Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Soe Hok Gie, Aktivis yang Meninggal di Puncak Semeru karena Keracunan Gas

Baca di App
Lihat Foto
Dokumentasi Mapala UI
Foto Soe Hok-Gie yang ditemukan di Sekretariat Mapala UI, Depok, Jawa Barat. Soe Hok-Gie merupakan salah satu pendiri Mapala UI sekaligus aktivitis yang turut berperan dalam aksi long march dan demo besar-besaran pada tahun 1966. Mapala UI sebagai salah satu pelopor pencinta alam di Indonesia, memiliki foto-foto yang menjadi bagian sejarah kepencintaalaman di Indonesia
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Hari ini 51 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 16 Desember 1969, seorang mahasiswa dan aktivis Indonesia di era pemerintah Soekarno dan Soeharto, Soe Hok Gie meninggal dunia di kawasan puncak Gunung Semeru (3.676 mdpl), Jawa Timur. 

Soe meninggal di gunung tertinggi Pulau Jawa karena menghirup gas beracun, beberapa jam sebelum genap berusia 27 tahun.

Dikutip dari Kompas.com (22/9/2019), Soe Hok Gie berangkat menunju Gunung Semeru pada 12 Desember 1969.

Baca juga: 17 Desember, Selamat Ulang Tahun Soe Hok Gie!

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersama temannya, Aristides Katoppo, Herman Onesimus Lantang, Abdurrachman, Anton Wijana, Rudy Badil, dan dua anak didik Herman Idhan Dhanvantari Lubis serta Freddy Lodewijk Lasut, Hok Gie berangkat dari Stasiun Gambir pukul 07.00 ke Stasiun Gubeng Surabaya.

Pendakian kali ini istimewa bagi Hok Gie, lantaran pada 17 Desember ia akan merayakan ulang tahun ke-27.

Tim berbekal buku terbitan Belanda tahun 1930 tentang panduan naik semeru. Mereka menggunakan jalur yang tak umum.

Baca juga: Catatan Erupsi Gunung Semeru 30 Tahun Terakhir

Jalur pendakian

Jika biasanya jalur yang dipakai penduduk dengan menggunakan Desa Ranupane dengan jalur landai, tim mendaki melalui Kali Amprong mengikuti pematang Gunung Ayek Ayek, sampai turun ke arah Oro Oro Ombo.

Perjalanan pun dilanjutkan. Sampai di Arcopodo, mereka membentangkan ponco (jas hujan dari militer) untuk jadi tempat perlindungan, meninggalkan tas dan tenda.

Mereka membawa minuman untuk bekal menuju puncak.

Baca juga: Pendaki Gunung Guntur Hilang secara Misterius Dimungkinkan karena Paradoxical Undressing, Apa Itu?

Rombongan dibagi menjadi dua kelompok. Aristides, Hok Gie, Rudy Badil, Maman, Wiwiek, dan Freddy. Sedangkan Herman bersama Idhan.

Sampai di Puncak Mahameru jelang sore, tenaga mereka sudah habis. Hok Gie menunggu Herman yang tertinggal di belakang.

Tiba-tiba rekan satu lagi Maman, mulai meracau. Akhirnya Aristides dan Freddy bahu membahu membawa Maman kembali ke shelter.

Baca juga: 3 Korban Banjir Jakarta Meninggal karena Hipotermia, Ini Tips Pencegahannya

Gas beracun

Herman dan Idhan akhirnya tiba di Puncak Mahameru. Sesampainya di sana, Hok Gie sedang dalam kondisi duduk dan kemudian Idham ikut duduk, tetapi Herman tetap berdiri.

Karena duduk itu, menurut Herman, Hok Gie dan Idhan menghirup gas beracun yang massanya lebih berat dari oksigen. Herman bercerita kondisi Hok Gie sudah sangat lemas.

"Tahu-tahu dia enggak ngomong, menggelepar," jelas Herman.

Baca juga: Viral 2 Pria Unboxing Gas Elpiji 3 Kg dan Terbakar, Seperti Apa Kejadiannya?

Evakuasi jenazah Gie dan Idhan dilakukan dengan proses yang terbilang panjang. 

Pada 24 Desember, jenazah keduanya tiba di rumah masing-masing, kemudian disemayamkan di Fakultas Sastra UI Rawamangun.

Melansir Kompas.com (17/12/2020), Gie, aktivis yang lahir di Jakarta, 17 Desember 1942 ini dikenal lantang melawan rezim awal Indonesia pasca-kemerdekaan.

Sosok yang mengerikan

Mengutip Harian Kompas, 5 Juni 1983, Gie telah menulis catatan sejak berusia 15 tahun.

Ia mencatat hal-hal penting dan menarik dari karya-karya sekelas Spengler, Shakespeare, Andre Gide, Amir Hamzah, dan Chairil Anwar.

Pria yang mengenyam pendidikannya di Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra tahun 1962 ini banyak melontarkan ide-ide kritisnya ketika terjadi pergolakan politik pada 1966.

Baca juga: Saat Bali Jadi Tuan Rumah Pertama Aksi Pengembalian Lumba-lumba Tawanan ke Alam...

Pada saat itu, Gie ikut serta dengan mahasiswa lain untuk turun ke jalan dalam aksi Tritura.

Ia pun disebut sebagai tokoh kunci terjadinya aliansi mahasiswa-ABRI pada 1966.

Berbeda dari 13 mahasiswa yang diangkat menjadi anggota parlemen pada tahun-tahun pertama pesta kemenangan Orde Baru, Gie justru menolak tawaran tersebut.

Baca juga: Sejarah Imlek di Indonesia, dari Zaman Jepang, Orde Baru sampai Gus Dur

Ia tetap memilih sebagai unsur moral force, yakni dengan cara kembali ke kampus untuk menggalang kekuatan alternatif sejati.

Gie sering mendengar cerita tentang oknum-oknum yang menampar rakyat biasa pada masa Orde Baru. Oleh karena itulah, Gie terus bersuara agar rakyat tidak menyerah dan apatis terhadap pemerintahan.

Tak segan-segan, Gie pun seringkali menyebut nama seseorang atau pelaku yang terlibat.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 22 Februari 1967, Soekarno Serahkan Kekuasaan kepada Soeharto

Rektor UI sekaligus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 1983-1985, Nugroho Notosusanto menyebut bahwa Gie adalah sosok yang mengerikan karena ia maju lurus dengan prinsip-prisipnya dan seringkali bentrok karena dianggap tidak taktis.

Hal itu sebagaimana dikemukakannya di Harian Kompas, 26 Juni 1983.

Mengutip Harian Kompas, 5 Juli 2970, Gie ditetapkan sebagai pemenang Hadiah Kehormatan Zakse.

Penetapan Gie sebagai peraih hadiah kehormatan dilihat dari karya-karya Gie yang dipublikasikan di media massa pada 1967-1970, serta pengabdiannya pada kehidupan kemahasiswaan, bangsa, dan negara.

Beberapa tulisan Gie yang pernah dipublikasikan adalah Antara Kemerdekaan Intelektuil dan Instruksi Partai (Kompas, 20/8/1966), 18 September 1948-Djangan sekali-kali tinggalkan sedjarah... Madiun (Kompas, 20/9/1966),Tjita2 Kartini dlm pengalaman seorang mahasiswa Indonesia (Kompas, 20/4/1968), dan Catatan Seorang Demonstran.

Baca juga: Mengenal Arief Budiman, Kakak Soe Hok Gie yang Meninggal karena Komplikasi

(Sumber: Kompas.com/Silvita Agmasari, Ahmad Naufal Dzulfaroh | Editor: Ni Luh Made Pertiwi F, Inggried Dwi Wedhaswary)

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Hipotermia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi