Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Promo 12.12, Kenali Taktik yang Sering Bikin Orang Ketagihan Belanja

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi belanja online
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Tren belanja online semakin digemari pada masa pandemi Covid-19 karena orang-orang menghindari kerumunan sebagai bagian dari upaya pencegahan penularan virus corona.

Di media sosial, banyak yang membagikan cerita bahwa mereka menjadi lebih boros sejak di rumah saja karena tergoda dengan berbagai promo belanja daring di berbagai marketplace. 

Hari ini, 12 Desember 2020, berbagai toko online maupun situs belanja online mengadakan promo 12.12.

Nah, agar belanja Anda tetap terkendali, penting mengenali sejumlah trik penjual yang bisa membuat Anda "gelap mata" saat berbelanja!

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah dari seorang perempuan Inggris ini mungkin bisa jadi pertimbangan bagi Anda agar membeli barang yang tengah dibutuhkan saat banyaknya berbagai penawaran diskon.

Mengutip The Guardian, 5 Desember 2020, seorang warga Inggris bernama Emily Ware mengaku menghabiskan banyak waktu dan uang untuk berbelanja online. 

Ware memiliki kebiasaan berperilaku impulsif dalam membelanjakan uangnya.

Ia sempat berutang sebanyak 4.250 poundsterling atau sekitar Rp 80.472.262 pada tahun 2020.

Uang tersebut digunakannya untuk membeli pakaian, mengunjungi pub, sampai membeli tiket pertunjukan/konser online. Bahkan, ia menghabiskan sekitar Rp 5,6 juta untuk menyaksikan konser Cher secara online. 

Belanja yang tak dibutuhkan

Menurut badan amal Money and Mental Health, satu dari delapan orang dewasa berbelanja barang secara online, meski mereka tidak membutuhkannya.

Orang yang pernah mengalami kesehatan mental dua kali lebih mungkin melakukan berbelanja barang yang dibutuhkan ini.

Hal inilah yang membuat mereka menjadi rentan terhadap taktik para penjual online.

Menurut survei tahun 2019, masyarakat Inggris menghabiskan hingga 1 miliar poundsterling atau sekitar Rp 18,934 biliun setiap bulan untuk pembelian impulsif.

Secara psikologis konsumen, suasana hati dan kepribadian berperan menentukan pilihan yang kita ambil saat berbelanja online. 

Hal ini menimbulkan pembelian tidak terencana.

Trik "menggoda" konsumen

Disadari atau tidak, penjual yang memahami psikologis konsumen, akan memanfaatkannya untuk menarik perhatian pembeli dalam mengambil keputusan.

Penjual akan meyakinkan calon konsumen bahwa mereka akan ketinggalan jika tak membeli barang itu saat ini.

Berikut beberapa taktik biasanya membuat konsumen terlena:

Barang langka

Salah satu faktor yang menyebabkan orang menjadi impulsif adalah mengetahui bahwa barang dijual dalam jumlah sedikit atau mungkin memang dibatasi. Hal ini mendorong pembeli mengambil keputusan dengan cepat untuk membelinya. 

Taktik ini umumnya digunakan pada situs hotel ketika mereka mengadakan promo. Cara itu cenderung berhasil dan menghindari pelanggan merasa sakit hati karena melewatkan promo.

Ulasan produk

Faktor yang mampu memengaruhi calon pembeli pada suatu produk yakni rekomendasi dan orang-orang yang menyukai suatu produk atau ulasan dari mereka yang membelinya.

Taktik ini dinilai berhasil, karena beberapa merek memanfaatkan cara ini dengan mengungkapkan apa yang dibeli konsumen lain.

Pendapat atau ulasan dapat membuat calon pembeli lain yakin. 

Pembayaran yang praktis

Menggunakan opsi pembayaran tanpa menggesek kartu kredit menjadi pilihan yang baik bagi calon pembeli dan penjual.

Hal ini memudahkan para pelaku usaha dan calon pembeli. Apalagi, jika ada opsi bayar nanti (pay later).

Opsi bayar nanti dinilai sebagai ilusi fleksibilitas pembayaran. Oleh karena itu, keterjangkauan membeli barang jadi terpenuhi meski itu dalam bentuk utang. Trik-trik di atas disebut bisa menggoda konsumen untuk membelanjakan lebih dari yang mereka mampu dan membuat mereka mau berutang. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi