Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2020: Kala Dunia Diuji oleh Virus Corona

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi virus corona (Covid-19) global
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Saat kembang api malam tahun baru 2020 menyala dengan meriah, semua orang bersuka cita menyambut tahun shio tikus ini.

Kalimat "Tahun baru, semangat baru, harapan baru" banyak dijumpai di lini masa media sosial setiap kali memasuki tahun baru.

Akan tetapi, tak ada satu pun orang yang menyangka bahwa 2020 adalah tahun terberat sejak dunia memasuki abad ke-21.

Virus corona. Inilah yang menjadi ujian terberat masyarakat dunia pada tahun ini. Ujian yang belum berakhir hingga 2020 hampir berakhir.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 6 Bulan Virus Corona di Indonesia, Bagaimana Kondisi Pandemi Saat Ini?

Awal kemunculan

Sejak akhir 2019, virus misterius dilaporkan telah menginfeksi puluhan orang China. Hingga 5 Januari 2020, sebanyak 41 orang telah terinfeksi, satu di antaranya meninggal dunia.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, penyebaran virus ini berawal dari salah satu pasar makanan laut di Kota Wuhan.

Selain makanan dan hewan laut, pasar ini juga menjual kelinci, ular, dan unggas lainnya. Oleh karena itu, awalnya para ahli menduga virus ini berkaitan dengan kasus SARS dan MERS yang pernah mewabah di Arab Saudi dan China.

Hingga pada titik ini, virus itu masih belum menyita perhatian dunia, khususnya Indonesia.

Pada 13 Januari 2020, infeksi pertama di luar China dilaporkan di Thailand, terkait dengan seorang warga China yang sedang bepergian ke negara tersebut.

Dua hari kemudian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya mengidentifikasi virus misterius itu menjadi virus baru bernama Novel coronavirus.

Sejak saat itu, negara di sekitar China satu per satu melaporkan kasus serupa, seperti Jepang dan Korea Selatan.

Pada 17 Januari 2020, situs resmi Imperial College London sebelum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah mencatat, terdapat 1.700 kasus virus corona di China setelah melakukan perhitungan rinci.

"Masyarakat harus mempertimbangkan secara lebih serius tentang kemungkinan adanya penularan dari manusia ke manusia daripada yang mereka yakini," ujar Profesor Neil Ferguson, ilmuwan wabah penyakit.

Hingga akhir Januari 2020, virus corona telah menyebar ke 10 negara, termasuk di antaranya Amerika Serikat dan Perancis.

Dengan kondisi ini, semua mata pun mulai tertuju pada virus corona.

Baca juga: Melihat Kondisi Wuhan, Hampir Setahun Setelah Pandemi Virus Corona...

Dunia masker

Ketika misteri mengenai virus corona sedikit terungkap, wajah dunia mulai berubah.

Sama seperti virus corona lainnya, SARS Cov-2 menyebar melalui beberapa cara, seperti droplets atau tetesan cairan yang berasal dari batuk dan bersin.

Masker yang dianggap mampu memberi perlindungan efektif dari virus corona, mulai banyak dicari. Akan tetapi, tak butuh waktu lama untuk membuatnya hilang dari pasaran.

Sejak Indonesia merdeka, mungkin krisis atau kelangkaan masker wajah baru terjadi pada 2020 ini.

Tak hanya di Indonesia, kelangkaan masker juga dirasakan di banyak negara yang sedang atau bersiap menghadapi pandemi virus corona.

Sejak saat itu, masker mulai menjadi kebutuhan pokok yang harus dibawa ketika keluar rumah, layaknya sebuah dompet.

Baca juga: Masker Langka dan Harga Tak Normal, Pemprov DKI Bakal Sidak Pasar hingga Apotek

Virus corona terkonfirmasi di Indonesia

Butuh waktu lebih dari dua bulan bagi virus corona untuk tiba di Indonesia, tepatnya pada 2 Maret 2020.

"Orang Jepang ke Indonesia bertemu siapa, ditelusuri dan ketemu. Ternyata orang yang terkena virus corona berhubungan dengan dua orang, ibu 64 tahun dan putrinya 31 tahun," kata Jokowi kala itu.

"Dicek dan tadi pagi saya dapat laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif corona," lanjut dia.

Pernyataan itu merupakan awal perjalanan panjang Indonesia dalam perang melawan virus yang bermula di Kota Wuhan, China.

Sebelum konfirmasi pertama kasus Covid-19, banyak pihak menganggap bahwa Indonesia sebenarnya sudah lama memiliki kasus infeksi Covid-19, tetapi tak terdeteksi.

Pasalnya, negara tetangga Indonesia satu per satu telah melaporkan kasus virus corona, seperti yang dikemukakan oleh Profesor Harvard Mac Lipyitch.

Namun, klaim itu dibantah oleh Menteri Kesehatan Terawan Aguus Putranto.

"Kami berutang pada Tuhan. Ini karena doa kami. Kami tidak mengharapkan hal-hal seperti itu sampai ke Indonesia," kata Terawan saat itu.

Baca juga: Virus Corona di Indonesia: 399 Kasus Baru pada 12 April, Penambahan Tertinggi Sejak 2 Maret 2020

Perekonomian tumbang

Hingga kini, pandemi virus corona telah menginfeksi hampir seluruh negara, tersisa kurang dari 10 negara di Samudera Pasifik.

Tak hanya di bidang kesehatan, dampak pandemi virus corona juga menggoncang perekonomian dunia dan mengakibat salah satu krisis terbesar sepanjang sejarah modern.

Satu per satu negara terjerumus ke dalam jurang resesi, tak terkecuali Indonesia.

Kondisi ini bisa dipahami. Pasalnya, penguncian ketat yang berlangsung selama beberapa bulan di awal pandemi mengakibatkan roda perekonomian berhenti total.

Harapan vaksin

Di pengujung 2020 ini, dunia kini mulai bisa bermimpi untuk mengakhiri pandemi Covid-19 setelah hasil yang menggemberikan dari uji klinis beberapa vaksin.

Diketahui, vaksin Pfizer/BioNTech dan Moderna memiliki efektivitas mencapai sekitar 95 persen, sementara vaksin yang dikembangan oleh Oxford University memiliki kemanjuran mencapai 70 persen.

Setelah kabar baik itu, beberapa negara bahkan telah menerima jutaan dosis untuk segera disuntikkan pada kelompok prioritas.

Bahkan, Inggris dan Amerika Serikat telah memulai vaksinasi dalam beberapa hari terakhir.

Di Indonesia, 1,2 juta vaksin buatan China Sinovac telah tiba pada 6 Desember 2020 dan akan bertambah 1,8 juta pada Januari mendatang.

Namun, upaya vaksinasi ini masih menunggu izin penggunaan dari BPOM serta hasil uji klinis.

Baca juga: Kemenkes Sebut Belum Ada Usulan Vaksin Lain di Luar 6 Jenis yang Ditetapkan Pemerintah

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Vaksin Sinovac

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi