Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia-Malaysia, Bagaimana Sejarah Pantun?

Baca di App
Lihat Foto
TWITTER/@UNESCO
Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menetapkan pantun sebagai warisan budaya takbenda bersama Indonesia dan Malaysia pada Kamis (17/12/2020).
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa, The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), menetapkan pantun sebagai warisan budaya tak benda dari Indonesia dan Malaysia.

Penetapan Pantun sebagai warisan budaya tak benda dilakukan pada Kamis (17/12/2020).

Pengumuman pantun sebagai warisan budaya tak benda juga diumumkan UNESCO melalui akun Twitter UNESCO, @UNESCO.

Dalam twitnya, UNESCO memberikan selamat kepada Indonesia dan Malaysia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pantun, sebuah syair Melayu yang berima dalam lagu dan tulisan, baru saja ditorehkan ke dalam daftar #WarisanTakbenda. Selamat #Indonesia dan #Malaysia," tulis UNESCO.

Penetapan pantun sebagai warisan budaya tak benda dari Indonesia dan Malaysia juga diumumkan di laman resmi UNESCO, ich.unesco.org.

Baca juga: Sah, UNESCO Tetapkan Pantun sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia-Malaysia

Seperti apa sejarah pantun?

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Hilmar Farid mengatakan, pantun adalah ekspresi dan praktik kultural yang diperkirakan sudah ada selama 500 tahun.

Akan tetapi, tidak diketahui secara persis pada tahun berapa dan siapa yang pertama kali menemukan pantun.

"Sebagai praktik yang hidup dalam masyarakat, tidak ada pencipta atau penemu perorangan," ujar Hilmar saat dihubungi Kompas.com, Jumat (18/12/2020).

Tradisi pantun ini, lanjut Hilmar, diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi.

"Di masa modern, ada upaya dokumentasi dalam bentuk tulisan sehingga memudahkan pewarisannya melalui pendidikan," tambah Hilmar.

Baca juga: Dipuji Bamsoet dengan Pantun Bugis, Ini Peran JK bagi Indonesia

Tradisi lisan

Senada dengan Hilmar, Kepala Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNS, Dr. Dwi Susanto menyebutkan, pantun adalah sebuah tradisi lisan dari masyarakat Melayu.

Melayu di sini meliputi di antaranya Malaysia, Pulau Sumatera termasuk juga Riau, dan Padang.

"Di Malaysia sendiri juga begitu. Di sana etnisnya juga Melayu, Johor dan sebagainya itu kan satu bagian dengan kemelayuan," kata Dwi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (18/12/2020).

Menurut Dwi, UNESCO menetapkan pantun sebagai warisan tak benda salah satu alasannya karena hingga saat ini masih terus digunakan dan tetap hidup di tengah-tengah masyarakat. 

"Sejak kapan adanya pantun? Ya sejak ada tradisi kebudayaan Melayu pada zaman Kerajaan Riau, Johor, Kesultanan Aceh, dan sebagainya. Dalam manuskrip-manuskrip yang ada, dalam manuskrip Melayu juga sudah ada pantun," terang Dwi.

Baca juga: Pantun Ketua MPR saat Pelantikan Jokowi-Maruf Jadi Trending Topic

Tak diketahui kapan munculnya pantun

Dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, tidak banyak diketahui kapan pantun muncul dan dari akar apa terbentuk.

Selain itu, tidak banyak diketahui apa arti dari kata-kata pantun sebenarnya.

Adapun teks Melayu tertua yang dijumpai dan mulai menyebut pantun sebagai bentuk sajak yang popular dalam masyarakat Melayu adalah teks syair-syair tasawuf Abdul Jamal, penyair dan sufi Melayu yang hidup di Barus dan Aceh pada abad ke-17 M dan merupakan murid dari Syekh Syamsudin Pasai.

Syair Abdul Jamal itu sebutan pantun dengan kata-kata seperti bandun, bantun, dan lantun. Secara tersirat, dalam syair itu pantun disebut sebagai puisi yang biasa dilantunkan secara spontan untuk menyindir, berseloroh, dan menghibur diri.

Dalam perkembangannya dapat dilihat berbagai jenis-jenis pantun. Dari segi isi pantun dapat dibagi menjadi:

  1. Pantun anak-anak;
  2. Pantun cinta dan kasih sayang;
  3. Pantun tentang adat istiadat dan cara hidup masyarakat Melayu;
  4. Pantun teka teki;
  5. Pantun pujian atau sambutan, misalnya dalam menyambut tamu di sebuah majelis;
  6. Pantun nasehat, misalnya pentingnya budi pekerti;
  7. Pantun agama dan adab;
  8. Pantun cerita.

Sebagai karangan terikat pada aturan persajakan tertentu, pantun memiliki kekhasan. Pantun terdiri dari sampiran dan isi.

Sampiran berperan sebagai pembayang dari maksud yang ingin disampaikan, sedangkan isi berperan sebagai makna atau gagasan yang ingin dinyatakan.

Meski pada umumnya pantun terdiri dari empat baris dengan pola sajak a-b-a-b atau a-a-a-a, tidak jarang terdiri dari enam atau delapan baris.

Pantun delapan baris disebut talibun. Pada pantun empat baris, dua baris awal merupakan sampiran, sedang dua baris akhir merupakan isi.

Dalam sampiran biasanya yang dinyatakan adalah gambaran alam atau lingkungan kehidupan masyarakat Melayu termasuk adat istiadat, sistem kepercayaan, dan pandangan hidupnya.

Baca juga: Pencak Silat, Pantun, dan Gamelan Diusulkan Jadi Warisan Budaya Dunia ke UNESCO

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi