Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2020: Babak Belur Ekonomi Dunia dan Upaya Tetap Bertahan

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/LIGHTSPRING
Ilustrasi resesi ekonomi akibat pandemi virus corona.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Pandemi virus corona yang berlangsung sejak akhir Desember 2019, telah berjalan hampir satu tahun.

Setelah hampir setahun, penyebaran virus corona belum juga terkendali. Kasus di dunia dan banyak negara masih terus mengalami peningkatan.

Pandemi virus corona tak hanya berdampak pada sisi kesehatan. Sektor ekonomi juga mengalami pukulan berat.

Sejumlah negara mengalami resesi. Berbagai sektor usaha harus melakukan berbagai upaya untuk bertahan.

Berikut kilas situasi ekonomi sepanjang tahun ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Resesi

Pandemi yang berlangsung lama mengakibatkan aktivitas perekonomian melemah. Pembatasan yang diberlakukan di banyak negara di dunia turut berpengaruh pada roda ekonomi.

Akibatnya, sejumlah negara di dunia mengalami resesi. Resesi terjadi baik negara maju dan berkembang.

Mengutip dari Express, negara-negara seperti Perancis, Italia, Kanada, Jerman, AS, dan Jepang. Indonesia juga menyatakan resmi mengalami resesi setelah pertumbuhan ekonominya minus pada dua kuartal berturut-turut.

Sementara itu, Perancis, pada Agustus 2020, PDB-nya kontraksi 13,8 persen.

Adapun Italia berkontraksi 12,4 persen, sedangkan Kanada 12 persen.

Sementara, perekonomian Jerman disebut menyusut 10,1 persen. AS dan Jepang menyusut 7,6 persen.

Inggris disebut mengalami resesi paling parah waktu itu yakni sebesar 20 persen.

China sebagai negara yang pertama kali melaporkan wabah, pada 3 bulan pertama tahun 2020 juga mengalami kemerosotan ekonomi.

Namun angka yang dirilis pada Juli 2020 menunjukkan PDB China tumbuh 2,5 persen selama April hingga Juni.

Baca juga: Daftar Negara yang Telah Keluar dari Resesi Ekonomi

Banyaknya pengangguran

Salah satu dampak merugikan Covid-19 yang banyak dirasakan di sejumlah negara adalah meningkatnya angka pengangguran yang timbul karena adanya gelombang PHK.

Negara besar seperti AS, juga mengalami hal tersebut. Di AS, setidaknya sejak awal pandemi hingga Agustus 2020, ada 30 juta orang kehilangan pekerjaan dan menjadi pengangguran.

AS mencoba menangani masalah ini dengan membantu memberikan tunjangan penganguran sebesar 600 dollar AS (Rp 8,8 juta) setiap minggunya.

Baca juga: Karena Covid-19, Pengangguran di AS Mencapai 1 Juta Orang

Terpuruknya sektor bisnis

Salah satu langkah pengendalian penyebaran virus yang dilakukan di banyak negara adalah pembatasan.

Pembatasan ini membuat orang-orang dilarang bepergian dan diimbau untuk di rumah saja.

Diberlakukan pula jam malam sehingga berimbas pada sejumlah sektor bisnis.

Banyak yang terpuruk. Industri pariwisata menjadi salah satu lini bisnis yang paling banyak merugi.

Maskapai penerbangan, hotel, tempat-tempat wisata maupun restoran-restoran, babak belur.

Ada banyak kasus maskapai penerbangan yang melakukan pengurangan SDM hingga melakukan PHK terhadap para pegawainya. Di Indonesia, maskapai Garuda adalah salah satunya.

Mengutip pemberitaan Kompas.com, 28 Oktober 2020, Garuda Indonesia mengumumkan mengakhiri kontrak 700 pekerja akibat penurunan pendapatan perusahaan selama masa pandemi.

Tak hanya Garuda Indonesia, di Amerika, American Airlines juga melakukan PHK kepada karyawannya. Pada 1 Oktober 2020, perusahaan itu bahkan mem-PHK 19.000 karyawan.

Total, ada 133.700 karyawan dipangkas di maskapai itu.

Baca juga: Terhantam Corona, Produsen Masker N95 Ini PHK 2.900 Pekerja

Bertahan di tengah pandemi

Sejumlah perusahaan berusaha bertahan dari keterpurukan karena pandemi. Beragam cara dilakukan untuk bertahan.

Salah satu contohnya adalah apa yang dilakukan oleh AirAsia.

Pemberitaan Kompas.com,  5 Oktober 2020, menyebutkan, maskapai penerbangan ini melakukan ekspansi bisnisnya dengan menjual kambing aqiqah.

Jual kambing aqiqah ini dijalankan oleh anak perusahaan AirAsia Ikhlas Com Travel Sdn Bhd yang berkantor pusat di Kuala Lumpur, Malaysia.

Maskapai penerbangan Thai Airways juga kini merambah bisnis kuliner di luar katering penerbangan.

Maskapai ini bahkan mengandalkan jualan gorengan.

Perusahaan Thai Airways berusaha memanfaatkan aset kateringnya untuk memproduksi gorengan yang diberi nama Patong-go.

Penjualan dlakukan dengan menyewa berbagai lokasi strategis dan memanfaatkan aset properti kantor di berbagai sudut kantor untuk berjualan.

Baca juga: Thai Airways Jualan Odading ala Thailand, Rencana Jadi Bisnis Waralaba

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Apa itu Resesi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi