ada kebutuhan berkelanjutan untuk tindakan kesehatan masyarakat dasar.

Baca juga: Soal Pengadaan Vaksin Covid-19 di Indonesia, Berapa Dana yang Dibutuhkan?

"Kasus asimtomatik yang dikombinasikan dengan pengurangan pemakaian masker dan jarak sosial dapat mengakibatkan penularan lanjutan yang signifikan," tulis staf FDA.

Jika vaksin Pfizer disetujui oleh FDA, pejabat administrasi Trump mengatakan itu dapat mulai didistribusikan dalam waktu 24 jam.

40 juta dosis vaksin Pfizer dan Moderna diharapkan tersedia pada akhir tahun, cukup untuk 20 juta orang mendapatkan rejimen dua suntikan.

Baca juga: Kasus Terus Menanjak, Ini 11 Gejala Infeksi Covid-19 yang Harus Diwaspadai

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Vaksin Sinovac

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi