Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/BaLL LunLa
Ilustrasi vaksinasi pada lansia
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi mengumumkan bahwa pemerintah akan menggratiskan seluruh vaksin Covid-19.

Keputusan vaksin gratis tersebut diambil setelah para pemangku kepentingan menerima banyak masukan dari masyarakat dan mengkalkulasi ulang keuangan negara.

Selain vaksin gratis, Presiden Jokowi juga kembali menegaskan bahwa ia akan menjadi orang pertama yang disuntik vaksin Covid-19.

Hal ini, kata Jokowi, untuk meyakinkan masyarakat bahwa vaksin virus corona aman digunakan.Baca juga: Selain Inggris, Berikut Negara yang Telah Izinkan Penggunaan Vaksin Covid-19 Pfizer

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apresiasi digratiskannya pemberian vaksin Covid-19 tersebut salah satunya datang dari pemilik akun Twitter @Adityasp__.

Dia mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi lantaran pemerintah sudah memberikan vaksin Covid-19 secara gratis.

Namun, dirinya merasa keberatan jika pemberian vaksin tersebut dilakukan dengan cara penyuntikan.

"Pak @jokowi, makasih vaksin gratisnya. cuma maaf, bukan saya nggak bersyukur, dan bukannya saya nggak seneng, cuma kalo boleh, bisa nggak kasih vaksinnya jangan disuntik? yang diisep-isep aja ada, nggak, pak?," tulis akun Twitter @Adityasp__.

Baca juga: Mengenal Vaksin Sinovac yang Telah Tiba di Indonesia

Baca juga: 1,2 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Tiba di Indonesia, Siapa yang Jadi Prioritas?

Lantas, mengapa vaksin harus diberikan melalui suntikan?

Tiga metode pemberian vaksin

Ahli Patologi Klinis sekaligus Wakil Direktur RS UNS Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, sebenarnya pemberian vaksin tidak semuanya melalui suntikan.

Menurutnya, ada beberapa cara pemberian vaksin selain melalui suntikan.

"Memang ada yang melalui suntikan, ada yang ditelan, ada yang melalui hidung, disemprotkan di hidung, ada juga yang melalui kulit, jadi disuntikkan ke dalam kulit, bukan ke dalam otot," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Kamis (17/12/2020).

Baca juga: Profil AstraZeneca, Penyedia 100 Juta Vaksin Corona untuk Indonesia

Hanya saja, lanjut Tonang, pemberian vaksin yang banyak dilakukan saat ini adalah dengan menggunakan tiga metode.

Di antaranya, yakni dengan disuntikkan, disemprotkan ke hidung, dan melalui oral dengan cara ditelan.

"Yang disemprotkan ke hidung pun sudah mulai jarang. Saat ini yang banyak digunakan adalah disuntik dan yang melalui oral," kata Tonang.

"Jadi sebenarnya pemberian vaksin itu tidak harus disuntik. Tergantung target penyakit dan sifatnya masing-masing," sambungnya.

Baca juga: INFOGRAFIK: 13 Penyakit yang Berhasil Diatasi dengan Vaksin

Mengapa vaksin Covid-19 harus disuntik?

Tonang menjelaskan, dalam penelitian vaksin Covid-19, suntikan dianggap paling efektif.

Namun, tidak menutup kemungkinan jika penelitian terus berjalan, pemberian vaksin Covid-19 dapat melalui beberapa metode.

"Banyak dicoba melalui suntikan dan dinilai paling efektif lewat suntikan. Karena penelitian untuk Covid-19 ini kan waktunya mendesak dan segera, makanya tidak banyak dicoba pemberian vaksin dengan cara yang macam-macam. Kalau waktunya itu longgar, baru bisa itu dicoba pemberian vaksin melalui jalur lain," kata Tonang.

Baca juga: Ramai Tagar Indonesia Terserah, Apakah Tenaga Medis Menyerah?

Menurut Tonang, poin utama dari ini semua adalah vaksin mana yang dinilai efektif sehingga dapat memicu kekebalan tubuh.

Sementara untuk metode pemberian vaksin, hal itu tidak perlu terlalu dipermasalahkan lantaran juga bagian dari perkembangan ilmiah.

"Jadi itu sekali lagi bukan suatu yang harus dipermasalahkan. Sekedar perkembangan ilmiah saja, bagaimana mencari jalur yang memberi hasil paling efektif kalau diberikan, itu digunakan," imbuh dia.

Baca juga: Deretan Kepala Daerah yang Sedang Dirawat akibat Terinfeksi Covid-19

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Daftar Prioritas Penerima Vaksin Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi