KOMPAS.com - Akhir tahun lalu, tepatnya 29 Desember 2020, dilaporkan kasus pneumonia misterius di pasar hewan di Wuhan, China.
Kini, penyakit yang diketahui karena infeksi virus corona itu dikenal dengan Covid-19.
Awalnya, empat warga Wuhan dilaporkan terkena kasus pneumonia misterius itu.
Wuhan pun menjadi wilayah pertama di dunia yang terus melaporkan tambahan kasus.
Hampir setahun, bagaimana kondisi Wuhan saat ini?
Dilansir dari Reuters, Jumat (11/12/2020), setelah diketahui adanya kasus infeksi virus corona, kota itu memulai karantina wilayah (lockdown) selama 76 hari.
Aturan lockdown tersebut membuat orang-orang dilarang keluar rumah.
Hal ini berdampak pada sejumlah warga yang berdagang atau memiliki usaha. Para pemilik usaha juga mengalami kesulitan untuk membuka toko.
Salah satu warga Wuhan yang juga pemilik restoran masakan Jepang, Lai Yun (38), menutup tokonya ketika pemerintah memberlakukan lockdown di Wuhan.
Baca juga: Kampung Anti-Covid-19 di Wuhan, Saat Ini Nol Kematian akibat Corona
Ia mengatakan, ketika pasar makanan laut ditutup, harga pengadaan bahan makanan laut menjadi naik lima kali lipat.
Namun, ia teringat kenangan sebelum pandemi terjadi.
Lai mengisahkan, ia mengantarkan anaknya pergi ke sekolah, sarapan, dan pergi ke pasar setiap harinya.
Kemudian, ia pergi ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan, karena jarak dari pasar ke rumahnya hanya membutuhkan waktu 10 menit.
Kala itu, Lai merasakan kenyamanan dalam melakukan rutinitas hariannya.
Pada Juni 2020, Lai membuka kembali restorannya dan sasarannya pada tahun depan hanya berupaya agar dapat bertahan hidup.
Kondisi masyarakat Wuhan
Tim Ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sampai saat ini belum mengunjungi Wuhan, apalagi pasar makanan tersebut.
Otoritas Kesehatan di China dan sejumlah negara telah memperingatkan bahwa upaya pelacakan sumber virus dapat memakan waktu bertahun-tahun dan memberikan hasil yang tidak meyakinkan.
Munculnya stigma Wuhan sebagai "episentrum virus corona pertama" dinilai sangat berat.
Para warga dan pemilik usaha di sana tidak percaya virus itu bermula di Wuhan.
"Pastinya tidak mungkin berasal di Wuhan, pasti orang lain yang membawa virus itu. Atau pasti virus itu berasal dari produk lain yang dibawa dari luar. Hanya ada syarat-syarat tertentu agar virus bisa muncul di sini," ujar seorang pedagang di pasar makanan laut, Chen.
Dalam beberapa bulan terakhir, diplomat China dan media pemerintah menyebutkan, mereka yakin pasar makanan laut bukan sumber dari virus corona, melainkan korban dari penyebaran virus itu.
Mereka juga telah menunjukkan bukti teori bahwa virus tersebut berpotensi berasal dari negara lain.
Baca juga: Tidak Ada Jumlah Kasus Covid-19, 18 Juta Wisatawan Datangi Wuhan
Akses terbatas
Sementara itu, para ahli mengatakan, pasar masih berperan dalam peyelidikan dan tidak mungkin untuk dihancurkan.
Meski banyak penelitian itu akan bergantung pada sampel yang diambil segera setelah wabah terjadi.
"Kelompok kasus pertama ada di sana, jadi setidakya akan menarik untuk mengetahui asal-muasalnya dan mengajukan beberapa hipotesis, seperti apakah kemungkinan besar berasal dari hewan liar atau mungkin menunjuk ke manusia yang lebih menyebar," ujar profesor virologi dari Universitas Hong Kong, Jin Dong-Yan.
Saat ini, akses ke daerah tersebut masih sangat dibatasi.
Baru-baru ini, pemerintah daerah telah menambahkan tanaman hijau rindang dan lukisan tradisional Tiongkok ke barikade biru semi permanen yang mengelilingi area tersebut.
Di lantai dua pasar yang kosong ini, toko-toko yang menjual kacamata dan peralatan optometri dibuka kembali sejak Juni 2020.
Diketahui, Wuhan belum melaporkan kasus baru Covid-19 yang ditularkan secara lokal sejak Mei 2020.
Namun, bagi beberapa orang yang mengandalkan pasar masih sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Baca juga: Pakar Ini Ungkap Virus Corona Bukan dari Wuhan, Lantas dari Mana?
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang